B A B 4
--VERSUCHEN MALOVE--
[ B A B 4]
by: MeAtWonderland ft. rebel_hurt
🌸
Jam berdetak lambat, semilir angin menelusuk ke sela-sela pori-pori . Malas. Itulah yang lagi gue rasakan ini. Biasanya gue bakal sempetin jam-jam seperti ini untuk shalat Tahajud. Tapi, sepertinya tertahan, bukan atas bujukan setan, tapi badan gue udah nggak bisa diajak kompromi lagi, terpaksa bolos shalat Tahajud.
Gue baru sampe kos-kosan tadi sekitar pukul satu lewat, dan langsung nyelangsa di kasur, sampe tidur. Bahkan kaos kaki, kemeja dan celana koas masih melekat di badan gue. Tiba-tiba hp gue geter, sesuai mode yang gue setting di hp.
Ada beberapa misscall, notif. sosial media dan satu pemberitahuan yang menarik gue untuk menekannya, yaitu notifikasi pesan whatsapp dari temen karib gue, Rena. Gue berdiri dari posisi tidur, dan duduk bersandar.
Rena: Yud!
Rena: Ada kaji materi sama Dr. Rian. Konsultasi gitu.
Rena: Mulainya jam 03.50. Dia bisanya jam segitu. Buruan! Semua anak stase wajib dateng.
Gue menghela napas kasar. Kaji materi sepagi buta ini, gak mikir apa, ya? Gue gak habis pikir aja, gitu. Gak sengaja gue melihat jam di hp gue, sial gue bisa telat kalo nggak gerak cepat dari sekarang. Mata gue melotot, hampir aja bola mata gue ngenggelinding keluar saking lemasnya saraf-saraf mata gue, menuju ke rongganya.
Pukul 03.10
Badan gue lemes banget, tapi itu berbanding terbalik sama apa yang gue lakukan sekarang. Gue langsung buru-buru ganti baju dan basahin muka sekenanya, tanpa mandi dan sikat gigi. Gue langsung ngumpulin alat-alat mandi gue dan naruh mereka di dalem tas gue, tak lupa juga satu stel baju. Alamat gue mandi di rumah sakit. Ck!
Setelah mastiin nggak kelupaan bawa kunci loker, gue menstarter motor gue dengan cepat. Di dalam hati gue merutuki mata gue yang udah ngantuk berat, lagi, padahal kalo ini dibiarin lama-lama, berpotensi membahayakan diri gue sendiri di jalan raya, dan bisa juga orang lain. Itupun kalo ada.
"Cih, gini amat nyari ilmu." gumam gue.
- V e r s u c h e n M a l o v e-
Sampainya di rumah sakit itu sekitar pukul 03. 54, dan itu belum parkir dan lari-lari drama menuju ke mess stase saraf, tempat janjian kaji materi dan materi bareng Dr. Rian.
Tanpa peduli lagi, gue langsung ke mess stase saraf dan mengikuti setiap pembelajaran yang ada. Parah. Ini adalah kali kedua gue telat dalam pertemuan yang sangat penting. Untung aja kali ini gue nggak telat-telat banget, ini menurut gue.
Gue langsung mengikuti materi yang baru berlansung. Sesekali gue tanya ini-itu untuk sesuatu yang kurang gue paham. Biarpun tetep aja si Bule yang lebih banyak tanya ini-itu-dan anu. Soalnya dia banyak yang nggak pahamnya, seakan ini adalah kesempatan dia buat sosialisasi di rumah sakit, palingan buat caper dan pencitraan juga. Dia akhirnya dipuji-puji sama si Dokter Rian. Emang dasarnya caper!
Kajian materi selesai jam tujuh pagi. Dan dari jam segitu gue udah mulai praktek wara-wiri di tempat sana-sini. Tapi karena belom ada kerjaan dan suruh-menyuruh dari dokter yang mungkin butuh pertolongan gue. Akhirnya gue berinisiatif buat jaga--nongkrong--di UGD, ditemenin sama Rena.
Ngomong-ngomong soal Rena, gue mau cerita soal gue dan Dr. Vena semalem, yang gue akhirnya bisa nganterin dia pulang dan mastiin perasaan gue, biarpun gue masih ragu juga ini. Baru juga gue mau ngobrol, Rena dapet telepon dari temen satu stasenya. Jadi gue nunggu, sampe gue denger keributan yang terjadi di koridor rumah sakit, deket UGD.
"Dr. Vena!" Nah loh, kenapa pagi-pagi gini udah ada yang teriak-teriak. Ganggu orang lagi nyantai aja. "Dr. Vena, ada pasien di bangsal anak yang tiba-tiba pingsan Dok. Nama pasiennya Cia."ucap si suster rempong, gue sengaja nguping.
Tapi si Cia..., kayaknya gue kenal sama itu nama. Cia yang katanya nggak mau dirawat sama gue dan maunya dirawat cuma sama si bule doang? Dia kan pasien yang dikasih kepercayaan sama Dr. Vena buat gue jaga.
Anjir! gue lupa nggak ngecek dia dari kemaren. Wah... gila-gila. Gilak! Bisa-bisa keberadaan gue di RS ini terancam. Dengan gesit gue langsung melaju ke ruangan Cia. Bahaya-bahaya. Pokoknya gue harus mastiin dia baik-baik aja. Walaupun tadi katanya dia cuma pingsan.
Gue inget, pertama gue ketemu itu anak kan dia nggak mau makan sama sekali. Gila emang. Gue itu... sebenernya kenapa sih! Masa bisa lupa sama tanggung jawab sendiri. Nyesel banget gue, sumpah. Tanpa gue sadar, gue lupa ijin pergi dari Rena.
Perlahan-lahan gue menarik napas gue dalam-dalam dan menghempaskannya ke udara dengan kasar, akhirnya gue sampai juga di bangsal anak, ke tempat Cia.
Disana ada Dr. Vena dan seorang suster, yang gue yakini sebagai si suster rempong tadi. Gue terdiam disana, memerhatikan Dr. Vena yang mengurus Cia dengan telaten. Selanjutnya di memberi keterangan kepada wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibunya Cia.
Untuk pertama kalinya gue ngeliat Dr. Vena nggak kasar, gak nyebelin dan malah jadi so sweet banget. Cara dia nanganin Cia itu loh yang bikin gue jatuh hati. Dia gesit dan juga... baik? Pemikiran apa sih ini. Apa gue bener-bener suka sama Dr. Vena?
Tapi, dari balik bagian manapun; sikap, cara bicara, dan apapun itu, semuanya sukses bikin jantung gue jumpalitan gak jelas. Contohnya sekarang. Dr. Vena menghampiri gue, setelah memutuskan pamit dari ibu Cia.
"Yudha, abis ini lo harus merhatiin kesehatan Cia secara kontinu, gue nggak mau kejadian ini terulang lagi. Inget! Gue nggak mau ini terulang lagi." Dengan kaku gue mengangguk menuruti permintaannya.
"I-iya Dok," kata gue sambil senyum-senyum gaje. "Apa pun buat kamu Dok." seru gue asal.
"Woi! Lo denger omongan gue gak sih?! --Malah ngelantur gak jelas!" bentak Dr. Vena, tabiatnya yang kemarin-kemarin muncul lagi. Dia narik lengan gue keluar dari bangsal anak.
"Ihh, ni anak maunya diapain sih?!" Dia tiba-tiba mukul gue pake papan yang si suster bawa. Si susternya sih ketawa-ketawa aja liat guenya menderita, dasar suster rempong! Bisanya bahagia di atas penderitaan orang aja.
"Apa?!" Bentak Dr. Vena.
Kali ini abis gue diomelin sama Dr. Vena. Tapi, tanpa diperintah pun mulut gue mengeluarkan kata-kata yang bahkan gak pengen sama sekali gue omongin, dan itu cukup membuat Dr.Vena terdiam.
"Gapapa, Dok. Makasih udah bikin saya suka sama Dokter. Saya yakin sama perasaan saya sekarang. Yakin seratus persen!" kata gue, pede abis, sambil mengacungkan jempol kanan gue ke hadapan Dr. Vena.
🌸
Kena Tag//
rahmimth Jeon_Eun unemiraille cupchocochip Shinshinayu stnurlaila Salviniamei MykaFadia_ matchaholic AlfiNurhasanah rebel_hurt blueincarnation HildaaaRosida17 Cleviya Cathetel Jou-chan MosaicRile Choco_latte2
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro