Chapter 7.6 - Fate of The Thieves
Restia Frenaya, seorang Vhirean yang diperistri oleh Lycandilv menjalani inisiasi pertama untuk menjadi Bejana Freynir, tapi tidak lama setelah melahirkan putri pertama mereka, ia meninggal dalam proses melahirkan. Edur membekukan tubuhnya sambil menunggu sang pewaris berikut berusia enam belas tahun.
Enam belas tahun kemudian, putri Lycandilv melakukan inisiasinya dan mulai menggunakan nama Restia Frenaya II, sehingga tidak ada yang tahu nama asli dari gadis yang sangat dekat dengan Edur ini. Nama Restia Frenaya kemudian dijadikan tradisi gelar bagi para Bejana Freynir berikut.
"Kalau tidak salah Restia Frenaya II adalah pemegang rekor Bejana Freynir terlama. Sekitar lima belas tahun."
"Kenapa dia bisa bertahan selama itu, Ma?"
"Karena kekuatan ... cinta." Aithne sok dramatis dan hampir muntah dengan aktingnya sendiri sewaktu menyebut kata 'cinta' dengan suara dilembut-lembutkan.
"Andhorus, si Dewa Perang yang tidak takut apa pun menerobos masuk ke wilayah Talmios untuk menculik soulenate Freynir. Bisa kau bayangkan kemurkaan dari Althios dan Lycandilv?"
"Iya. Mungkin sekarang Lycandilv sudah menganggap Freynir seperti putrinya sendiri."
"Tepat sekali. Lycandilv yang didukung oleh Althios menentang keinginan Andhorus. Mereka itu sudah seperti seorang kakek dan calon mertua!"
"Oh ya, tadi Mama bilang kekuatan cinta. Apakah Andhorus ...?"
"Benar. Dia punya penyesalan besar karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk menentang kehendak Kalbatama yang menjatuhkan eksekusi pelenyapan pada Freynir."
Sebagai bentuk kesungguhan hati, Andhorus menetap di Vadra Vhirea selama seratus lima puluh tahun demi mengambil hati 'keluarga' Freynir. Keabsenan seorang Dewa Perang adalah berkah teramat sangat bagi dunia fana-seharusnya begitu-tapi, kenyataan mengatakan sebaliknya. Satu kerajaan kecil yang terus berekspansi berhasil mengubah statusnya menjadi kekaisaran di Benua Utama, menjadi ancaman bagi wilayah-wilayah daratan lain, termasuk Vadra Vhirea.
"Jadi, apa yang dilakukan oleh Andhorus? Dia berhasil dengan misinya itu, 'kan?"
"Ya. Dengan sogokan tentunya."
"Benarkah?"
"Em. Sebelum turun ke Talmios, dia membawa Ambrosia yang dipetik diam-diam dari Langit Atas. Bisa kau bayangkan jeritan-jeritan penjaga taman di sana sewaktu menemukan pohon kesayangannya gundul?"
***
"Wow. Kekuatan cinta!" Excelsis menepuk-nepuk tangan seperti singa laut.
"Ya, bisa dibilang Dewa Perang itu berubah menjadi Dewa Mabuk. Mabuk cinta."
"Mereka punya anak?"
"Arantzazu. Bisa bayangkan bagaimana gemparnya Langit Atas sewaktu Andhorus mengumumkan anak ini sebagai keturunannya? Mereka yang kaget, penghuni Dunia Tengah yang menanggung akibat."
"Bencana besar?"
"Sangat besar yang konon sampai mengubah wajah dunia kita ini."
Arantzazu hidup selama lima tahun di Langit Atas yang setara lima puluh tahun di Dunia Tengah. Ia memilih turun ke Dunia Tengah karena tidak suka dengan gaya hidup Vara Celeste yang cenderung tidak peduli dengan para pemuja mereka. Selama sepuluh tahun gadis ini berkelana ke seluruh penjuru Dunia Tengah dan menemukan betapa tidak adilnya para Penghuni Langit atas terhadap bangsa Aether-bangsa yang tidak memiliki apapun kecuali kepintaran dan menjadi kesayangan Kalbatama.
Ife, saudari Neoma-yang menjadi Dewi Cinta- memiliki sifat yang sangat narsis dan gila sembah. Di seluruh penjuru Dunia Tengah dipenuhi oleh kuil yang dipersembahkan untuknya. Saat itu semua bangsa harus berdoa dan memohon padanya untuk diberikan keturunan. Arantzazu kemudian mengetahui bahwa benih bayi di rahim setiap wanita berasal dari Buah Delima Suci yang dipegang oleh Ife.
Buah Delima Suci awalnya adalah milik Freynir, sebelum diklaim sepihak oleh Ife dan mendeklarasikan diri sebagai Dewi Cinta yang baru.
Aithne meluruskan kakinya yang sejak tadi terlipat anggun, "Arantzazu mencuri dan membelah buah itu. Lepaslah Api Terlarang."
"Api Terlarang?" Dahi Excelsis dipenuhi kerutan.
"Itu hanya istilah untuk menyebut berahi," bisik Aithne sambil mengedipkan sebelah mata.
"Oh." Excelsis sama sekali tidak mengerti, tapi enggan bertanya lagi. Entah ide dari mana sehingga ia berpikir untuk menanyakan arti berahi pada Schifar bila mereka bertemu di sekolah.
Lepasnya Api Terlarang mengakibatkan perubahan besar karena semua makhluk Dunia Tengah tidak memerlukan belas kasihan dari Ife lagi. Mereka bisa memiliki keturunan tanpa harus memohon-mohon, memberi sesajen atau menyembahnya secara berlebihan. Tentu saja dewi yang sumbunya lebih pendek Neoma ini menjadi sangat murka. Bersama sang ibu, Iora, mereka menjatuhkan hukuman mengerikan pada Arantzazu.
"Meski dilahirkan oleh wanita fana, status Arantzazu tetap seorang dewi karena kedua orang tuanya. Ia abadi, selama tidak ada kekuatan yang setara Tungku Api Phoenix untuk melenyapkan dia."
"Jadi, hukuman mengerikan apa yang menimpanya?"
"Pernah dengar mendengar mitologi tentang pencuri api yang dijatuhi hukuman?"
"Seorang Titan yang dibelenggu dan hatinya setiap hari dimakan burung elang?"
"Ya, tapi apa yang terjadi pada Arantzazu lebih buruk."
Arantzazu yang malang diikat pada sebuah karang besar di tengah laut untuk dimakan penghuni lautan. Setiap bulan purnama, laut akan pasang sehingga para penghuni dunia perairan akan berkerumun setelah mencium darah yang luruh dari dalam tubuh Arantzazu.
Aithne berbisik, "Tahu yang terjadi pada sel telur yang tidak dibuahi? Itulah yang memancing mereka datang."
Sulit bagi Aithne untuk menebak kondisi hati Excelsis saat ini. Selain tangan yang kembali mengepal erat, tidak ada ekspresi lain yang tergambar di wajah putrinya yang datar.
"Arantzazu akan terbantai menjelang dan selama malam purnama. Penderitaannya menjadi sangat panjang karena bagian tubuh yang hilang segera beregenerasi sehingga sanggup mengenyangkan seluruh makhluk lautan."
Mata Excelsis berkaca-kaca sembari menahan desakan ingin muntah karena membayangkan nasib Arantzazu yang tercabik-cabik, tapi tak kunjung mati. "Tak berperikedewaan!"
"Begitulah. Para dewi gila itu lebih buruk dari para iblis!"
"Tidak adakah yang menolong dewi malang itu?" Perasaan Excelsis campur aduk, antara simpati pada penderitaan Arantzazu dan kekesalan yang memuncak terhadap para pelaku yang sama sekali tidak memiliki hati nurani. Dua emosi yang bertolak belakang ini semakin menggencet kantong matanya dan tumpah dalam bentuk air mata.
"Ada. Pahlawannya bernama Argider Graile Virvarael. Niphraem-makhluk setengah malaikat."
"Akhirnya ...." Excelsis menyeka air mata dan tertawa kecil. Lenyap sudah tekanan depresi yang sempat hinggap di hatinya. Terlebih kata 'malaikat' disebut. "Mereka menikah, kan?"
Aitne tahu putrinya terobsesi pada sosok yang sering digambarkan berwujud manusia dengan sayap putih bersih. "Ya. Argider membebaskan Arantzazu dan menikahinya. Keturunan mereka yang menjadi cikal bakal para Vyraswulf, penerus Restia Frenaya yang akan terus 'melahirkan' Freynir."
Para Aether sering menyebut ras selain mereka sebagai siluman karena mereka takut dengan jenis lain yang tampak lebih superior dari segi kekuatan dan kemampuan. Ketakutan mereka sangat beralasan mengingat nasib buruk sebagai pihak yang selalu terinjak-injak seperti semut dalam pertarungan beberapa gajah di masa lalu. Meski sangat sedikit, sangat mungkin bagi ras-ras superior tersebut untuk mendominasi dunia.
Ini terbukti dari beberapa peperangan besar yang hampir melibatkan seluruh ras yang memenuhi Dunia Tengah dan sebagai ras inferior, mereka nyaris terlibas dan hilang dari muka bumi.
Sungguh, hanya keajaiban yang berhasil menyelamatkan para Aether dari kemusnahan massal dan justru membuat ras-ras lain kocar-kacir dan punah. Namun, bangsa pongah yang keluar sebagai pemenang mutlak ini merasa memiliki kuasa untuk mengubah dan menguasai sejarah, lupa dengan pihak di belakang layar yang membuat mereka bisa mencicipi kemenangan. Sangat lupa bila mungkin saja suatu saat nanti, pihak di belakang layar ini akan muncul dan menusuk mereka.
Tindakan para Homo infirmus setelah keluar menjadi pemenang dan kembali menguasai Dunia Tengah adalah menghilangkan jejak dan menfiktifkan semua ras yang dianggap musuh, hingga generasi berikut hanya mengenal mereka sebagai para penghuni buku-buku fantasi dan menyembunyikan fakta yang berceceran di mana-mana. Tentu bagi mereka yang selalu dicecoki dengan propaganda, akan dengan mudahnya mengabaikan petunjuk-petunjuk yang selalu muncul seperti jamur pada selembar roti. Mungkin saja ini juga sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri karena mereka terlalu lama menjadi objek penderita.
Siapa yang menyangka bangsa yang selalu menderita ini justru memberikan penderitaan tak berkesudahan pada bangsa superior lain yang justru ingin hidup damai dengan menyembunyikan diri, menunggu akhir dunia dan menghilang begitu saja tanpa jejak. Entah apa yang salah dengan pelindung Vadra Vhirea hingga bisa-bisanya satu Aetherian mempelajari keberadaan mereka dan menyerang dengan kekuatan penuh.
Bila sudah begini, siapa yang yang bisa percaya bila para Aether adalah pencinta damai mengingat apa yang mereka lakukan pada para penduduk Vadra Vhirea yang diperbudak dan dijual ke penjuru dunia. Kurang malang? Kuil-kuil di pulau ini pun diacak-acak dan dinodai. Sekali ini saja, murka seorang dewa seperti Andhorus bisa dimaklumi hingga lebih dari cukup untuk menjatuhkan kutukan pada seorang raja yang menginvasi Vadra Vhirea.
"Aku Andhorus, Dewa Perang yang selalu menundukkan semua lawan di bawah kakiku, mengutuk engkau wahai makhluk fana. Murkaku akan mengonsumsi jiwamu! Kegilaan akan menjadi tuanmu, kebahagiaan tidak akan pernah menghampirimu sampai kapan pun! Kaummu akan ditaklukkan dan aku akan menyerahkanmu pada musuh-musuhku!"
Bukannya instropeksi diri, sang raja pongah yang sudah pernah dijatuhi kutukan oleh Neoma malah menantang Andhorus dengan memperistri seorang gadis kuil yang sedang menjalani inisiasi untuk menjadi Bejana Freynir berikutnya. Kekasih hati Andhorus dipaksa melahirkan keturunan yang menajiskan kemurnian darah suci Vara Celeste.
Memang, Andhorus membiarkan Grail mengambil Arantzazu sebagai istrinya karena ia tidak mempermasalahkan darah Grail yang hanya separuh malaikat, tidak peduli bila setengahnya lagi berasal dari ras lain karena darah malaikat mereka akan selalu lebih dominan.
Raja yang memperistri Bejana Freynir memiliki latar belakang yang cukup memberi alasan seseorang untuk menikamnya hingga mati, atau menambah jumlah kutukan yang ada. Kutukan pertama dijatuhkan oleh Neoma yang tersinggung dengan persembahan najis di kuil.
"Terkutuklah engkau dan semua keturunanmu! Berani-beraninya kau mengotori dan menajiskan bagiku persembahan ini. Saat ini juga dan seterusnya kau akan memangsa kaummu sendiri setiap bulan purnama dalam rupa makhluk buruk rupa yang menelan Freynir, Si Pemberontak! Seberapa pun yang kau makan, rasa laparmu tidak akan pernah terpuaskan!"
***
Aithne masih menggebu-gebu menjelaskan hingga tidak sadar Maeveen sudah bergabung bersama mereka dan ikut menjelaskan, "Para Aether menyebut kita sebagai siluman karena mereka takut dengan keberadaan kita. Mereka takut bahwa kita-yang jumlahnya sangat sedikit ini-akan mendominasi dunia mereka."
Excelsis mengangguk-angguk pelan, sepertinya ia mulai tertarik dengan para penghuni buku fantasi yang sering dibaca.
Seperti tahu isi kepala Excelsis, Aithne mengingatkan, "EG, buku-buku dongeng yang kau baca itu memang nyata, bukan hanya fantasi para Aether itu. Mereka menganggap ras lain akan memusnahkan ras mereka."
Maeveen menambahkan, "Jadi, jangan heran bila kita jarang mendapat peran utama dan harus puas sebagai tokoh antagonis"
Excelsis menoleh pada Maeveen dan untuk kedua kalinya ia seperti dipaksa menelan biji kedondong bulat-bulat ketika melihat iris mata Maeveen berubah dengan cepat dari warna hitam legam ke merah darah dan dua taring yang mengintip dari celah bibirnya.
Baiklah, baik! Aku belum terbiasa! Batin Excelsis ingin menangis, sadar masih merasa sangat aneh menerima ketidakwajaran orang tuanya sendiri.
"Ai, aku ingin minum."
Darah. Kata pertama yang muncul pertama kali di kepala Excelsis.
"Sudah kusiapkan dari tadi. Ada di lemari es."
"Baiklah." Maeveen bangkit berdiri dan menghilang di balik tembok.
Belum juga Excelsis sempat berkedip, papanya sudah kembali dengan mulut berlumuran cairan merah kental.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro