44 - Stole or to be Stolen
"Wah, wah. Siapa yang menyangka kita akan bertemu lagi secepat ini, bocah sialan!" ucapnya dengan raut geram.
"Hmmm, sepertinya kau terlihat berbeda dari pertemuan terakhir kita"
"Huh! Aku tak butuh basa-basi itu, sebaiknya kau segera menyingkir dari tempat ini!" ucapku dengan nada yang dalam.
"Hey, hey, hey ... kau ingin mengusirku dari tempat ini? Jangan bermimpi! Setidaknya serahkan semua barang-barangmu itu, sepertinya jubah dan pelindung dada itu terlihat memiliki nilai legendaris"
"Mungkin sedikit kejutan pada kepala itu bisa menyadarkanmu, Dreadnought Rupture!"
Kemampuan ini baru saja kusadari ketika pertarungan melawan sekumpulan monster tadi. Bisa di katakan ini adalah kemampuan bawaan dari topeng ini. Berasal dari nama sang naga, kemampuan ini menciptakan retakan yang mengeluarkan batu runcing dari bawah tanah.
Bukan dengan pedang melainkan hanya dengan sebuah sentilan dan aktifasi suaraku sendiri. Walau terbilang sederhana namun jangkauan serangan ini benar-benar meluas seiring retakan-retakan tanah menyebar.
"Aldebaran!"
Namun Fera tiba-tiba saja mengangkat lengan kanannya. Tidak lama setelah itu muncul sebuah kaki tulang yang langsung menghancurkan kemampuanku dari langit. Tepatnya dari lingkaran sihir yang ia buat.
Berkat kaki tulang itu semua serangan sihirku hancur dan menyerangku balik dengan skala yang cukup besar. Bukan hanya luapan angin dan dorongan dari kejutan yang tercipta dari angin itu saja. Melainkan bebatuan runcing dan debu kini berusaha memukulku mundur.
Sayangnya semua itu sia-sia. Karena selama pelindung auraku masih aktif. Serangan seperti itu akan tidak akan mempan terhadapku.
"S-sepertinya Ras Blashunt bukan hanya sebatas namanya saja"
"Jangan meremehkanku, bocah manis. Tidak ada yang bisa melukai Dias selama aku ada di sisinya"
"Oya, jika seperti itu ... bagaimana dengan ini ...."
Ketika kuentakkan kakiku sekuat mungkin. Tubuhku telah berada di samping Dias dalam sekali dorongan cepat itu. Seperti perpindahan yang sangat cepat bahkan tidak ada yang bisa melihatnya.
Tanganku terangkat begitu juga dengan pedangku. Tapi Dias segera menangkalnya dengan sebuah elbow menyamping. Sontak aku pun melompat mundur dan melepaskan beberapa gelombang kejut dari jarak jauh.
Shadow Buster—gelombang kejut berbentuk lingkaran yang menghempaskan setiap objek pada jalur terjangnya. Serangan itu dengan mudahnya dapat di patahkan oleh kemampuan Fera.
"Bukan kah aku sudah mengatakannya?"
"Benar kah?"
Selain serangan itu aku juga menyusupi titik buta mereka dengan Shadow Catcher dan memukul mundur mereka. Semua itu berkat tangan bayang-bayang yang berbentuk kepalan tinju.
"Kau mungkin mengira aku tidak berhasil, 'kan? Sayang dugaanmu meleset," ucapku remeh.
"Berani juga kau, bocah—tidak, topeng brengsek!"
Lalu Dias pun bangkit dan langsung menerjangku dengan kuat. Sebuah pukulan ia kerahkan dengan sekuat tenaga, alhasil berkat pukulannya itu. Bebatuan di bawah kakinya terkikis sedikit demi sedikit.
Dan ketika pukulan itu akan ia lepaskan tepat di wajahku. Aku pun menyerangnya balik untuk menangkis serangan itu. Lalu sebuah getaran hebat dengan tekanan listrik statis yang kuat muncul dan hampir membuatku kehilangan keseimbangan.
Sementara Boss tempat ini sedang bertarung dengan Aldebaran. Makhluk yang Fera keluarkan dari sihir pemanggilannya. Ia memiliki tubuh seperti Drake, mirip naga namun tidak memiliki sayap. Tak menyisakan daging hanya tulang lah yang kini dapat kulihat dari makhluk besar itu.
Dengan kata kalian Aldebaran adalah Skeletal Drake. Untuk saat ini aku harus fokus, karena pemain yang akan kuhadapi terkesan agresif.
"Rasakan ini, Doom Quake!"
Ketika Dia memukul tanah beberapa kali. Tanah yang berada di sekitarku mulai melembek, kemudian bergetar meledakkan aura gelap yang sangat dahsyat.
"Ughh!!"
"Fera, sekarang!"
"Baiklah, sayang. Shackle of Lust," ucapnya lalu mengayunkan tangannya secara menyamping.
Beberapa rantai mulai keluar dari berbagai tempat dan langsung menerjangku. Rantai dengan ujung seperti tombak itu bukanlah rantai biasa. Aku melihat ada aura yang melapisinya, cukup banyak hingga mengeluarkan beberapa bunyi bising.
Setelah serangan Dias berhasil menyentakku untuk beberapa detik, kini rantai milik Fera mengikat tubuhku dalam sekejap.
"Kau hanya banyak bicara. Begitu lemahnya hingga tak bisa berbuat apa-apa, enyahlah dari penglihatanku!"
Dias pun mulai menerjangku dengan cepat. Entah mengapa semua serangan yang mereka keluarkan seperti sia-sia atau hanya tubuhku saja yang merasa aneh?
Kulepaskan aura dari topeng ini, seketika suara retakan kecil terdengar, dan di akhiri dengan suara "klik". Setelah itu aura gelap menyelubungi sekitarku bersamaan dengan rantai yang hancur berkeping-keping.
Serangan Dias dengan mudah dapat kuhindari, menendang perutnya dengan lutut. Kusentak tubuhnya lalu menarik lengannya untuk kulempar kembali ke arah Fera.
"ARghh!!—"
"Sayang!! Kyaa"
"Lemah? Aku? Kau kira dengan kekuatan itu bisa membunuhku?"
Tepat di samping kiri atasku terdapat sebuah kata yang mengambang. Overlord dan saat kubuka panel status yang menunjukkan seberapa besar peningkatan status pada tubuhku. Aku pun tersenyum tak percaya.
Semua statusku di atas 1000 dan bahkan melampaui batas kewajaran. Ini memang hal yang sangat ganjal, tidak mungkin efek seperti ini akan meninggalkanku begitu saja tanpa efek sampingnya, bukan?
Sayangnya kekuatan ini kubutuh kan di saat yang tepat. Seperti saat ini.
"Sialan! Aghh!"
Lelaki tempramen itu kembali menyerangku dengan sangat brutal. Namun semua serangan itu dengan mudah kuhindari. Melompat mundur atau menyamping sambil melepaskan tendangan samping yang kuat.
Serangan kakiku berhasil ia tahan. Seringai dapat kulihat dari wajahnya yang buram, ketika kudongakkan kepalaku. Beberapa tombak kegelapan dan bola api keunguan telah berada tepat di atas kami.
Sontak aku pun berusaha menghindari, tapi Dias mencengkeram kakiku kemudian membantingnya.
"Rasakan itu brengsek!"
Tidak lama setelah itu serbuan sihir datang menghujaniku dengan beruntun. Begitu hebat dan menggetarkan tempatku. Saat itu juga aku mendengar teriakan Elen yang menggema memanggil namaku.
Sial! batinku
Sihir ini memang tidak membuatku terdesak atau menguras HP-ku dengan cepat. Hanya saja dengan teriakan itu yang aku khawatirkan adalah Elen.
Sekali lagi kulepaskan aura itu dan menghancurkan semua serangan Fera dalam satu ledakkan yang hebat. Sayangnya aku telat karena saat ini Dias berhasil menyandera Elen dengan bantuan Fera.
"Pengecut! Lepaskan dia!" ucapku geram.
"Huh?! Ada apa jagoan? Kau takut?"
"Mungkin jika seperti ini, macan itu akan diam juga, ya," ucap Fera dengan tawa remeh.
"Sialan!"
Tidak hanya menyandera Elen. Ia juga menggunakan sihir pengekang pada kedua kakinya sehingga melarikan diri bukanlah opsi yang tepat. Terlebih sihir itu adalah cengkeraman tangan tengkorak.
Setidaknya aku harus memikirkan bagaimana cara agar dapat melepaskan Elen. Memiliki kekuatan yang besar seharusnya bisa sebanding dengan rasa tanggung jawab yang besar juga.
Jika orang yang ingin kulindungi terbunuh itu adalah lelucon paling terparah yang bisa kubayangkan saat itu juga. Tetapi untuk saat ini aku yakin ia tidak akan membunuhnya. Karena terlihat bagaimana cara ia memegangi tubuh Elen dengan mesum.
Lelaki ini bukan lagi sampah, tetapi sampah terburuk yang pernah kutemui. Seharusnya aku membunuh lelaki ini dengan cepat. Jika tidak, mungkin pemain perempuan lain akan terkena imbasnya.
Baiklah, jika itu memang maumu, batinku.
Tidak bisa berbasa-basi, maka aku akan langsung menghajarnya dari depan. Dengan menekan kakiku sekuat mungkin. Aku pun melesat cepat, maju menerjang Dias dengan sebuah kepalan tangan yang siap untuk memukul perutnya.
"Sudah kukatakan, lepaskan dia, sialan!"
Dias pun sama sekali tidak dapat menghentikan serangan itu dan sekali lagi terlempar cukup jauh berkat pukulan telah pada perutnya. Kuhancurkan sihir Fera dengan sebuah tebasan yang halus. Menarik lengan Elen dan membawanya kembali bersamaku.
"Archie ...."
Wajahnya pun mendongak melihatku dengan mata yang sedikit membesar.
"Kau tidak apa-apa, 'kan?"
"Umm, setidaknya ia tidak melakukan sesuatu yang aneh"
"Menjilati pipimu bukanlah hal yang aneh? Bagus"
"Kalau itu sih ...."
Tidak lama setelah itu aku mendengar rintihan dari Dias yang kesakitan. Fera pun terlihat khawatir dan segera pergi menujunya. Sementara pertarungan Aldebaran dan sang Boss lantai masih berlangsung.
Berkat ledakkan yang di akibatkan oleh bola api Aldebaran. Kami berdua—Elen dan aku terlonjak kaget dan hampir saja terhempas jika saja aku tidak menancapkan pedangku ke tanah.
Walau terbilang kekuatan itu luar biasa, namun aku merasa ada yang kurang, dan masih saja perasaan ganjal itu ada. Ini seperti kau meminum air namun masih merasakan haus yang tak terelakan.
Jika terus seperti ini , aku tidak yakin luapan emosi yang selama ini kutahan akan keluar di saat-saat yang tak terduga. Entah kapan tapi aku yakin waktu itu tidak lama lagi.
"Dias?! D-Dias ada apa?! Kenapa tubuhmu seperti ini?"
Ketika mendengar kata tubuh keluar dari Fera. Perasaan aneh itu pun menghilang dan perhatianku tertuju pada Elen.
"Jangan-jangan ... "
"Umm, karena sebelumnya aku memakan anti-xeron. Itu seperti memakan buah beracun dan efeknya menjadi pelindung tubuhmu. Setiap Ras Zoar memilikinya dan berguna untuk mengatasi beberapa monster menjengkelkan"
"R-racun?"
Untuk pertama kalinya di saat seperti ini aku bisa tertawa terbahak-bahak. Aku tak mengira bahwa Dias saat ini keracunan akibat ulah Elen. Ini sungguh lucu, aku tak bisa menyembunyikannya.
Dan melihatnya menderita membuatku seperti orang jahat karena tertawa ketika seseorang yang sama sekali tidak kusukai menderita karena hal sepele. Menurutku terlihat seperti orang jahan bukanlah sesuatu yang patut kubanggakan.
"Ini mengejutkanku. Bisa-bisanya sesuatu yang sederhana seperti itu bisa melumpuhkannya dalam cara yang tak wajar"
"Hmmm ... apakah ini sesuatu yang aneh?"
"Tidak. Tapi Elen ... good job!"
Setelah ia merampas kebebasan Elen kini giliran Dias lah yang tercuri kebebasan. Tak bisa bergerak untuk waktu terbatas adalah sesuatu yang fatal. Terutama saat ini ada seorang pemain yang ingin membunuhnya dan itu adalah aku sendiri.
Menjadi PK adalah pengalaman pertamaku. Tapi julukan itu mungkin cukup bagus untuk memberikan teror kepada mereka yang ingin macam-macam denganku.
Jika menjadi seorang pembunuh adalah naluri alamiku di dunia ini. Mungkin tidak seharusnya aku berlaku baik, kan?
Setidaknya ini adalah perlakuan khusus dan istimewa untuk Dias. Tidak dengan yang lain. Gigi dengan gigi, mata dengan mata, dan kejahatan dengan kejahatan. Setara dan berbanding dengan tindakkan yang ia lakukan selama ini.
Tiba-tiba saja Boss lantai ini hancur dan Aldebaran datang menyerang kami. Ini adalah kejutan kedua yang kudapatkan di hari ini. Sihir pemanggilan benar-benar menakutkan.
Ketika ia mengeluarkan sebuah plasma hitam penuh dengan tengkorak. Aku pun tercekat dan berusaha untuk menghindarinya. Tetapi serangan itu memiliki efek yang menjengkelkan. Semburan plasma yang bercampur tengkorak itu melahirkan pasukan undead dan mulai menyerang kami.
Sepertinya ini akan memakan waktu yang sedikit lama. Tapi semua itu ternyata hanya perasaanku saja, belum aku ingin mengibaskan pedangku. Elen terlebih dahulu menghancurkan mereka dengan hujan bola listrik.
Terdiam tanpa kata, aku pun mendekatinya. Lalu memberikan jempol untuknya. Sekali lagi ... good job Elen.
"Sialan kau! Topeng brengsek!!"
Kali ini suara Dias mengeluarkan aura pembunuh yang kuat. Ketika ia kembali bangkit. Sepertinya benda yang ia pegang adalah sebuah permata. Tetapi untuk apa permata itu?
"Kau akan mati saat ini juga!"
Permata itu pun bersinar terang. Menghancurkan Aldebaran yang bisa melenyapkan boss tempat ini dan sepertinya aku juga bisa mendengar erangan Fera tidak jauh dari tempat Dias berada.
Semua pun berubah, tempat ini perlahan mulai terkikis, dan di rambati oleh berbagai tumbuhan.
"Apa yang terjadi?"
Sebenarnya permata apa yang ada di tangan lelaki bejat itu? Aku sama sekali tak mengerti dan tak ingat pernah menciptakan benda aneh yang bisa mengubah sebuah tempat menjadi seperti ini.
"Akan ku-akhiri nasibmu saat ini juga," ucapnya dengan nada datar.
Bahkan suaranya pun berubah seperti memiliki dua nada yang berbeda. Sementara itu Fera di ikat oleh rantai kemudian di tarik ke atas olehnya. Sebuah makhluk muncul lalu berubah menjadi tiang di mana rantai pengikat Fera di gantungkan.
Ia yang sebelumnya terlihat menyedihkan kini menjadi sosok yang berbeda. Dengan sebuah sayap tengkorak di punggung kirinya terbentang lebar. Lalu dua tanduk dan juga kedua tangannya yang bersisik memiliki cakar.
"Apakah ini Boss rahasia?" gumamku.
"Temui ajalmu!"
================================================
First ... saya gak tau di chapter ini aneh atau nggak. Tapi jika kalian merasa kurang sreg bisa langsung kasih kritik aja. Gak masalah, nanti saya perbaikin lagi chapter ini .. Adios
xD
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro