Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Childhood Blues [Mikuo x Reader]

Story © HimeNekochan

Vocaloid © Yamaha

Req: xX_Shimakaze_Xx

Ket: Drama, Alur Lagu, Gaje, Typo (?), dan beberapa turunan lainnya.

.

.

.

.

.

"Psst.. Mikuo, kita ke sana sebentar ya." Jemarimu menunjuk ke arah tebing; tempat dimana tempat paling indah untuk menyaksikan matahari tenggelam.

"Oh.. Mhmm." sambil mengarahkan sepedanya, Mikuo mengayuh pelan menuju tebing itu.

Kau mencecahkan kakimu di tanah. Lalu menoleh kembali ke arah Mikuo yang sedang memarkirkan sepedanya.

"Hmm... Hey bocah, kau pernah dengar suatu rumor kuno?"

Mengernyit heran, lelaki bersurai emerald itu terkekeh pelan. "Kau percaya akan suatu rumor? Itu sungguh menggelikan."

"Jangan tertawa! Ada rumor yang mengatakan--" kau berhenti menoleh dan melihat ke arah Sunset itu.

Pemandangan indah di sore hari, Terlukis senyuman lebar di wajahmu.

"Bila kau melihat matahari terbenam selama 51 hari berturut - turut, maka pada hari ke 51--"

"Kau akan berubah menjadi dewi?" Lelaki bersurai emerald itu terkekeh bercanda padamu. "Aku belum selesai berbicara!"

"Pada hari ke 51, orang yang kau cintai akan datang dan menerima cintamu."

Kau melanjutkan kata katamu. Sambil menunggu sang surya tenggelam ditelan hari. Jantungmu berdetak dengan kencang tak sabar menunggu datangnya hari esok.

"Sudah! Ayo pulang." Tangan halusmu meraih tangan teman kecilmu;Mikuo yang masih termenung melihat langit.

"Umm... Siapa orang yang kau suka?"

Pertanyaan dadakan terucap oleh Mikuo. "Itu... rahasia.. mehehehe..." kau tertawa dengan licik. "Jangan seperti itu. Mungkin aku... bisa membantumu."

Kau menggeleng pelan.

"Tidak bisa, Ah Aw--" Ia mencubit pipimu dengan muka kesal. "Kau tak bisa jujur pada sahabatmu ini ya."

"Mungkin suatu saat kau akan tahu."

Kau bergumam pelan, dapat di dengar oleh Mikuo. Lelaki terkait menaiki sepedanya dan kau duduk di belakangnya.

Kesunyian kalian di kalahkan oleh bunyi udara berseru di kala senja berganti malam. Sang gadis (Kau) melihat ke angkasa yang dipenuhi awan. Suara bisingnya sepeda kalian memasuki jalanan perumahan.

"Sebentar lagi kita sampai di pertigaan. Ke supermarket bentar ya."

Kau mengangguk pelan. Ketika sampai, kau menunggu Mikuo di luar, tepatnya ia memintamu untuk menjaga sepedanya.

Menyebalkan bukan?

"Haah... ia lama sekali..." kau berdehem lalu melihat Mikuo keluar dari supermarket. "Um?" Kau terkejut ia melemparkanmu boneka beruang berbulu hijau dengan muka ceria.

"T-tunggu... ini bukannya mahal?" Matamu terbelalak melihatnya terkekeh ringan. "Ada diskon, akukan belum memberimu kado buat ulang tahunmu yang kemarin."

"Tapi..." tangan hangatnya meraih kepalamu dan mengacak - acaknya sedikit. "Sudah aku tak butuh alasan. Ayo pulang."

"Baiklah..."

◆◇◆

Gadis bermanik biru bersurai pinky menyampiri sang siswi (kau) yang sedang duduk di bangkunya.

"(Y/n), kau dan Mikuo itu beneran sahabat ga sih?" Manik birunya yang berkedip - kedip bertanya - tanya. Sang gadispun tersenyum tertawa melihat tingkah teman sekelasnya. "Kami sahabatan kok. Sekedar sahabat, kau suka padanya?" Seketika pipi Luka merona tipis, tersedak ketika sedang meminum air mineral dari botol minumnya. "H-ha?" Ia menyangkal, sebenarnya gadis itu merasa sakit atas kenyataan temannya. "Kalau kau mau, nyatakan saja perasaanmu. Toh, nanti diterima atau tidak hatimu bakalan lega kan?" Senyuman samar samar menyemangati Luka yang penuh ambisi.

"Yosh... terima kasih ya, (y/n)." Gemilang tawa terpancar, ia hanya bisa tersenyum palsu. "Aku tak berbuat apa - apa kok." Luka menggeleng pelan. "Tidak, kamu membantuku. Nanti pulang sekolah kutraktirin--"

"Anu... tidak usah. Aku kan habis pulang sekolah langsung pulang bareng Mikuo-kun."

"Oh iya... aku lupa. Dan aku juga lupa masalah satu hal, kamu di minta tolong ketua OSIS buat ngumpulin data kelas yang kemarin dikumpul."

"Oke. Makasih ya." Luka keluar, siswi itu tak bergeming dan menghela napas. Lalu, pandangannya mengarah ke arah di mana Mikuo sedang berbicara dan bersenda gurau dengan yang lainnya. "Andai saja 51 hari itu cepat berlangsung." Ia bergumam. Mengambil senyuman tipis yang bisa dilihat orang lain.

Semenjak kita terus tumbuh, aku merasa jarak kita semakin jauh

Mikuo menyapanya dengan tangannya. "Yo?" Siswi itu menggeleng menyadarkan dirinya diatas lamunan itu. "Oh... Hai?" Jawabnya menyapa balik. "(Y/n)!" Sapa sang lelaki lainnya. Dia OSIS, Yuuma. (Y/n) menoleh balik ke Yuuma yang mendekati kursinya. "Bagaimana harimu?" Tanya Yuuma kepada siswi itu. "Kenapa bertanya? Tumben sekali. Oh ya kaichou, Nanti bakalan ku kumpul kok tugasnya."

Mikuo hanya melihat mereka berdua berbicara. "Tch... menganggu suasana." Gumam Mikuo. "Sehabis pulang sekolah, kita ke--"

"Maaf ku tolak, Kaichou. Aku ada urusan dengan Mikuo." Ucapnya. Sang kaichou-pun menatap siswi itu dengan tatapan 'Apa - apaan kau tolak aku.'

"Nah, Kaichou... aku ada urusan... kau boleh keluar." Ia tersenyum sinis. Yuuma kesal sekali dengan (y/n).

•°•°•


Kau berjalan menyusuri jalanan dalam sekolah, menuju ruang gudang olahraga untuk mengambil bola voli untuk latihan siswa perempuan. Saat kau berada tepat di depan pintu gudang, kau mendengar suara perempuan yang menyatakan cinta.

"Hatsune Mikuo-san, aku sebenarnya suka padamu."

"Suara Luka. Tapi..." gumammu. Rasa suara itu menusuk. Ia hanya bisa mengintip, tak mau mengganggu. "Souka, tapi... aku tidak bisa, Maaf."

Setelah mendapat jawaban, sang siswi(kau) masuk ke gudang untuk melupakan hal tadi.

•°•°•

Sudah hari ke-51, dan kedua insan sudah berdiri di tempat melihat matahari tenggelam.

"Akhirnya!" Dengan sedikit isakan bahagia dan disertai tawa, Mikuo bertanya kepadanya. "Kali ini bisakah aku tau siapa yang kau suka?" Hening disertai lukisan oranye yang menutupi langit senja.

Ia membalikkan badan, keduanya bertatapan. "Aku suka padamu."

Angin bergemuruh melewati tubuh mereka. Lelaki terkait terkejut dengan apa yang ia dengar. "Aku tidak salah dengar kan?"

Menggelengkan kepala dengan pelan, "Tidak. K-kau tak salah dengar... aku memang suka padamu. Rasanya lega sudah mengatakan ini."

Rona merah menawan terlukis di pipi mereka masing - masing. "Ah... mhmm..." ia mengerang dan mencubit pipi teman kecilnya. "Kau bilangnya telat sekali... aku kesal."

"Sakit! Jangan cubit aku." Ia masih tercengang dengan pernyataan tadi. "Aku... juga, bodoh."

Keduanya tersenyum bahagia, di senja hari di saat sore berganti malam. Dimana keajaiban rumor itu terjadi.

"Mari kita pulang."

912 word(s)
The End

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro