Chapter 5.4 - My Last Farewell Gift For You, Lys
"Lys ...." Tangan Schifar bergerak pelan untuk mencari denyut nadi di leher Lysandra sebelum butiran bening yang mulai menumpuk di sudut matanya bergulir jatuh.
Setelah menemukan dan merasakan denyutan tersebut Schifar mengangkat kepalanya, membuang udara yang tertampung di pipinya yang menggembung lalu membentuk seulas senyum. Satu sapuan kasar dari punggung tangannya langsung menghapus jejak basah di matanya.
Tunggu dulu ....
Schifar melirik pada sejumput rambut yang menjuntai dan menjambaknya kuat-kuat hingga kepalanya ikut tertarik. Sakit. Masih belum puas, ia meraba telinga lancip berbulunya dan menariknya hingga seperti ingin tercabut dari tengkorak kepala. Jauh lebih sakit.
"Mati juga kau! Usahamu menyelamatkan anjing bau ini menjadi sia-sia. Hahahahaha! "
Schifar mendongak dan mendapati sosok makhluk bertubuh hijau dengan rambut seperti Medusa tengah menatapnya. Soket kosong di mata kirinya mempertegas kesan sinis dari sorot kejam dari mata kanan yang merah menyala.
Satu hal yang tidak dimilikinya adalah mulut. Pertanyaan berikutnya adalah bila makhluk itu tidak memiliki mulut lalu bagaimana caranya ia bisa bicara, telepati?
"Aku SERIGALA bukan Anjing, cacing rabun!" Schifar sangat sensitif bila ada yang menyamakannya dengan para Siluman Anjing.
"Kau pikir aku peduli, makhluk terkutuk!" Ular putih bermata oranye yang sama terlihat melingkari leher makhluk hijau tersebut. "Dan berhenti memanggilku cacing! Aku ULAAAAAARRRR, bukan cacing!"
Schifar mendengus kasar. "Aku terkutuk? Bukankah kau yang membuat Kalbatama marah dan mengutukmu menjadi cacing jelek seperti sekarang? Kakimu belum tumbuh juga setelah berabad-abad?"
Setelah memuntahkan celaannya, Schifar segera menyumpal telinganya rapat-rapat. Ini adalah pelajaran dasar yang diberikan oleh Gunther setelah memprovokasi seorang wanita dan membungkukkan diri untuk melindungi tubuh Lysandra.
"DIAM KAUUUU!" Benar saja, ular putih ini langsung berteriak histeris, tapi karena Schifar menuruti arahan Gunther, gendang telinganya aman dari ancaman dipecahkan oleh gelombang suara yang dihasilkan. Namun, sepertinya ada yang berbeda kali ini karena tidak ada gelombang kejut yang menerbangkan dirinya seperti tadi.
Merasa janggal, Schifar segera mendongak dan memindai musuhnya untuk menjawab pertanyaan yang terbersit. Dapat. Bagian leher ular putih tersebut terdapat luka gores yang masih mengeluarkan darah segar.
Schifar melirik Lysandra dan berhipotesis bila luka tersebut ditorehkan olehnya. Bila benar, dengan apa dan bagaimana Lysandra melakukannya, menjadi sebuah misteri yang harus dipecahkan.
Sebuah ide muncul dalam benak. "Hanya segitu? Kemana perginya jurus saktimu?" Schifar dihadiahi geraman marah dan sorot penuh kebencian yang diarahkan kepada Lysandra.
"Begitu," gumam Schifar untuk dirinya sendiri, sangat puas setelah mengetahui dugaannya benar bahwa Lysandra telah melakukan sesuatu pada ular tersebut.
Entah mengapa si makhluk hijau hanya berdiam diri dan menatapnya. Bila diperhatikan dengan seksama mata merah yang menyala tersebut hanyalah sepotong kristal yang memiliki efek seperti disinari senter dari belakang.
Lengan bawah kirinya menghilang akibat terpotong sesuatu, karena masih meneteskan cairan kental berwarna hijau neon. Di tangan kanannya tergenggam sebuah tongkat hitam sepanjang dua meter atau lebih.
Pada kedua ujung tongkat tersebut terdapat tiga gigi berujung tajam seperti trisula, mungkin lebih tepat disebut sebagai trisula ganda. Tepat di tengah-tengah tongkat tertanam sepotong kristal yang identik dengan mata makhluk hijau tersebut.
"Mindy, DIR PENKA!" Setelah mendapat perintah, makhluk hijau yang namanya lebih imut-imut daripada tampilan fisiknya ini menutup mata.
Schifar menunggu apa yang akan terjadi dan firasatnya mengatakan apa pun itu pasti tidak akan berakhir indah. Benar saja, matanya benar-benar terkunci pada makhluk itu meski ia berusaha menoleh ke arah lain.
Bias cahaya merah mulai mengintip dari balik pelupuk mata makhluk itu yang membuka perlahan. Firasat Schifar semakin menjerit sewaktu tubuhnya juga tidak mampu bergerak. Sekarang ia lebih mirip manusia yang terperangkap dalam tubuh boneka.
"Tidak bisa bergerak? Kau akan menjadi boneka koleksiku yang baru—mengganti Linka yang kau penggal tadi!" sungut si ular putih yang dipenuhi rasa percaya diri akan memenangkan pertempuran dengan satu serangan Mindy.
Entah efek apa yang akan terjadi pada Schifar bila mata Mindy terbuka sempurna dan terkena cahaya tersebut. Sinar laser yang akan melubangi kepala? Membakarnya secara spontan hingga dalam hitungan detik ia berubah menjadi abu? Apa pun itu, serangan yang dapat diterjemahkan sebagai jurus tersakti makhluk itu hanya memilih satu tujuan, memaksanya beralih ke dunia orang mati.
"Mati, hah?" Meski mata Schifar terpaku pada Mindy, tapi yang membayang jelas justru wajah Lysandra yang masih pingsan dalam pelukannya. Mati sama sekali bukan ide yang buruk, tapi bagaimana dengan Lysandra? Tidak mungkin gadis belia ini rela, lagipula ia hanya akan berakhir menjadi Malefowl, roh gentayangan yang menjadi hamba makhluk kegelapan. Bagaimanapun caranya, ia harus menyelamatkan Lysandra, bukankah ini tujuannya datang ke sini?
"Kau tidak boleh mati di sini, Lys. Tidak selama aku masih hidup." Tekad kuat Schifar menyembur dari tatapan tajamnya. Yang perlu dilakukannya adalah mematahkan mantra pembekunya terlebih dahulu. "Berpikirlah Schifar ...."
"Kau tahu apa yang akan terjadi bila Medusa menatap mata musuhnya, 'kan? Mereka akan menjadi batu, batu, BATU!" Ular putih ini sepertinya mengalami gangguan kejiwaan karena sejak pertemuan pertama mereka hingga sekarang, makhluk melata yang bisa berbicara ini terus-terusan berteriak histeris dan sekarang tertawa kesetanan.
Schifar sempat berpikir untuk menangkap ular tersebut dan menyerahkannya ke rumah sakit jiwa, tapi seketika mengurungkan niat karena menimbang kemungkinan lain yang justru merugikan, seperti ikut disekap di sana setelah mengatakan, "Hati-hati dengan telinga kalian, ular ini hanya bisa berteriak histeris."
"Mati KAU!" Cahaya menyilaukan terlepas beriringan dengan mata yang terbuka sempurna dari makhluk hijau tersebut dan teriakan si ular psikopat. Lengkap sudah penderitaan dua indera Schifar yang harus menanggung semuanya.
Sial! Aku tidak datang ke tempat ini untuk membawa pulang mayat! Lys ... semoga ini cukup untuk membuatmu tidak mati di tempat ini ....
Schifar mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mematahkan mantra pembeku secara paksa. Bila saja ia sebuah patung porselain, maka sumbu tubuhnya akan retak-retak dan pecah saat ia merunduk hingga nyaris terlihat seperti ponsel lipat untuk melindungi Lysandra dalam pelukannya. Guratan-guratan urat bermunculan di permukaan kulitnya yang pucat, seluruh tubuhnya gemetar menahan sakit di bagian pinggangnya yang seperti hendak terbelah dua.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro