Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

29 - Let The Cage Open

Kulihat Leon dan Vira telah mendapatkan kesadaran mereka kembali. Aku pun tentunya menghampiri mereka dengan memakai topengku. Walau pun sebelumnya aku tidak melepaskannya. Tetapi terus menerus menggunakannya membuatku seperti penjahat sungguhan.

"Aghh ... di mana ini?"

"Hmmm~ L-Leon ... gendong aku~"

Sepertinya aku akan mengganggu sepasang burung yang tengah jatuh hati ini. Lagi.

"Vira?!"

"L-Leon?! ... hwaaa~"

Aku menghela napas, sepertinya pertunjukan drama akan segera dimulai, tetapi ... maaf, sepertinya aku tidak bisa menonton drama ini. Mataku cukup perih untuk menerima rangsangan kasih sayang dari mereka berdua.

"Uhmmm ... halooo, apakah ada orang di sana?"

Ucapku diam-diam. Begitu mereka berdua mendengarnya, tubuh mereka berguncang dan segera memalingkan wajah mereka ke arah sebaliknya. Hahhh ... tentu saja, bagaimana mereka berdua tidak malu setelah tidur saling berhadapan seperti itu.

Lagi pula sepertinya Eril menidurkan mereka saling berdampingkan. Jadi ketika mereka bangun, wajah mereka akan saling berhadapan.

"Wahhh!!"

"Hyaaa!!"

"Hmmm ... sampai kapan kalian akan saling bermesraan?"

"Kami tidak ..., eh?"

Begitu Leon ingin menyanggah perkataanku, wajahnya langsung menegang dan mengeluarkan ekspresi yang kecut. Mungkin aku terlalu kejam ketika menyuruhnya untuk mengalahkan Loan besar itu.

Aku pun mulai berjalan menghampiri mereka, merendahkan tubuhku kemudian berjongkok sambil mengangkat sedikit telapak tanganku seperti ingin bertepuk tangan.

"Yo ... sepertinya kau masih hidup, Leon?"

"Kau!!"

Seketika itu juga Leon menggeram dan menunjuk wajahku dengan ketakutan.

"Tenanglah ... lagi pula perempuan yang berada di sampingmu selamat bukan?"

"Aku? Ada apa dengan diriku?"

Vira pun menjadi kebingungan, sementara Leon masih mewaspadai diriku. Ia pun segera menarik lengan Vira dan membawanya ke belakang tubuhnya.

"Apa yang kau inginkan?!"

"Tidak ada ... lagi pula aku sudah menyelesaikan peranku. Yang ingin kubicarakan denganmu adalah ... pergilah dari sangkar ini jika kau tidak ingin terjerumus ke dalam kebaikanmu sendiri"

"Apa maksudmu?"

Aku pun berdiri dan berbalik, berjalan menuju sangkar tanaman Lageroz. Sepertinya Eril sedang tertidur di samping kanan Lageroz. Ia mungkin kelelahan karena menyembuhkan luka dan juga tenagaku.

Wajahnya tampak tentram, tertutupi tubuh Lageroz yang sejuk. Ketika aku telah sampai di dalam sangkar itu, aku pun mengajak Leon dan Vira untuk masuk ke dalamnya. Awalnya mereka menolak dengan kecurigaan bahwa aku adalah seorang Player Killer alias PK.

Aku pun menghela napas ....

"Bukan kah kau ingin bertanya sesuatu kepadaku?"

Setelah mengatakan itu, aku pun duduk di atas rerumputan kecil yang sejuk. Di mana suasana saat ini memanglah yang paling enak untuk kurasakan. Pasalnya, berkat tubuh Lagiaz yang besar dan juga sedikit dingin.

Aku merasa seperti di bawah pohon yang rindang walaupun di belakangku ini adalah sebuah Golem penjaga makam.

"Kau tidak akan mendapatkan kepercayaanku setelah apa yang baru saja kau lakukan!"

"Hmm ... tak masalah, lagi pula bukan aku yang membutuhkannya, 'kan?"

Kembali menghela napas, aku pun kini membaringkan tubuhku dengan santai.

"Cukup pilih ya atau tidak, jika ya dekati sangkar ini dan jika tidak tinggalkanlah tempat ini. Mudah bukan?"

" ... "

"L-Leon?"

"Baiklah! Tetapi ingat ... jika seandainya kau menyakiti Vira, aku tak segan-segan akan membunuhmu!"

"Baik, tidak masalah denganku~"

Kulihat Vira yang berada di belakang Leon mulai meremas pakaian Leon dengan erat. Sementara Leon masih menggeram, aku menguap karena mengantuk. Dan rasanya tubuhku walau segar tetapi kembali merasa lelah.

Apakah ini karena perdebatan yang tidak beguna ini?

Atau, karena aku memang ingin tidur karena lelah?

Leon dan Vira mulai mendekat, berjalan pelan penuh kewaspadaan. Leon mengeluarkan senjatanya dan mengarakahkannya kepadaku. Apakah aku ini sejenis mahluk berbahaya?

Mengarahkan pedangmu ke arahku di saat aku sedang berbaik hati itu bukanlah pilihan yang tepat Leon. Hahh ... seandainya saja kau bisa lebih tenang, mungkin semua ini tidak akan menjadi lama seperti ini.

Tetapi di sisi yang lain, sikapnya itu wajar-wajar saja menurutku. Karena aku telah membunuh dua orang tim ekspedisi, maka sikap Leon yang kini mewaspadaiku bukanlah aneh menurutku. Dan jika memang dia bisa melihat kondisinya saat ini, lebih baik dia berjalan dengan tenang.

Jika tidak Golem di belakangku mungkin saja melemparkan batu raksasa ke arahnya. Mereka terkena serangan yang fatal dan di saat itulah aku bisa membunuh mereka berdua, mudah, 'kan?

Seperti mendapatkan dua burung dengan satu kali lemparan ....

Tetapi cara berpikir ekstrim yang seperti inilah yang pernah kupikirkan hingga saat ini. Menggunakan penjaga makam untuk menyerang mereka bukanlah gayaku. Karena aku tidak serendah itu, maka aku mengulurkan tanganku kepada mereka.

Ketika Leon dan Vira telah berada di depan sangkar tanaman ini. Aku pun menyuruh mereka untuk masuk, lagi-lagi mereka ragu. Tetapi aku memperagakan sedikit demonstrasi. Kupukul bagian bawah tubuh Lagiaz.

Alhasil bukan tubuhnya yang gemetar, melainkan kepalan tangan serta tulang-belulang jariku yang sakit. Walau samar tetapi aku bisa mendengar Vira tertawa kecil, untuk Leon ia memiringkan kepalanya.

"Lihat? Tidak ada yang perlu di khawatirkan?"

Vira pun keluar dari belakang tubuh Leon dan mulai masuk ke dalam sangkar dengan segera.

"Ke sinilah Leon, lagi pula tampaknya lelaki bertopeng ini tidak berbahaya~"

"Setelah apa yang ia lakukan kepada tim ekspedisi?!"

"Tetapi bukan kah dia menyelematkan kita berdua?"

Kulihat wajah Leon memerah dan sekali lagi Vira tertawa kecil. Karena melihat tingkah laku mereka berdua, secara tak sengaja aku mengeluarkan tawa kecil.

"Hahaha ... kalian pasangan yang unik"

"Baiklah baiklah ...."

Lalu Leon pun masuk ke dalam sangkar, ia duduk di sebelah Vira. Dan kini mereka berdua menghadap ke arahku. Aku pun berdeham, mengetuk tubuh bawah Lagiaz.

"Bukan kah sekarang kau akan angkat bicara? Atau mereka terlebih dahulu?"

"A-apa maksudmu?"

Leon pun canggung dan begitu juga Vira yang memiringkan kepalanya karena bingung dengan apa yang kukatakan. Aku tak tahu bagaimana reaksi mereka ketika mengetahui Lagiaz dapat berbicara.

Tubuh Lageroz sedikit bergemuruh layaknya terkena guncangan. Leon dan Vira langsung bersiap untuk mengeluarkan serangan mereka. Tetapi aku menahannya, menggoyang-goyangkan tanganku ke samping kiri dan kanan berulang kali.

"Tenang saja ... iya, 'kan?"

Lalu bayang-bayang besar menutupi kami semua. Kini sebuah wajah batu raksasa muncul dari atas. Begitu Leon menyadarinya, ia bergidik dan aku tertawa kecil karenanya. Sementara Vira terdiam seperti mematung karena kaget.

"Tenang saja para manusia. Aku tak akan memakan kalian—"

"Ya paling mengigit ... hahahaha."

Di saat aku memotong perkataan Lagiaz. Tiba-tiba saja aku dapat mendengar suara Eril tertawa cekikikan. Entah ia tadi hanya pura-pura tidur saja atau memang tertidur tetapi memimpikan sesuatu hal yang lucu.

Tetapi tertawa di saat seperti ini, betapa kebetulan sekali ia bisa seperti itu. Aku salut dan berkata, "Waaa ....", sambil membuka mulutku lebar-lebar. Walau aku tahu mereka berdua tidak akan bisa melihat wajahku.

"K-kau bisa bicara?!"

"Jangan takut ... aku di sini akan menjawab pertanyaanmu. Karena sepertinya, uhmmm—"

"Panggil saja aku Type 00, ini mungkin terlambat tetapi itu namaku"

"Sepertinya pembicaraan ini akan mudah, baiklah ... karena sepertinya Type 00 bisa mempercayai kalian. Maka dari itu, kalian berdua diperbolehkan masuk ke dalam sangkar ini."

Leon dan Vira saling bertukar pandang.

"B-baiklah sejauh ini aku mengerti. Sebelum itu ... apakah kau benar tidak mengigit?"

"Bwahahaha ... aku tak mengira kau percaya dengan perkataanku. Betapa bodohnya dirimu~"

"Apa kau bilang?!"

"Sudahlah, Leon. Sekarang kita tahu bahwa dia bukan musuh kita."

Wohoo ... sepertinya Vira mengerti dengan situasi saat ini. Tidak seperti Leon yang kesabarannya cepat habis karena satu kali sindiran dariku.

"Jika seperti itu ...."

Suara Vira memang halus, tetapi melihat rasnya. Aku tak menyangka ia berpasangan dengan lawan rasnya sendiri. Jika kulihat Leon adalah Skythea maka Vira adalah Blashunt. Yang artinya Leon adalah cahaya dan Vira adalah kegelapan.

" ... Sebenarnya "dunia" apa ini? Lalu mahluk yang bernama Pipo itu sebenarnya apa?"

"Pertanyaan itu sepertinya tidak semudah yang kukira. Tetapi baiklah, aku akan menjawabnya."

Lagiaz mulau berderu seperti sesuatu sedang terjadi pada tubuhnya.

"Dunia yang kau sebut sebagai game Azure Online ini sebenarnya memiliki nama asli yang di ambil dari bahasa kuno sejarah dunia ini. Dan nama itu adalah ... Luksgard. Yang artinya cahaya rembulan."

Vira mengangguk penuh makna mendengar jawaban dari Lageroz. Sementara yang kulihat Leon masih menatapku dengan penuh ancaman. Sepertinya dia tempramen di bandingkan dengan apa yang kubayangkan.

"Selanjutnya ... kau bertanya Pipo itu apa? ... maka pertanyaan itu hanya dapat di jawab oleh diri kalian masing-masing. Kami sebagai penduduk asli dunia ini tidak memiliki jawaban yang pasti tentang apa dan dari mana datangnya mahluk bernama Pipo itu. Bahkan bagi diriku sendiri yang memiliki julukan【The Living Library】ini tidak mengetahui asal-usul mahluk itu"

"Perpustakaan hidup?! Apa kau bercanda?"

"Sayangnya aku tidak pernah bercanda ... dan jika aku bercanda mungkin aku sudah menjawab pertanyaan kalian dengan informasi yang salah. Ingat kenapa aku mengatakan ... kalian telah dipercayai oleh Type 00?"

"Baik aku mengerti. Selanjutnya ... tentang【Ilfenice Ramentia】, semua "orang" bingung mencari sosok apa yang memiliki nama itu. Apakah kau mengetahuinya—"

"Sayangnya aku tidak mengetahui tentang nama itu sama sekali."

Lageroz pun menggelengkan kepalanya pelan, beserta remah-remah batu kecil yang berjatuhan. Tangannya mulai menuju ke arahku.

"Hei hei hei ... aku bukan hewan liar, bisakah kau memperlakukanku dengan baik?"

Ia mengangkat leher jubah pada daerah tengkuk leherku. Kemudian mengangkatku dan menaruhku di depan Vira dan Leon. Ugghh ... aku benar-benar bisa merasakan aura permusuhan dari Leon. Sedangkan untuk Vira, ia seperti menebak-nebak sosok wajah di balik topeng ini.

Tetapi aku tidak bisa mengungkapkan identitas asliku begitu saja. Jika seandainya identitas asliku terbongkar saat ini juga. Maka sudah dapat di pastikan rencana uhmm ... brilianku akan hancur. Maka dari itu sebisa mungkin aku tidak menunjukkan wajah asli ini kepada mereka.

Menghela napas, kemudian aku pun menatap mereka berdua.

"Apakah masih ada yang kalian ingin tanyakan sebelum aku pergi menuju destinasiku selanjutnya?"

"Tentunya aku tidak akan melepaskanmu!"

"Hei berhentilah menganggapku seperti hewan liar. Aku ini mahluk yang ingin hidup juga!"

"Tetapi kau membunuh manusia—"

"Apa bedanya dengan kau yang membunuh "pribumi" dunia ini?"

"Ughh ... tetapi—"

"Walau mereka berada di dunia yang sama sekali tidak masuk akal ini, setidaknya mereka juga ingin merasakan bagaimana indahnya hidup. Jadi jangan menyanggah atau kupastikan kau tidak akan bisa bicara kembali!"

"Sial ... !"

"Hahaha ... Leon, telingamu merah. Apa kau malu?"

Sepertinya ini akan lama, apakah aku pergi saja dari sini?

"Jangan coba-coba kabur!"

Apakah dia ini semacam Esper? Bisa membaca pikiranku seperti itu dengan mudahnya.

"Aku bisa melihat gerak-gerikmu ... jadi jangan—"

"Ya ya ... aku mengerti. Maka cepatlah!"

Leon dan Vira mengangguk.

"Mau kah kau menjadi anggota Party kami?"

"Ya benar—Ehhhh?!!!"

Entah mengapa beberapa saat yang lalu aku sempat berpikir bahwa mereka akan menanyakan sesuatu yang sangat penting. Tetapi bukannya bertanya melainkan sebuah pernyataan.

"Hei, tuan putri ... apakah kau tidak mendengar perkataanku. Itu pernyataan dan bukan pertanyaan ... di eja-nya seperti ini ... P-E-R-T-A-N-Y-A-A-N!"

"Fufufu ... tentu saja aku tahu, tetapi sepertinya akan sangat menarik jika bisa melihat sisi Leon yang lain. Terutama saat ia malu tadi ... uuuu menggemaskan."

Entah bagaimana tiba-tiba saja tengkuk leherku merinding mendengarnya.

"Viraaaa!!!"

"Uhmmm ... anuu, aku ingin bertanya sudah berapa lama kalian menjadi anggota satu Party?"

"Hmmm ... mungkin tujuh bulan?~ entah lah, lagi pula bersama dengan Leon aku tidak menghitung berapa lama atau kapan kami memutuskan untuk saling membantu"

"Ok ... aku mengerti. Jadi untukmu Leon, sudah berapa lama kau mendapatkan dosis kasih sayang dari Vira?"

"Semenjak kami—Itu bukan urusanmu!"

Sepertinya aku menemukan masalah kecil. Pasalnya aku setidaknya tidak ingin bertemu atau berurusan dengan Party yang seperti ini. Karena melihatnya saja membuat mataku pedih. Bukan karena aku iri dengan keakraban atau pun rasa kasih sayang Vira terhadap Leon.

Hanya saja entah mengapa terlalu banyak garam yang di tabur pada luka membuatnya menjadi pedih. Terutama di saat Vira menunjukkan sisi lucunya dan menggoda Leon. Ughhh ... aku ingin segera pergi dari sini.

"Sampingkan itu ... jadi bagaimana, Type 00? Apakah kau akan ikut bergabung bersama dengan kami?"

Mungkin Vira harus lebih memperhatikan lelaki yang berada di sampingnya. Karena saat ini ia menatapku dengan penuh kebencian. Walau wajahnya dingin seperti es, tetapi sekilas aku bisa melihat sebuah kata yang tersirat dari pupil matanya.

Kata itu adalah ... 'Enyahlah'. Mungkin jika aku bergabung layaknya air dan minyak.

Aku menggeleng penuh makna.

"Maaf tetapi aku menolak ajakkan itu ...."

Wajah Leon tersenyum seperti telah memenangkan sesuatu. Aku pun mendecakkan lidahku ketika melihatnya seperti itu.

"Untuk saat ini aku tidak ingin tergabung ke dalam Party atau pun kelompok maupun Guild. Karena saat ini tujuanku belum sepenuhnya tercapai ... maka dari itu, sekali lagi aku menolaknya"

"Ahhh ... sayang sekali, tetapi kupikir itu akan bagus jika memiliki tiga orang dalam Party~"

"Vira apa kau tidak percaya kepadaku?"

"Bukannya tidak percaya ... bukankah aku tadi mengatakan "sepertinya akan sangat menarik jika bisa melihat sisi Leon yang lain. Terutama saat ia malu tadi ... uuuu menggemaskan" ... begitu?"

"Ughh ...."

Skakmat ... sepertinya Leon terpojok. Tetapi tetap saja aku tidak ingin tergabung ke dalam kelompok manapun. Karena tujuanku tidak seperti mereka kebanyakan. Tujuanku berada di sini adalah mencari pembunuh orang tua-ku.

"Sepertinya tidak ada yang ingin di bicarakan lagi?"

Leon dan Vira saling bertukar pandang. Setelah itu mereka pun bangkit dan mendekatiku. Leon mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Aku pun menerimanya, tetapi bukannya di sambut dengan baik.

Rasanya kini di tangan yang kupakai untuk berjabat tangan sedang mengadakan sebuah pertandingan gulat. Karena saat ini tangan Leon meremas tanganku.

"Terima kasih karena telah menyelematkan kami berdua ... "

"Seharusnya wajah dan perkataan saling menanggapi, bukan berkata terima kasih dengan wajah mengeras seperti itu ... tidak bisa di harapkan. Hahhh ... ingat, aku tidak akan menolong kalian secara gratis, mungkin lain kali aku tidak akan melakukannya. Jadi perhatikan sekitar kalian dengan baik jika kalian tidak ingin mati di dalam "dunia" ini!"

"Seharusnya itu ucapanku ... "

"Hehhh ... lihat siapa yang berkata setelah pingsan melawan mahluk itu? bocah tampan~"

"Tchhh ...."

"Hahahahaa ...."

Vira kembali tertawa kecil sementara Leon memasang ekspresi permusuhan denganku. Setelah itu kami berpisah. Aku memberitahu mereka jalan keluar dari tempat ini. Akhirnya setelah mereka menghilang dari pandanganku.

Aku pun dapat bernapas lega dan membuka topengku.

"Sepertinya mulai dari sini akan menjadi berat~"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro