B A B 8
--VERSUCHEN MALOVE--
[ B A B 8]
by: MeAtWonderland ft. rebel_hurt
🌸
STRATEGI.01
Harus Terlihat Hebat Di Mata Orang Lain.
Setelah sesampainya di kos-kosan, gue langsung menelentangkan tubuh di atas kasur. Beberapa hari ini gue benar-benar butuh istirahat yang cukup untuk menstabilkan kondisi gue yang bisa dibilang kurang baik. Sebagai dokter koas, gue banyak dilimpahi pekerjaan-pekerjaan yang menuntut gue untuk tetap fokus, tapi itu semua akan sulit dilakukan jika gue tidak dalam keadaan yang fit.
Dan belum lagi rutinitas gue yang lain-lain---yang harus juga gue prioritaskan selain menjadi seorang dokter muda berkepribadian baik dan sangat bisa diandalkan. Pokoknya dalam hal apapun, kesehatan adalah prioritas utama bagi gue, dan bagaimana pun kesibukan gue, tidak boleh satu pun di antara rutinitas itu yang melampaui prioritas utama gue.
Belakangan ini, gue terlalu sibuk dengan koas dan mulai melupakan tidur. Bukan melupakan seperti "Yah! Gue nggak inget harus tidur". Bukan! tapi, seperti gue mengesampingkan kebutuhan primer gue satu ini dan menomorsatukan kebutuhan sekunder gue. Dan sialnya, efeknya baru terasa sekarang. Tubuh gue baru saja memberikan sinyalnya.
Gue sepertinya mengalami infeksi saluran hidung, batuk dan pilek, disertai migrain yang cukup serius. Dan itu cukup menganggu pekerjaan gue saat ini. Padahal disaat penting seperti ikut pembelajaran bersama dokter ahli dan sebagainya, gue seharusnya ikut.
Tapi, kali ini gue terpaksa absen dari keharusan gue satu ini. Gue harus segera memulihkan keadaan gue dan siap untuk kehidupan koas gue di pagi hari. Untunglah gue punya Rena yang ngebantu gue dalam banyak hal, termasuk minjem catatan pribadi dia---yang isinya seputaran ilmu kesehatan (baik dari dokter ahli, atau pun sumber selain itu). Jadi yah, kepinteran Rena sama gue bisa dibilang sebelas duabelas, alias nggak beda jauh.
Sekilas, gue teringat kejadian beberapa hari lalu yang dimana Rena mengajak gue pergi bersamanya ke supermarket dan kemudian secara tidak sengaja bertemu Dokter Vena. Itu mungkin bukan merupakan kesengajaan yang dibuat-buat oleh Rena, tapi merupakan sebuah ketidaksengajaan yang membuat gue akhirnya bisa semakin menyakinkan diri gue tentang seberapa peluang gue untuk bersama Dokter Vena, walaupun kecil kemungkinannya.
Gue tersenyum sendiri ketika Rena mengatakan kalau Dokter Vena mungkin tidak suka jika gue berdekatan dengan dirinya yang notabenenya adalah teman merangkap ahli strategi cinta gue untuk meraih Dokter Vena. Untuk pertama kalinya juga gue akhirnya bisa santai aja ketika bertatap muka dan berbicara atau sekedar ngobrol bersama Dokter Vena, baik itu di rumah sakit atau pun di tempat-tempat yang dimana kita dipertemukan secara tidak sengaja.
Contohnya kemarin. Gue sedang berkendara sendirian sambil mencari tempat makan di pinggiran jalan yang masih buka di jam setengah sebelas, dan untungnya ada. Di tempat makan itu kebetulan gue bertemu Dokter Vena---yang kemudian dialah yang mengajak gue untuk pertama kalinya makan bersama dengannya. Bukankah itu bisa gue bilang sebagai keajaiban? Walaupun gue berharap setengah persen dari kejadian itu adalah takdir buat hubungan gue dan Dokter Vena.
Perlahan tapi pasti, gue pasti bisa menaklukan Dokter Vena.
Lamunan gue terhenti ketika gue merasakan hp gue bergetar dengan sendirinya. Disana Rena sudah mengirimi gue beberapa pesan,
Sender: Renyuk
Yud, bisa ke rs gak?
Emergency banget Yud.
Tolong banget, Yud!
Lah, ini ada apa? Kok tiba-tiba Rena ngirimin pesan beginian. Memangnya kenapa lagi dengan rumah sakit? Rena juga kenapa?
Sejenak gue menghela napas pelan, kemudian menghamburkannya kasar ke udara. Gue menekan opsi panggilan langsung ke Rena. Namun di-reject. Tidak sampai disitu, pesan langsung yang gue kirim ke dia juga tidak dibaca-bacanya. Gue yang juga mudah tersulut emosinya, jadi sedikit khawatir kepada Rena dan kemungkinan yang dihadapinya.
Dan tanpa pikir panjang, gue segera bersiap-siap dan bergegas menuju ke rumah sakit. Kira-kira jarak yang harus gue tempuh ke rumah sakit ini bisa hampir setengah atau satu jam-an, tapi karena ini masih terbilang belum fajar, arus kendaraan ibukota bisa dibilang sepi lancar dan mempercepat sampainya gue ke rumah sakit. Suasana parkiran juga sepi-sepi aja, tapi...,
"Itu motornya bule caper kan ya?" gumam gue, memperhatikan motor sport hitam dengan plat nomor terakhir SV itu. Tidak salah lagi, dia subuh-subuh begini sudah ada aja di rumah sakit. Ngapain aja coba? Hm, apa dia sedang rajin ya? Oh iya, kan sedang ada pembelajaran sam dokter ahli ya? Iya. Gue lupa. Bodoh amat lah pake mikirin bule dodol itu segala.
Dengan langkah pasti, gue pun memasuki rumah sakit.
- V e r s u c h e n M a l o v e-
"Vena, kamu kenal Yudha? Dia dari stase yang kamu pimpin." gue nggak tau itu suara siapa, tapi sepertinya dia sedang membicarakan tentang gue. Iya, gue. Dokter Vena memimpin stase anak dan satu-satunya orang yang namanya Yudha kan cuma gue. Jadi sepertinya itu adalah pembahasan soal gue. Duh! gue kenapa lagi coba?
Tanpa ragu, gue mendekatkan indra pendengaran gue ke dekat pintu, "Iya, saya kenal. Memangnya kenapa ya, Dok?" jawab Dokter Vena ragu-ragu. Dia kayaknya takut kalau gue lagi-lagi bikin onar atau keselimpet masalah sama dokter ahli. Gue harap-harap cemas menunggu jawaban selanjutnya dari dokter yang tengah mengobrol dengan Dokter Vena.
Gue mencoba membuka pintu ruang kerja Dokter Vena, biar bisa tahu sekarang itu dia tengah ngobrol dengan siapa, tapi sepertinya tidak bisa. Jadinya gue cuman pasrah di tempat sambil memfokuskan percakapan mereka melalui telinga kiri gue yang menempel ke pintu.
"Ah, begitu ya. Dia boleh juga kemampuannya." respon Dokter satunya yang gue nggak tau siapa, tapi dari nada bicaranya dia tampak sumringah dan tertarik, "Tadi pagi dia membantu saya melakukan operasi disaat salah satu asisten saya kebetulan sedang berhalangan hadir. Kemampuannya dalam bidang saraf boleh juga ya? Bahkan sedikit melampaui dokter koas terbaik kami, Rena. Dia hebat juga ya? Dokter Vena pasti bangga padanya." sambung Dokter tersebut.
"Rena?" Dokter Vena bertanya pada satu nama itu. Nah kenapa ya Dokter Vena jadi tertarik dengan Rena? Gue bahkan belum tuh denger pujian dia untuk gue. Hm, okelah.
"Oh iya. Dokter Rena itu salah satu dokter muda stase saraf yang patut diperhitungkan juga dalam bidang saraf. Saya cukup kaget karena pengetahuan Dokter Yudha, hampir mencapai bahkan melampaui Dokter muda kami. Jadi tidak sabar untuk melihat Dokter Yudha pindah ke stase saraf, nanti."
"Begitu ya. Saya senang mendengarnya. Yudha juga sekarang sudah lebih berkembang dibanding sebelumnya." jawab Dokter Vena, "Terima kasih pujiannya. Lagi pula sejak awal Yudha masuk di hari pertama kerjanya, saya sudah bisa merasakan sesuatu yang heba dalam dirinya, yaitu keinginan untuk terus berkembang. Dan saya rasa itulah juga yang membuat saya tertarik pada dirinya,"
Gue membatu. Dan demi apapun gue benar-benar senang mendengarnya. Gue nggak nyangka kalau Dokter ketus semacam Dokter Vena akan mengatakan pujian sekeren itu ke gue yang notabenenya, dibanding yang lain---cukup bermasalah. Apa ini semuanya sudah direncanakan sama Rena ya?
Apa ini rencananya? Tapi, apa itu alasan dia ngibulin gue dan absen kerja? Nggak mungkin juga, sih. Sejenak gue mulai mengatur kembali posisi badan gue dan mengetuk pintu ruangan Dokter Vena. Disana juga ada Dokter Rian, yang memang gue bantuin tadi pagi. "Iya, kenapa?" tanya Dokter Vena ke gue.
"Ini ada berkas-berkas pasien yang Dokter Vena minta dari administrasi." Gue menyerahkan file yang memang seharuanya gue kasih sepersekian menit yang lalu, tapi tertunda karena aksi nguping gue barusan.
Bersamaan dengan itu, sebuah pesan tekirim ke hp gue.
Sender: Renyuk
Strategi satu selesai.
Tinggal tunggu beritanya menyebar.
Dan benar saja, setelah kejadian itu orang-orang nggak lagi meremehkan gue. Suster-suster rempong yang biasanya ceramahin gue ini-itu karena gue ceroboh atau apalah itu juga mulai menyanjung-nyanjung gue. Steven juga entah kenapa jadi makin riweh sama gue, tanya segala hal yang belum tentu juga gue tahu jawabannya. Asli Rena kalau bikin rencana emang udah paling top deh.
Tapi di staretegi selanjutnya apalagi coba rencana Rena? Apa juga bakalan berhasil ya?
🌸
Kena tag:
rebel_hurt rahmimth AlfiNurhasanah matchaholic MosaicRile blueincarnation Cathetel Jou-chan Jeon_Eun Salviniamei Shinshinayu MykaFadia_ HildaaaRosida17 stnurlaila cupchocochip Choco_latte2 CantikaYukavers monasmondo
A/N: Menurut kalian strategi Rena untuk strategi 02 gimana ya? Selanjutnya di rebel_hurt
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro