Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 10.5 - Supper Time

Betapa Lysandra sangat bersyukur karena hari ini nyaris menjadi bencana terbesar dalam hidupnya—kehilangan sosok ibu yang dicintai selama-lamanya. Namun, semua peristiwa juga semakin menggelitik rasa ingin tahu yang menuntut dipuaskan. Informasi mengenai Vyraswulf belum sempat terkumpul, sekarang ditambah dengan hal aneh yang berhubungan dengan keluarganya dan mungkin keluarga Excelsis termasuk yang menyimpan banyak rahasia untuk ia kuak sendiri.

Mata Lysandra tidak berkedip memperhatikan Excelsis yang tengah serius memotong-montong kue lapis stroberi dan dengan cekatan memindahkan bagian per bagian ke piring kecil yang sudah berjejer di atas meja. Hatinya tengah mendiskusikan dua hal yaitu perlu atau tidaknya menceritakan semua penemuan selama ini kepada sang sahabat.

Insting Excelsis langsung terkutik karena merasa ada sepasang mata yang sedang mengawasinya. "Ada yang ingin kau bicarakan?"

Lysandra terkejut dan bertanya-tanya dalam hati apakah ia memang terlalu bodoh untuk melindungi isi kepalanya. "Eng, iya. Kau sudah selesai?"

"Ya. Tinggal membawanya, jangan lupa minumannya." Excelsis meletakkan piring-piring yang sudah terisi ke atas baki besar yang dikeluarkan Lysandra dari lemari.

***

Di ruang tamu Maeveen dan Aithne duduk berhadap-hadapan dengan Quentine dan Myristica yang tampak lebih sehat dari beberapa jam lalu.

"Aku tahu ini sudah berlalu. Tapi, adakah informasi yang bisa dibagi?" Maeveen membuka percakapan.

"Ya. Tentu saja, maaf tadi belum sempat menjawabmu. Untuk mempersingkat waktu, aku akan membiarkan kau membaca ingatanku."

"Baiklah." Iris Maeveen berubah seperti permukaan air yang ditetesi pewarna merah darah. "Aku akan mengakses pikiranmu sekarang. Kuingatkan ini tidak akan menyenangkan."

Quentine mengangguk dan bertatapan dengan Maeveen. Meski sudah mempersiapkan diri, kepalanya serasa diseruduk truk dan akan segera berpindah dunia saat itu juga.

"Tetap fokus dan jangan pejamkan mata sebelum kusuruh."

"Urgh ...!" Quentine berperang dengan kelopak mata yang memaksa untuk menutup, seolah pelindung indera penglihatannya tersebut berusaha merebut kendali.

"Aku akan menghitung sampai tiga. 3 ... 2 ... 1 ...!" Maeveen menjentikkan jari dan seketika mata Quentine terbuka lebar, memperlihatkan iris merah darah dengan lingkaran keemasannya yang khas.

Selagi Quentine terperangkap dalam waktu yang membeku, kepala Maeveen mulai dibanjiri rekaman-rekaman kejadian yang dimulai dari penyelamatan Lysandra dari museum kota hingga pertarungan antara Svelatrix dan Cervius.

Lima menit kemudian, Maeveen menjentikkan jari sambil mengembuskan napas berat setelah selesai menonton kilasan-kilasan peristiwa yang mirip film dokumenter. "Kalian membahayakan diri kalian sendiri."

"Ya, aku tahu. Aku tidak akan memaafkan diriku bila sesuatu terjadi pada mereka berdua."

"Bisa dimengerti."

"Sekali lagi terima kasih karena kalian mau meluangkan waktu untuk direpotkan oleh kami semua." Myristica merasa sangat berhutang budi pada keluarga Vladimatvei, meski ia tahu suaminya hingga sekarang masih antipati pada segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia dua 'ras V'—Vampire dan Vyraswulf.

***

Waku berlalu dan rasa penasaran tidak mengizinkan Lysandra untuk sekedar memejamkan mata dan memasuki dunia mimpi. Kasur selembut awan bahkan tidak sanggup untuk membujuknya terus berbaring.

Lysandra meraih alarm dan menekan tombol kecil untuk menyalakan lampu latar. "Masih setengah tiga," keluhnya sambil menatap langit-langit kamar yang remang-remang.

Tak kunjung tertidur juga, Lysandra menyerah dan turun dari ranjang. Mungkin terlalu lama berteman dengan Excelsis telah membuka lubang hitam baru di perutnya yang baru saja menyedot dua bongkah besar asteroid berbentuk kue lapis stroberi. Namun, bila diingat-ingat Bila diingat-ingat ia memang belum makan apa-apa sejak dibawa pulang ke rumah oleh Quentine. Lagipula, hidangan sampingan seperti kue tidak akan cukup membuat perutnya mendapatkan status kenyang.

Keluar dari kamar, kondisi ruang makan yang terang benderang membuat jiwa detektif Lysandra terusik, ingin tahu siapa gerangan yang sedang bertapa di sana. Ia mengendap-endap cepat mendekati satu-satunya ruangan tak berpintu di rumah mereka dan mengintip.

Punggung Quentine yang pertama menyambut mata Lysandra. Pria yang tengah sibuk melakukan sesuatu di meja dapur dekat tempat cuci piring hingga tidak menyadari kehadirannya yang perlahan mendekat. "Pops?"

"Hazel?" Quentine menoleh sejenak sebelum kembali pada aktivitas semula. "Kau lapar?" tanyanya sembari mengatur potongan daun selada, tomat, keju, dan bawang bombay di atas dua lembar roti tawar yang diletakkan berjejer.

Selesai menyusun menara roti isi bertingkat tiga, Quentine segera mencuci semua peralatan kotor. Lysandra membantu mengembalikan sisa-sisa bahan ke dalam kulkas dan menyambar sekotak susu di pintu kulkas, lalu membawa jajanan tengah malam hasil karya Quentine ke meja makan.

Quentine menyusul setelah mengeluarkan seperangkat peralatan untuk membuat teh dan gelas bening pada kabinet kayu di atas kepalanya. Ia menyeduh tehnya sendiri sebelum bergabung dengan Lysandra. Berhubung sosok yang ditunggu sudah duduk, Lysandra langsung menyambar potongan roti isi yang telah menggodanya sejak awal, sementara Quentine meraih kotak susu dan menuangkan isinya ke gelang bening langsing yang telah disiapkan.

"Pelan-pelan, nanti tersedak." Quentine sibuk melarutkan endapan dua sendok kecil gula pasir di gelas tehnya.

Selesai menandaskan satu potong roti isi, Lysandra meraih gelas susu dan menghabiskan dengan dua kali tenggak. Sisa susu menempel di sudut mulut hingga Quentine memberi kode untuk menyekanya. Tanpa sungkan, ia mengelap mulut dengan ujung piyama.

"Hazel ...."

"Hehe, tenang saja, Pops. Di kamar tidak ada semut, kok." Lysandra merasa puas bisa membuat mulut Quentine mengerucut dan menggelengkan kepala karena sikapnya yang 'tidak elegan sepeti seorang putri'.

"Boleh tambah?" Lysandra melancarkan jurus andalan, yaitu 'menyumpal mulut pops, sebelum kata-katanya mengendap dan jadi tahi telinga'. Agak kurang ajar, tapi tidak ada yang dapat menghentikan Quentine bila ia mulai menyemburkan untaian kata-kata mutiara super panjangnya yang bila direkam mungkin akan menghabiskan memori ponsel. Yang masih menjadi misteri, penyakit cerewet akut ini hanya terjadi di lingkungan rumah mereka saja.

Benar saja, Quentine mengurungkan niat untuk meluncurkan daftar pertanyaan yang berderet-deret setelah melihat perhatian Lysandra tercurah sepenuhnya pada dua potong besar roti isi di hadapan mereka. "Habiskan bila kau mampu."

"Eeeng ... Pops, kenapa aku bisa ada di kamar—Apa aku ketiduran?"

Quentine mengacungkan jari telunjuk sebagai isyaratnya untuk meminta Lysandra bersabar karena ia tengah menyeruput teh.

***

Kata-kata serupa ramalan dari Myristica kembali bergema di belakang kepala Quentine sewaktu menatap Lysandra. Ia tahu pasti peringatan sang istri merupakan peringatan akan bahaya besar yang akan menimpa harta karun mereka berdua bila mereka terus mencoba lari dari fakta bahwa takdir yang mengikat mereka juga telah mengikat Lysandra.

Sampai kapan pun mereka memang berbeda—tidak akan pernah bisa menjadi manusia biasa—karena mereka adalah Pixie, salah satu ras yang harus mempertahankan keberlangsungan hidup bila tidak ingin semakin digerus waktu dan punah. Sewaktu menyelimuti Lysandra yang jatuh tertidur, ia sempat menimbang-nimbang untuk menghapus ingat malaikat kecilnya, tapi ada keraguan bila yang dilakukannya adalah hal yang benar saat mengulurkan tangan untuk menyentuh dahi Lysandra.

Sentuhan Myristica memang lembut, tapi intonasi suaranya sedingin telapak tangan yang sekarang mendarat di punggung tangan Quentine, mencegah sang suami meneruskan niat.

"Apa yang akan terjadi bila seandainya kau tidak menemukannya di saat yang tepat? Aku bisa menjamin baik kau maupun aku tidak akan sanggup menanggung rasa bersalah yang akan menghancurkan hidup kita dan akan terus berlanjut sampai kita akhirnya pergi meninggalkan dunia yang telah dianugerahkan oleh Bunda Orflaith bagi kita, Quentine.

"Aku mengatakan ini karena membayangkannya saja membuat seluruh tubuhku gemetar. Kita tidak akan pernah bisa terbebas dari perasaan bersalah dan takut yang mencabik itu. Jangan pernah mendatangkan neraka itu, Quentine."

Myristica meminta Quentine untuk mulai terbuka dan menjelaskan asal-usul mereka pada Lysandra. Tidak ada gunanya terus-menerus menyembunyikan jati diri karena hanya akan membuat putri keras kepala mereka dengan caranya sendiri mencari tahu yang tersembunyi itu. Ia juga menekankan fakta tentang rasa ingin tahu tentang Vyraswulf telah mengantar Lysandra ke museum kota dan bagaimana kondisinya sewaktu ditemukan.

***

Waigu~ As always, jangan lupa vote + komen, ya. Maaciw ^.^v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro