9 - The Brave and The Coward
Keesokan harinya aku pun kembali mencoba bermain Azure Online. Walaupun tanganku masih gemetar karena ketakutan. Memikirkan bagaimana rasanya menebas seseorang dengan kedua tanganku ini?
Entah ... itulah kalimat yang pertama terpikirkan olehku setelah sekian lama berpikir. Namun berkat nasehat pria tua itu, sekarang aku bisa maju dan menghadapinya.
Siapa dia?
Aku pun tak tahu menau tentangnya. Bahkan seingatku aku tidak pernah bertemu dengannya. Walaupun ia berkata "Ini bukan pertama kalinya kita bertemu, anak muda" dengan ramahnya.
[Welcome to Azure Online, Archie]
Dan di sinilah aku kembali. Sebenarnya hari ini Adi ada kerja kelompok di rumah temannya. Sebelumnya aku juga telah makan terlebih dahulu agar perutku tidak kelaparan.
Tubuh asliku terbaring di atas ranjang kamarku, dengan tenang, dengan rileks, dan aman.
"Sekarang apa yang akan kulakukan?"
Berdiri di antara kerumunan Player membuatku kebingungan. Setelah mengalahkan bos dengan level tanda tanya kemarin. Level-ku meningkat drastis.
Kini level-ku menjadi 20. Sedangkan Lash sepertinya menjadi 27 dan untuk Elen menjadi 36. Aku bisa melihat itu dari status pertemanan mereka. Di atas nama mereka, indikator level dapat kulihat.
Sepertinya kali ini aku harus mencari misi yang setidaknya meningkatkan statusku. Terlebih lagi level 20 dengan perlengkapan dan peralatan level 9. Aku merasa semua ini tidak masuk akal.
Setidaknya perlengkapanku mendekati atau setidaknya berada sejajar dengan level statusku. Aku pun pergi menuju papan biru besar di tengah-tengah plaza kota utama. Walau aku keluar dan kembali ke dalam Azure Online ini.
Aku sama sekali tidak di kirim menuju benua tempat ras-ku berada. Melainkan aku masih berada di benua Zoar, Feragard.
Melihat dan mencari, menunjuk, dan meraba serta menilik lembaran-lembaran misi yang menempel di papan besar itu. Suara kerumunan para Player kini mulai memenuhi Plaza.
Namun sebuah notifikasi pesan muncul ....
"Huh? Apa ini?"
Aku pun menekan ikon bergambar surat di sebelah kanan bawahku.
[You Are Now Have a Requirement For The Next Class]
[Accept the Challenge, Yes/No]
Aku pun menerimanya dan setelah itu sebuah panah mulai muncul dalam pandanganku. Entah apa Player lain bisa melihatnya atau tidak. Yang pasti panah itu seperti menarik diriku menuju suatu tempat.
***
Akhirnya aku tiba di sebuah portal di seberang bangunan raksasa. Tempat yang tersembunyi. Bahkan aku masuk ke dalam sebuah lorong kecil hingga bisa sampai ke sini. Tidak ada orang lain selain diriku.
Setelah aku mendekati portal itu, panah yang sedari tadi berperan menjadi penuntunku menghilang.
"Apakah ini tantangan yang muncul tadi?"
Di saat aku mencoba mendekati portal. Beberapa lengan tiba-tiba saja muncul dan menarikku ke dalamnya.
"Whuoaaaa!!!!"
Kali ini tubuhku seperti tidak bisa kugerakan dan begitu aku sadar. Pemandangan di langit atas sangat berbeda. Bukan lah langit cerah yang kulihat, melainkan langit malam keunguan yang terhampar begitu luasnya.
"D-di mana ini?"
Ketika aku tersadar sepenuhnya. Di sekelilingku berbagai bangunan mati berdiri dengan tegap. Mengeluarkan aura kesuraman yang tidak bisa kuukur sama sekali.
Aku pun bangkit dan melihat sekelilingku untuk kedua kalinya. Tetap ....
" ... Tidak ada siapa-siapa di sini?"
Pemandangan yang sama bisa kulihat ketika aku berjalan untuk mencari petunjuk. Tiada seseorang yang bisa kumintai bantuan. Bahkan ketika aku berusaha memberi kabar pada Lash maupun Elen.
Indikasi layar status mereka di halangi oleh dua garis hitam menyilang. Berapa kali pun aku mencoba untuk menghubungi mereka, hasil yang kuterima selalu nihil.
Aku pun mencoba untuk memasuki salah satu bangunan mati yang menurutku cocok untuk kudatangi. Tetapi tiba-tiba saja muncul sesosok monster setinggi enam meter dan membawa sebuah trisula hitam.
Perawakannya seperti wanita. Memiliki dua buah tanduk dengan wajah yang tertutupi kain putih pucat. Pakaian yang digunakannya adalah sebuah gaun berumbai-rumbai kemerahan.
Tangannya patah-patah dan saling menyatu berkat jahitan kusut yang terlihat memilukan. Sedangkan di bagian bawah gaunnya. Beberapa orang—Player saling bergandengan tangan dengan berbagai ekspresi wajah yang mereka ungkapkan melalui kesunyian.
Tanpa kusadari sama sekali. Trisula itu melesat ke arahku. Ukurannya bukan main-main, mungkin bisa kukatakan ia setinggi patung Liberta milik negara seberang benua.
Aku berguling ke samping dan berhasil menghindari hujaman trisula mematikan itu. Tetapi tanah tempatnya terbenam hancur dan dari dalamnya bermunculan besi-besi yang diselimuti oleh kawat-kawat tajam.
"Hampir saja aku mati dalam sekali serang."
Ketika aku bangkit dan melihat monster raksasa itu. Sebuah indikasi status muncul dan membuatku tercekat.
[The Lonelyness Grim Maiden, Maria Lv—]
Tak ada level, monster itu tidak memiliki level sama seperti Lagiaz. Aku tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi. Jika seandainya ini adalah kasus yang sama seperti itu. Maka ini sama sekali tidak lucu.
Aku hampir mati—setidaknya aku hampir mati gara-gara serangan jantung, mengetahui kembaranku bertarung melawanku hingga salah satu di antara kami mati. Itu tidak mungkin, 'kan?
Tetapi itu terjadi dan aku mengalaminya sendiri. Suara lengking membuatku ambruk dan bangunan di sekitar monster besar itu retak dan hancur. Ia seperti seorang penyanyi.
Aku berusaha bangkit namun anehnya kakiku gemetar dan hampir saja aku jatuh kembali. Tetapi berkat pedang yang kupegang. Aku berhasil menopang tubuhku untuk sesaat. Selanjutnya hanya waktu dan keberuntungan saja yang akan menemaniku.
Skill [Reinforce Slash]-ku juga berubah menjadi [Azurast]. Di mana ketika aku menebaskan pedangku secara diagonal atau pun horizontal. Sebuah gelombang sabit selebar tiga meter akan melesat membelah apa saja yang berada di hadapannya.
Tidak hanya itu. Dalam waktu lima detik. Kecepatan seranganku juga akan bertambah hingga 3,25x dari biasanya. Aku juga mendapatkan Skill baru dan untungnya kali ini adalah Skill aktif yaitu [Crimson Claw].
Efek yang ditimbulkan oleh Skill ini adalah dampak yang di kali lipatkan serta efek bleeding pada lawan yang terkena serangannya. Dalam waktu lima detik HP lawan yang terkena serangan ini akan berkurang sebesar 1,25%.
Sedangkan poin Skill yang kudapatkan aku berikan pada status lainnya. Sehingga statusku meningkat dan juga seranganku menjadi kuat. Tetapi tetap saja di hadapan monster seperti itu, apakah seranganku akan berpengaruh atau tidak?
Tanah bergetar menandakan sesuatu yang besar mulai mendekat. Aku kembali berlari dan mencari tempat untuk bersembunyi selagi monster itu menghampiri senjatanya yang terbenam.
"Apa yang harus kulakukan?"
Berhasil menemukan tempat untuk bersembunyi. Aku pun mulai berpikir dan berusaha mencari jalan keluar. Tetapi ketika aku berhasil menemukan pintu di dalam kepalaku. Pintu-pintu itu terbelah dan menjadi banyak.
Aku tak tahu mana yang harus kupilih untuk menemukan jalan keluar. Di antara semua pintu yang kulihat saat ini, mana di antara mereka yang asli dan mana di antara mereka yang palsu.
Hanya ada satu dan pastinya akan menuntunku kepada sebuah jalan keluar yang nyata. Aku pun memutuskan untuk memilih pintu ini ....
"Baiklah!"
Di saat monster itu berkeliaran bebas di kota mati ini. Aku pun langsung melompat tinggi dan menebaskan pedangku dengan menggunakan Skill [Azurast]. Sebuah gelombang sabit muncul, melesat cepat dan membelah bangunan yang mengahalanginya.
Begitu bangunan itu terbelah dan akhirnya runtuh menjadi puing-puing. Gelombang sabit itu akhirnya menyapa sang monster dengan ramah. Dan suara debuman yang kuat terdengar lantang.
Udara meluap dan meluas ke seluruh penjuru kota. Rambutku tersisir dengan kasar, terangkat kemudian kembali diam.
"Apakah itu berhasil?"
Debu-debu cokelat yang menghalangi pemandanganku belum lah memudar. Begitu aku melangkah, sepasang mata merah menyala menatapku dari kejauhan. Di saat itu lah muncul kesatria-kesatria hitam yang kaku.
Mereka semua sepertinya adalah penduduk kota ini. Tetapi anehnya mereka terlihat seperti boneka, di mana mulut mereka di jahit, mata mereka di jahit dan tertutup rapat. Pergelangan tangan mereka di ganti oleh lengan besi karat yang memilukan.
Bahkan ketika mereka berjalan pun, kaki kanan dan kiri mereka seperti di seret.
"Ada lagi?!"
Selain itu juga muncul sesosok monster—tidak ... itu adalah ....
"Aku—?!"
Sosok itu adalah diriku sendiri. Namun keseluruhan warna pada tubuhnya hitam sedangkan kedua matanya kuning menerang. Aku tak tahu mengapa itu bisa terjadi, namun aku tidak menyukainya.
"Khakhakhakhak ... pedih pedih pedih, sakit sakit sakit, sesak sesak sesak! Kenapa semua ini terjadi padaku—bukan kah itu pemikiranmu? Diriku?"
Ia berbicara dan mendengarnya saja membuatku mual. Namun apa dayaku yang tidak tahu menau tentang hal seperti itu.
"Kali ini ... siapa kau?"
"Aku adalah aku, kau adalah kau, kita sama namun berbeda nasib, kita berbeda namun saling berkesinambungan. [The Sadness Little Knight, Type 00—]. Itu lah namaku ... khakhakha!"
"Type 00? Itu tidak mungkin!"
"Tentu aku adalah aku dan kau adalah kau, mengapa masih bertanya?"
"Percuma aku bertanya kepadamu, lebih baik kita selesaikan saja dengan ini!"
Kaki kananku menghentak, kemudian tubuhku terdorong dengan cepat sambil menghuyungkan pedangku. Tetapi ia ... yang mengaku sebagai Type 00 yang pernah kubunuh tidak lama ini, kini menampakan dirinya kembali.
Seharusnya itu tidak mungkin. Walau ia mengaku sebagai dirinya, maka hal yang membuatku gelisah adalah penampilannya yang sangat berbeda.
Setelah ia berhasil menahan seranganku, ia pun melompat mundur dan dari arah langit sebuah benda mengkilat datang melesat ke arahku. Karena reflekku cepat, aku pun berguling ke samping.
Bunyi dentaman terdengar hebat dan tanah berguncang menghamburkan komponen-komponen kecilnya. Di saat itulah aku kembali bangkit namun Type 00 menerjangku dengan hebat.
Tebasan diagonal dari bawah ke atas ia lesatkan dengan kuat. Aku menahannya dan pedangku bergetar menerimanya dengan senang hati. Bunyi-bunyi gemuruh terdengar pilu seakan-akan menuntut hak mereka yang telah lama terabaikan.
Sinar garis matanya yang suram terlihat samar dan ketika ia tersenyum girang. Hanya kegelapan yang dapat kulihat, kemudian segaris cahaya yang memudar melesat dari berbagai arah dan menerjangku bertubi-tubi.
"Ughh ...!!!"
Type 00 itu terus menyerang tanpa membiarkanku beristirahat. Ia tahu bahwa aku tak akan bisa menyerangnya balik karena bantuan dari Maria.
Oleh karena itu, ia dengan leluasanya menyerangku sambil tertawa kegirangan. Tidak tahu apa yang ia tawai, aku tersenyum kecut dan dahiku mengkerut ketika melihatnya tidak terkendali.
"Aghhhksss!!!!—"
Tubuhku terpental akibat serangan tiba-tiba yang di luncurkan oleh Maria. Benda itu menyerupai bunga mawar hitam yang busuk. Seperti sebuah pedang yang teramat kuno. Type 00 masih tertawa sendiri.
Senjata yang digunakannya ia lempar kemudian menarik pedang seperti bunga mawar itu. Aura gelap tiba-tiba saja muncul dan mengelilingi senjatanya. Tanpa kusadari kehadiran Type 00 menghilang dan tiba-tiba saja berada di hadapanku dengan wajah gila miliknya.
"Rasakan ini!! Khakhakhakhakha!!!"
"Ughkkk ... sial!"
Untungnya aku bisa menahan serangan pertamanya. Sehingga serangan berikutnya dapat kuminimalisirkan agar tidak terlalu melukaiku lebih dalam lagi. Tetapi ada yang aneh ....
"Darah?!—"
Ya, cairan itu kembali menghantuiku. Cairan berwarna merah itu kini membasahi sekujur tubuhku. Mengalir dan menetes begitu aku bergerak. Berjatuhan begitu tubuhku bergoyang dan mengeluarkan bau tak sedap ketika aku tak menginginkannya hadir.
"Lihatlah dirimu saat ini! Menyedihkan! Lagi pula kau akan segera mati di tanganku ini!"
Sambil menjilati pedangnya sendiri. Type 00 mulai mengambil posisi siap menyerang. Tubuhnya merendah dan ia pun kembali menerjangku.
Tetapi begitu aku ingin menahan serangannya, tanganku kembali gemetar. Tanganku seolah-olah mengingat bagaimana rasanya menusuk sesuatu. Terlebih lagi apa yang ditusuknya adalah seorang anak laki-laki.
"Aghkkss!!—"
Sebuah rasa hangat kini menyelubungi tubuhku. Menyambutku dengan hangat, cairan darah itu kembali membuncah. Namun kali ini cairan itu keluar dari mulutku dan membuyarkan pandanganku.
Tepat di bawah garis mataku, sebuah benda logam panjang berhasil menembus tubuhku. Pedih pedih pedih ... ini menyakitkan. Mengapa sensasi ini bisa kurasakan begitu nyatanya?
Apa salahku hingga aku mendapatkan hal seperti ini?
Apakah aku bersalah karena telah memainkan game ini?
Mengapa mereka ... mereka yang menyebut diri mereka sendiri sebagai Type 00 dan menyebutku Type 00 juga selalu ingin membunuhku. Jika seandainya ini kesalahan, aku ingin memberikan tuntutanku ini kepada perusahaan yang menciptakan RG dan juga game Azure Online ini.
"Dasar lemah!"
Sebuah tendangan berhasil melayangkan diriku, hingga tubuhku membentur salah satu bangunan yang telah lama mati. Warna keceriaannya pudar dan berganti menjadi kumuh. Tak kala sinar matahari bersinar terang, tetap saja bangunan ini terlihat suram.
"Kau adalah pengecut yang seharusnya tidak memainkan "game" ini! Kau seharusnya mengerti betul apa konsekuensi dari memainkan game ini, kau berani membunuh berarti kau juga harus siap untuk dibunuh!"
"A-apa maksudmu?!"
Kini tubuhku bersandar pada sebuah tembok. Penuh dengan darah dan sebilah pedang yang menancab tertanam di tubuhku. Rasa ini sangat mengerikan, aku tak bisa menjelaskan hal seperti ini.
Apakah aku harus menyerah dan meninggalkan semuanya. Perkataannya tentang membunuh atau dibunuh mulai terngiang di kepalaku. Membunuh monster dalam game ini bukan lah sesuatu yang seharusnya begitu penting untuk kupikirkan.
Namun mengapa ia berkata bahwa ketika aku siap untuk membunuh maka aku juga harus siap untuk di bunuh. Tetapi oleh siapa?
Maksudnya adalah mereka? Begitu?
"Lihatlah dirimu yang sekarang, terkulai lemas akibat pedang yang kutancabkan di dalam perutmu itu sangat dalam. Penuh darah dan amarah, apa kau tidak ingin membalasnya?"
"M-membalas—ughkss!!—"
Aku terbatuk dan dadaku sangat menderita. Darah keluar dan kembali melumasi tubuhku. Jika seandainya aku tidak dapat membuka mataku kembali. Apakah itu artinya permainan selesai?
Apakah itu artinya aku bisa tenang dan tidak memikirkan hal ini lagi?
Aku merasa lelah untuk memikirkannya. Itulah hal-hal yang terpikirkan olehku begitu aku ingin menutup mataku. Tidak setelah sebuah suara samar memanggil nama asliku. Segurat senyum dapat kulihat dari wajahnya.
Tanpa memikirkan hal yang merepotkan sekali ia hidup dengan bebas. Memiliki cita-cita dan harapan yang ia bebankan kepadaku. Di saat itulah suaranya terdengar di kepalaku begitu ramahnya ....
... Kak! ....
Tidak lebih hanya sekedar tiga huruf. Tetapi perkataannya membuatku tersadar kembali. Mataku melebar dan aku pun berusaha mencabut pedang dari perutku.
"ARAGHHHH!!!!—"
"A-apa ini tidak mungkin?!"
"Aku masih memiliki keluarga yang menungguku di luar sana! Jika aku mati di sini bagaimana aku bisa menghadapi tingkahnya yang bodoh itu!"
Pedang itu berhasil kucabut. Kucuran darah menetes tak henti-henti dan berjatuhan ke atas tubuhku.
"Ini lah resolusiku!!"
Setelah itu aku pun menghujamkan pedang itu ke perut Type 00 dengan kuat. Ia tak bisa meresponnya dan akhirnya terbatuk darah karena aku berhasil menghujamnya.
Matanya melebar ... ia melangkah mundur beberapa meter ke belakang.
"I-ini seharusnya tidak mungkin! K-k-kau hanya sebuah replika semata! Akulah yang asli!"
Akhirnya ia terjatuh dengan posisi menyamping selagi darah merah terus keluar dari bagian yang kuhujam itu. Ia meronta dan meronta.
"A-aku tidak ingin mati, A-ku tidak ingin mati! Arghhh ... ahkss ...arghhh!!!—"
"Terimalah dengan senang hati. L-lagi pula kau lah yang mengatakannya padaku "Jika kau siap membunuh maka bersiaplah untuk dibunuh" begitu"
"T-tetapi—aghkkss!!!"
Ia terus meronta dan berusaha mencabut pedang dari perutnya. Namun sayangnya darah yang keluar semakin banyak dan pada akhirnya ia tak bergerak. Kedua matanya mulai tertutup rapat begitu pelan.
Dari arah matanya setetes air mata jatuh dan menyatu dengan genangan darah yang berada di bawah tubuh tak bernyawa miliknya.
"S-semoga kau bisa tenang dengan ini—Aghhkss."
Lagi-lagi aku terbatuk dan darah keluar dari dalamnya. Menyembur untuk kesekian kalinya. Begitu aku melihat HP-ku. Hanya tersisa beberapa sentimeter lagi, selain itu berwarna merah dan berkedip-kedip.
Aku mencoba untuk menggunakan HP potion pemberian Lash kemarin. Mengeluarkan layar interface kemudian menyentuh perlengkapan dan terakhir adalah mengeluarkan HP potion itu.
Dengan cepat kusuntikan ke arah perutku yang penuh dengan darah. Rasanya perih sekali. Rasa sengat yang sekejap namun dalam waktu yang kurang dari satu menit itu. Aku bisa merasakan sengatan yang pedih berasal dari HP potion.
HP-ku kembali menjadi hijau muda walau masih berkedip-kedip. Kulihat Type 00 di hadapanku dengan pilu. Sekarang adalah bagaimana caranya agar aku bisa mengalahkan Maria ?
Semua monster yang menghalangi jalanku telah menghilang dan kini hanya aku dan dialah yang akan menari di panggung terakhir ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro