Chapter 11.4 - Crush
Sepanjang perjalanan menuju perpustakaan kota, Quentine tidak bersuara lagi. Ia tidak enak hati dengan sepasang suami istri yang telah memberi mereka tumpangan dan sekarang terlihat seperti sopir pribadi keluarganya akibat ulah Lysandra.
Sungguh, Quentine menyesal tidak melaksanakan niat semula. Andai saja ia menyegel jendela dan pintu rumah dengan mantra pengunci supaya si keras kepala di sampingnya sama sekali tidak bisa keluar sebelum mereka kembali.
Seolah tahu isi hati sang suami, Myristica hanya melempar senyum simpul dan membiarkan Lysandra bersandar di bahunya.
***
Sepuluh menit berlalu sejak Aithne mematikan radio karena tak ada satu pun saluran yang bisa tertangkap, kemungkinan karena gumpalan awan tebal yang menggantung di langit.
"Ee~ng ... Tante Aithne,"
"Ya?" Aithne menatap pantulan Lysandra dari kaca yang tergantung di atas kepalanya.
"Serigala berbulu putih—" Sesaat beradu mata dengan pantulan Aithne, nyali Lysandra segera ciut.
Lysandra tidak yakin untuk melanjutkan pertanyaan, tapi ia tahu pasti wanita bermata tajam dalam pantulan kaca paling benci dengan kalimat yang digantung. "Serigala itu ... apakah ...."
Sial! Kenapa susah sekali!Kuatkan diri Lysandra!
"Mereka—" Maeveen melirik Aithne, "apakah mereka masih ada?" sambungnya.
"White Vyraswulf?" Aithne mengernyit sambil mencoba mengingat-ingat. "Setahuku keturunan terakhir sudah habis terbantai dalam Perang Besar itu."
"Mungkinkah ada yang berhasil selamat?"
Lysandra menatap Aithne dan Maeveen bergantian, tidak paham dengan yang sedang dibahas mereka. Namun, ada satu hal yang membuatnya kesal—disingkirkan dari topik yang dimulainya.
Memang ide buruk cari info dari mereka.
***
Mobil melewati reruntuhan bangunan di pinggir jalan. Kotak memori dalam kepala Lysandra langsung terbuka. "Kedai itu!"
"Ada apa, Hazel?"
"Itu tempat aku dan Schifar singgah untuk makan malam! Tapi ... kenapa tempat itu ... jadi puing sekarang?"
"Apa? Makan malam?" Quentine menyipit dan mengeluarkan lirikannya yang khas.
Bagus, sekarang dua pasang mata menatapnya, menuntut penjelasan.
Oh, tidak ... aku mengacaukan semuanya ... mulut oh mulut! Berhentilah menyusahkan!
Lysandra kesal pada diri sendiri yang baru saja membuka rahasia. Sekarang, bukan hanya dua, tapi empat orang yang tahu rahasia terdalam hatinya.
"Tidak, tidak. Aku hanya asal bicara, mungkin karena terlalu lelah jadi melantur—tolong bangunkan aku bila sudah sampai," kelit Lysandra sambil pura-pura menguap dan memejamkan mata.
"Tunggu dulu, anak badung! Kau pikir ini saatnya untuk tidur?" Quentine mencubit dan menarik pipi Lysandra ke arahnya.
"Aw, aw, aw ... sakit Pops!"
"Cepat jelaskan!"
"Ok, ok. Tapi lepas dulu, Pops!"
"Janji?" tuntut Quentine.
"Iya, iya! Lepas, Pops ... kasihani kulit mudaku ini nanti melar sebelum waktunya, Pops!"
"Quentine, lepaskan dia, " pinta Myristica supaya Quentine segera menghentikan penindasannya terhadap pipi Lysandra.
Selepas dari cubitan Quentine, Lysandra sibuk mengelus-ngelus pipinya yang terasa panas sambil memajukan bibir.
"Cepat, Hazel." Quentine bersedekap dan memasang wajar tersangarnya.
"Baiklah. Schifar yang menyelamatkan aku sewaktu dirasuki makhluk sialan itu. Namanya anak perempuan dalam masa pertumbuhan, pasti masih mengenal rasa lapar, betul?"
"Langsung ke intinya saja. Kalau mau belajar pidato ada waktunya!"
"Iya, iya. Intinya aku lapar, jadi kami makan di tempat tadi—tamat, sekian, the end."
"Siapa itu Schifar?" Suara Quentine meninggi bila sudah mendeteksi nama lelaki.
"Pops, dia kan temanku dan EG. Kau pernah melihatnya waktu penerimaan siswa kelas satu dulu."
"Kau masih berteman dengan anak berangasan itu, Hazel?" Quentine semakin sewot sewaktu muka Schifar membayang dalam benaknya.
"Quentine, anak itu yang telah menyelamatkan putrimu," sela Aithne. Secara tidak langsung ia ingin mengatakan supaya Quentine berterima kasih pada Schifar.
"Bisa apa anak preman itu!" sembur Quentine, makin kalap.
"Bukankankah kau bilang telah melihat semua yang dialami putrimu? Mengapa kau tidak bisa melihat tindakan penyelamatan anak preman itu?" Aithne menatap pantulan wajah Quentine di kaca tengah.
Skakmat. Quentine gelagapan, "Itu ... itu. Itu karena ada kabut tebal yang menghalangi pandanganku!"
"Kabut?" Myristica berpaling pada Quentine.
"Ya. Kabut keemasan. Aku tidak tahu kenapa aku tidak menembus kabut itu."
Mata Quentine membesar lalu menoleh pada Lysandra, seolah putrinya adalah hadiah utama dari undian berhadiah yang baru dimenangkan. Myristica juga memiliki reaksi yang sama.
"Kenapa ... kalian memandangku dengan wajah konyol seperti itu?" Lysandra merasa kandungan kegilaan dalam darah kedua orang tuanya sedang tinggi.
"Lisy! Kau bisa melindungi pikiranmu?" Myristica memeluk erat Lysandra.
"Eh? Apa itu kemampuan yang harus dibanggakan?"
"Tentu saja! Itu tehnik melindungi pikiran dengan menciptakan kabut penghalang sehingga pikiranmu tidak bisa disusupi dengan mudah! " Quentine ikut memeluk Lysandra, mengurungnya dalam sangkar pelukan.
"Begitu. Tapi apa pentingnya tehnik itu? Orang gila mana yang suka meneropong pikiran orang lain?"
Oh, tolong! Kenapa aku malah menguasai kemampuan tidak penting seperti ini!
Aithne mengintip dari balik kursinya. "Sedikit info saja, ada sekelompok ras yang suka memanipulasi pikiran orang lain demi tujuan tertentu. Mereka bisa menjadikan kawanmu menjadi musuh paling berbahaya untukmu."
Asupan informasi berguna dari Aithne supaya Lysandra waspada, justru mendirikan bulu roma. "Mengerikan," gumam Lysandra sambil memeluk dirinya sendiri.
***
Quentine berdeham dan melanjutkan interogasinya, "Hazel, kenapa melindungi anak preman itu dari penglihatanku?"
"Pops. Kita buat kesepakatan dulu, bagaimana? Aku bertanya dan Pops jawab, lalu Pops boleh tanya apa saja padaku. Setuju?"
"Kau janji akan jawab semua? Sedetail-detailnya?" Quentine ingin memastikan Lysandra tidak terus-terusan menyimpan rahasia darinya.
"Ya, janji." Lysandra mengacungkan sepasang kelingking yang saling ditautkan. "Tentang teknik melindungi pikiran. Bagaimana bisa aku menggunakan teknik yang aku tidak tahu sama sekali soal itu?"
"Teknik dasar seperti itu dapat aktif karena dipicu oleh sesuatu, seperti halnya insting," terang Quentine dengan bahasa yang paling sederhana.
"Ah~ Begitu." Lysandra mengangguk paham. Keinginan untuk melindungi Schifar telah mengaktifkan kemampuan terpendamnya.
"Giliranku. Hazel, jawab pertanyaan tadi."
"Ya, ya. Aku tidak akan mangkir, Pops—Jadi, ketika aku dirasuki makhluk air dan diculik ke Hutan Eorwood, Schifar yang mencari dan berhasil menemukanku di sana—"
Quentine memicingkan mata. "Bagaimana cara dia menemukanmu?"
"Aku tidak tahu." Lysandra mengendikkan bahu. "Yang penting dia berhasil kan, Pops?"
Maaf, Pops. Aku tidak bisa membuka status Schifar padamu.
Aithne menangkap mata Lysandra dari pantulan kaca, tapi yang ditatap langsung membuang muka. Dari gelagatnya, Aithne langsung mengendus bila Lysandra ingin melindungi identitas Schifar sebagai Vyraswulf. Tidak salah lagi, sahabat putrinya menyukai lelaki itu dan tahu pasti bila Quentine akan menentang hubungan mereka—bila ternyata ada benih cinta di antara mereka berdua.
"Bagaimana tindakan penyelamatan heroiknya?" Quentine memasang sikap defensifnya, bersiap mencibir bila menemukan celah untuk meremehkan Schifar.
Lysandra mencoba memanggil kejadian yang sesungguhnya sangat samar-samar dalam ingatan. "Dia menciptakan bola udara dari tepi bendungan."
"Jangan bohong." Quentine dan Aithne serempak membantah.
"Tidak, itu yang terjadi."
Meski mendeteksi kejujuran di mata Lysandra, keraguan masih tetap membayang dalam diri Aithne. "Benarkah dia bisa melakukan itu?"
"Tentu saja, Tante. Aku yang berada dalam bola udara itu, jadi bisa kupastikan aku tidak mengarang."
Aithne tahu pasti Vyraswulf tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan bola udara seperti yang diceritakan Lysandra, tapi bila bukan Schifar, lalu siapa?
Maeveen menyisipkan diri. "Bukankah Pixie dan Aechid bisa melakukannya?"
"Ralat, bukan Pixie tapi Rǜę. Hanya saja ... Hazel belum punya Rǜę," balas Quentine, "tapi, tidakkah ini aneh?"
"Aneh kenapa, Pops?"
"Aechid menciptakan bola udara untukmu? Setelah semua usaha untuk mencelakai? Masuk akal?"
"Iya juga, Pops." Lysandra pura-pura memaksa otaknya bekerja ekstra.
"Jadi, cepat cerita apa yang sesungguhnya terjadi, Hazel!"
"Pops ...!" Bohong rasanya bila Lysandra tidak ingin mencubit Quentine. Pembahasan sudah sepanjang ini dan pria itu masih meragukan keontentikan ceritanya.
"Memangnya siapa Schifar ini—kenapa dia bila melakukan hal seperti itu!" Quentine semakin gusar menyadari Schifar bukanlah Aether seperti dugaannya.
"Tidak tahu. Intinya aku selamat kan, Pops?" Lysandra tidak ingin menyeret perbincangan yang akan semakin menyorot Schifar.
"Kalau dia Pixie—bukankah itu berita bagus, Quentine?" Myristica berusaha menggugah kelogisan berpikir suaminya.
"Kau benar," timpal Quentine sembari menggosok-gosok dagunya. "Kalau berangasan itu Pixie, setidaknya bertambah satu Pixie yang kita tahu."
Walaupun terkaan kedua orang tuanya salah, Lysandra tidak bermaksud mengoreksi, akan lebih baik mereka beranggapan seperti itu.
***
"Lalu, apa saja yang kalian lakukan?" selidik Quentine tajam.
"Tidak ada. Dia perhatian, contohnya sewaktu aku kelaparan dia bisa tahu." Lysandra berusaha mengangkat citra buruk Schifar dari semua orang.
"Tentu saja dia bisa tahu! Kupingnya pasti terganggu dengan suara naga mengorok dari perutmu!" olokan setengah hati Quentine mampu melengkungkan senyum yang berpotensi menyembur dalam bentuk tawa. Namun, tidak berlaku bagi Lysandra.
"Pops!" Lysandra menggembungkan pipinya seperti tupai.
"Quentine ...." Myristica mengingatkan suaminya agar berhenti mengumbar kalimat-kalimat yang juga berhasil memerahkan wajah Lysandra.
"Baiklah, baik." Quentine mengunci mulutnya.
"Lisy, sekali-kali undanglah dia ke rumah." Myristica bisa menebak reaksi Quentine, tapi ia memiliki alasannya sendiri. "Kita tidak boleh menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih."
Senyum Lysandra langsung mengembang, sangat paham dengan maksud Myristica. "Betul juga. Tenang saja, Moms ... dia orangnya tidak menyebalkan seperti Wyfrien."
"Hazel, jangan sekali-sekali mendekati lelaki yang kau temui di museum itu!" Quentine kembali mendengkus. Ia tidak ingin putri satu-satunya dekat dengan satu pun ras Vyraswulf.
"Ish, ish, ish ... tanpa Pops bilang pun, aku akan menjaga jarak satu kilometer darinya!" desis Lysandra sambil memasang wajah jijik, seolah Wyfrien adalah pembawa penyakit berbahaya yang harus dijauhi.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro