26 - Abnormal Phenom
Leon menjadi kebingungan akibat kata-kata itu. Memang benar jari telunjuk lelaki bertopeng itu menunjuk ke atas dan tepat ke arah mahluk besar yang hampir menyentuh langit.
Tetapi mengatakannya dengan "itu mudah" sepertinya tidak semudah apa yang di harapkan. Dengan kondisinya yang sekarang, Leon hanya ingin melindungi Vira dari mahluk raksasa itu.
"I-i-itu tidak mungkin! Mengalahkan monster sebelumnya saja aku hampir mati!"
"Lalu?"
Leon terdiam.
"Bukankah kau ingin membalas kebaikanku? Jika seperti itu kalahkan mahluk besar itu, aku tidak butuh uang, tidak butuh pakaian atau barang-barang langka yang kau dapatkan. Yang kuinginkan untuk saat ini adalah ... mahluk itu."
Kali ini lelaki bertopeng itu tidak main-main. Jari telunjuknya masih teracungkan, menunjuk sosok besar hitam yang kini menatap mereka lekat-lekat dari atas sana. Dengan cuaca yang menggelap, penerangan berupa cahaya bulan saja tidak cukup untuk membantunya.
"Berusaha terlebih dahulu baru protes! Jangan sebaliknya! Bukan kah julukanmu【King Hero】?! Lalu kemana sosok itu pergi?"
Satu sentakan itu berhasil membuat Leon sedikit terguncang.
"Jangan katakan kau ingin menarik ucapanmu sendiri?"
Leon masih sedikit gemetar. Kedua tangannya diam-diam meremas kedua pundak milik Vira. Wajahnya menggelap. Lalu kepalanya menunduk.
"Bukan aku tidak sanggup atau tidak berani ... "
"Tetapi?"
"Aku tidak ingin Vira bersedih jika aku pergi ... "
"Itu tidak ada hubungannya denganku, bukan?"
"Sepertinya kau berkebalikan dengan kebaikan?"
"Selama menjadi musuh dari kejahatan aku tidak keberatan jika di sebut jahat juga."
Begitu halus bagai angin dingin yang membuat tengkuk leher Leon merinding. Kemudian ia tertawa kecil dengan bahu yang sedikit berguncang.
"Apa kau gila?! Mengalahkannya sama saja dengan bunuh diri!"
"Cepat atau mahluk itu akan membunuh kita bertiga di sini."
Tetapi lelaki bertopeng itu tidak mempedulikannya sama sekali. Ia membalasnya dengan sikap yang dingin dan tanpa perasaan sama sekali.
"Jika kau hanya dapat berkata tanpa bertindak, lalu untuk apa kau melindunginya?"
"Huh?"
"Berekspetasi tinggi tidak selalu mendatangkan harapan yang selalu kau impikan. Maju, hadapi ... kalahkan."
Ia pun mulai melangkah maju dan meninggalkan Leon bersama Vira dengan mahluk besar itu.
"Iya atau tidak? Itu terserah padamu ... "
"T-tunggu ... V-Vira?"
Leon tampak kebingungan dengan tubuhnya yang gemetar.
"Aku tak ingin mati, aku tak ingin mati ... aku masih memliki orang yang menungguku di sana!"
Langsung saja Leon menidurkan Vira di tanah dan menutupinya kembali dengan jubah miliknya. Ia bangkit dan menatap tajam mahluk di atasnya.
"Arggghhh!!!"
"Ha ...."
Kini sosok bertopeng itu duduk santai di bawah pohon rindang dan menyaksikan bagaimana Leon akan menghadapi mahluk besar itu sendirian. Ia tidak tahu berapa lagi HP potion atau CP recharge yang dimiliki oleh Leon.
Tetapi setidaknya ia yakin dengan julukannya itu, bukan hanya sekedar pemberian yang begitu saja. Ia harus menunjukkan bagaimana pengorbanannya karena king berarti raja dan hero yang artinya pahlawan.
Sosok itu memiliki simbol yang cukup untuk membuat setiap orang tertunduk pada kekuatannya. Lalu mengapa ia begitu ketakutan dengan mahluk sebesar itu. Bukan kah raja berada di tingkatan paling atas segita monarki?
Itu berarti raja berhak memerintah dan di saat yang bersamaan juga melindungi rakyatnya. Anggaplah Vira sebagai rakyatnya, maka sudah kewajibannya untuk dapat melindunginya.
Lalu untuk pahlawan. Kata itu menyiratkan sikap dan juga tujuan pasti bagi orang yang menyandang gelarnya. Pahlawan, pahlawan, pahlawan ... begitu kental dengan buku dongeng kanak-kanak. Lelaki bertopeng itu tertawa kecil ketika mengucapkan kata pahlawan sambil menatap Leon yang begitu menyedihkan.
"Itulah sifat sesungguhnya dari seorang pahlawan, mereka menyelamatkan namun di saat yang bersamaan mereka juga ingin di selamatkan, bukan?"
Leon menerjang mahluk besar itu sendirian dengan putus asa. Mendengar ucapan dari lelaki bertopeng itu membuatnya muak dan kesal di saat yang bersamaan.
Tetapi ia tidak mempunyai pilihan lain sejak lelaki bertopeng itu tidak akan membantunya sama sekali. Melompat tinggi dan menghuyungkan pedangnya sekuat dan sekencang mungkin. Wajahnya yang tampak terdistorsi akan kenyataan yang harus ia makan pahit-pahit.
Begitu membuantya muak dan tidak sanggup menerima hal ini begitu saja. Tetapi sejak ini adalah pilihannya sendiri, maka ia tidak mempunyai pilihan lain dan menerimanya dengan terpaksa.
Tawaran-tawaran yang diberikan oleh Event ini begitu menggiurkan untuknya. Tidak bisa menahan dan akhirnya masuk hingga terjebak dalam dunia kebohongan yang ia masuki dengan sukarela. Tidak ada jalan keluar hingga mengalahkan dan menyelesaikan tugasnya sebagai Player.
"Kau akan mati di tanganku!"
Ketika Leon berhasil menebas mahluk itu. Ia pun menyeringai dan kedua matanya tampak kesepian. Luka yang di timbulkan mengeluarkan sebuah cipratan debu hitam yang membuat Leon menjadi kehilangan penglihatannya sementara.
Akhirnya ia terjatuh dan menghantam tanah. Seluruh tubuhnya menghitam dan ia pun meronta-ronta.
"Pemandangan apa ini?! Aku takut! Aku tidak ingin matiiii!!!!!"
Leon berguling-guling untuk mengenyahkan debu-debu hitam yang mulai menginvasi tubuhnya itu. Tetapi kedua matanya melebar dan sekilas ia melihat sedikit kebenaran dari dunia yang ia huni sekarang.
"A-apa itu?"
Di saat ia ingin menutup kedua matanya, tepat di samping kanannya sebuah bisikan terdengar dan ia pun memalingkan wajahnya sekejap untuk melihat sosok yang membisikan kata itu kepadanya.
" ... Itulah yang sebenarnya terjadi, maka hadapilah selagi kau masih hidup."
Sebuah garis cahaya kelabu melengkung di sekitar tubuh Leon. Dan pada saat itulah debu-debu itu menghilang dari tubuhnya. Ia pun langsung tak sadarkan diri dengan tubuh yang menghadap ke arah Vira berada.
"Sepertinya kau sudah tidak sanggup ...."
***
Aku yang berada di hadapannya menatap penuh pilu ke arah tubuh yang kini sedang tidak sadarkan diri. Berharap bahwa aku tidak terlalu berlebihan, tetapi tetap saja aku tidak menyangka efek barang ini begitu nyata.
Sebelumnya aku meminta dua hal kepada Lagiaz sebelum menerima permintaan dari Eril.
——Pertama, berikan aku pengetahuan tentang dunia ini.
——Kedua, janganlah bergerak sebelum aku menyelesaikan permintaan ini.
Dan sekarang aku tahu, sebutan yang cocok untuk mahluk besar hitam yang kini masih meraung entah karena kesakitan atau karena sebab lain itu.
"Loan ... adalah nama aslimu."
Loan, mahluk hitam yang disebut-sebut sebagai awal dari bencana di dunia ini. Tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk melakukannya, karena tugas mereka memanglah seperti itu.
Selain itu, berkat pengetahuan dunia yang kudapatkan, kini aku berhasil menguasai sebuah pekerjaan sampingan yang sebenarnya sangat kubutuhkan.
Yaitu adalah 『Alchemy』. Pekerjaan yang bisa kugunakan untuk membuat sebuah barang dengan mengorbankan sesuatu sebagai hasil beri dan ambil pada sistem yang telah di tentukan. Kini dengan pekerjaan itu aku membuat dua buah barang.
Pertama adalah jubahku yang kini memanjang dan memiliki tudung serta berlengan panjang berwarna hitam. Dengan garis-garis biru yang menjadi hiasannya, aku merasa jubah ini sangat cocok untukku.
Bukan sekedar jubah namun jaket yang memiliki fungsi sebagai jubah, itulah yang aku definisikan sendiri. Dan terakhir adalah topeng ini.【Aerion Mask】. Topeng ini akan memberikan kekuatan kepada pemiliknya jika mengorbankan seperempat dari HP miliknya.
Selain itu juga berkat topeng ini, sifatku sedikit melenceng dari sifat asliku. Namun aku masih tersadar di saat aku melakukannya.
Aku juga menemukan fakta bahwa komponen-komponen【Azure Blade】tersebar di seluruh benua dunia ini. Dan untuk menyelesaikannya aku harus mengalahkan mahluk seperti dirinya ini. Begitu besar, hitam, dan yang paling jelas terlihat adalah ... bencana yang ditimbulkannya.
『Black Morph』. Fenomena yang terjadi akibat hancur dan matinya partikel suatu tempat, sehingga menjadikan tempat itu seperti sebuah tempat mati yang memiliki aura mematikan. Itulah bencana yang di akibatkan oleh mahluk tersebut.
Begitu juga dengan pengetahuan-pengetahuan lain yang kudapat. Tetapi sebelum itu, Lagiaz sempat ragu untuk memberikan pengetahuan dunia ini kepadaku. Karena beban yang kutanggung dan juga memori yang kuterima bisa saja merusak mentalku.
Seluruh kejadian itu kini terekam jelas di kepalaku. Namun tepat dalam waktu sesingkat itu mentalku terkena serangan yang membuatku hampir muntah bahkan kejang-kejang. Jika bukan karena Eril yang menyelamatkanku.
Aku mungkin sudah tidak sadarkan diri atau bahkan mati. Berada di sekitar anak itu benar-benar membuatku merasa aman. Pasalnya ia memiliki kekuatan penyembuh yang luar biasa. Lalu ... saat inilah aku mendapatkan segala pengetahuan yang kubutuhkan sebelum menumpas Bos terakhir "itu".
Mengetahui dan menyelidiki pembunuh orang tua-ku. Aku berkelana di dunia ini sendirian demi mendapatkan fakta yang memuaskan, serta bukti-bukti yang relevan agar aku yakin bahwa orang itulah yang membunuh kedua orang tua-ku.
Aku tak akan menuntutnya atau pun membuantya sengsara. Tetapi aku akan mengeksekusinya jika memang benar ia berada di dunia ini bersamaku dan juga para Player lainnya. Aku akan memastikannya dengan kedua mataku sendiri.
Terlebih lagi aku juga mengetahui bagaimana cara menggunakan【Azure Blade】.
『—If Your HP Was Under 70%, You Can Use This Sword. But If Your HP Above 70% The Sword Will Disappear On Their Own』
Walau kondisi【Azure Blade】tidak sempurna, tetapi kekuatan dan efek yang dimiliknya bukanlah main-main. Bahkan aku bisa sekuat ini karena bantuan dari pedang yang kugenggam saat ini. Terlebih lagi dengan efek dari topeng milikku.
Jika seandainya aku melawan mahluk sebesar itu. Tentunya aku tidak akan terlalu ketakutan walau kakiku masih sedikit gemetar. Dan terima kasih berkat jasamu ... Leon.
Aku hanya bisa tertawa kecil. Walau niatku hanya menguji apakah mahluk itu memiliki kemampuan yang berbahaya atau tidak. Setidaknya aku tahu salah satunya berkat dirimu. Penyebaran infeksi.
"Hmmm ... sepertinya ini tidak akan mudah, tetapi dengan ini ...."
Kulirik pedang milikku. Warnanya yang tidak terlalu gelap membuatku seakan-akan terhisap ke dalam sifatnya. Bahkan sekarang pun aku tidak yakin apakah saat ini di dalam tubuh yang sedang berdiri ini terbaring jiwaku atau jiwa dari pedang ini.
Siapa yang mengira mungkin suatu saat tubuhku akan di ambil alih dan membuatku tidak sadarkan lagi. Selama waktu yang kubutuhkan cukup, aku tidak akan terlalu menggunakan pedang ini. Mengenai pedang ini ....
Aku tak tahu apakah pedang ini hidup atau hanya sebagai benda mati. Tetapi untuk saat ini ... bagaimana cara mengalahkan mahluk itu tanpa membuat dua orang yang seperti pasangan ini tidak mati ... tentunya jika aku tidak serius mungkin mereka akan mati.
Melihat kemungkinan itu, aku tak menyangka perlakuanku saat berada di makam besar Fartera benar-benar membuatku gemetar. Karena saat itu aku telah membunuh dua orang yang tidak akan pernah bisa kuhidupkan kembali atau mengulangi waktu itu lagi.
Tidak ada kesempatan kedua jika aku hanya melihat saja. Dan jika aku tidak bertindak maka nyawa Lagiaz dan Eril akan terancam. Sehingga aku mengambil satu pilihan terbaik bagiku, tentunya melihat kondisi yang akan terjadi.
Aku belum mengenal mereka dan aku telah mengenal Lagiaz dan Eril terlebih dahulu. Maka dari itu aku melindungi mereka berdua ... walau aku tak menyangka Elen bersama mereka. Tetapi firasatku buruk tentang itu.
Tentunya Lash seharusnya berada di samping Elen, tetapi ... itu tidak mungkin, 'kan?
Tidak tidak, aku tidak bisa berpikiran seperti itu. Bisa-bisanya aku berpikir Lash telah mati. Melihat Elen yang masih seperti itu tentunya Lash pun masih hidup. Tetapi ia tidak bersama Elen dan mungkin saja bersama dengan Party lain, melihat kemunginan saat pertama kali Event ini berlangsung ... seluruh pertemanan hilang bahkan pesan pribadi dan kelompok juga.
Dalam embilan bulan yang telah berlalu ini aku telah mengerti. Dengan adanya pengetahuan dunia ini, aku bisa mendapatkan dua keinginanku pada saat pertama kali memainkan game ini.
Pertama adalah menemukan pembunuh orang tua-ku. Kedua adalah memecahkan teka-teki munculnya Type 00 dan juga Type A1. Dengan jelas aku masih mengingatnya, bagaimana pertemuanku dengan Type A1 di sebuah fasilitas yang terbengkalai.
Tepat di dalamnya, di tengah-tengah taman yang masih hidup ia sedang duduk sambil memandangi langit di atasnya. Begitu kesepian karena menunggu kepastian dari Type 00 yang akan menjemputnya saat itu.
Bahkan ia mengira diriku sebagai Type 00 sendiri. Aku tidak tahu bagaimana masa lalu dari Type 00 ini. Jika memang dia adalah program kecerdasan yang kurancang sendiri dan kubuat sedemikian rupa dengan misi yang begitu rumit.
Mungkin saja saat itu aku memikirkan sesuatu yang menyangkut dengan ... arggg!!!
Tiba-tiba saja kepalaku sakit dan aku jatuh tertunduk. Rasanya begitu menyengat sekali dan tidak mau menghilang. Samar-samar aku melihat sebuah tampilan layar yang sedang dalam keadaan abnormal penuh dengan pasukan semut yang runyam.
Dan begitu aku membuka mataku kembali, tepat di depanku mahluk besar itu bersiap untuk menghancurkan tempat ini dengan kepalan tangannya yang telah terangkat.
"Sial ... "
『Kau ... pasti bisa menemukannya』
Lagi-lagi suara itu? sebenarnya suara siapa itu? aku bahkan tidak tahu dan tidak pernah mendengarnya sama sekali. Hanya saja suara itu pernah memperingatiku juga. Apakah aku mengidap penyakit gangguan jiwa atau mungkin lebih parah?
Tidak tidak tidak ... itu tidak mungkin. Lagi pula jika aku memang mempunyainya, mungkin saja aku telah membunuh Leon dan Vira dalam sekejap di saat mereka tidak sadarkan diri saat ini.
Hilangkan itu untuk sementara waktu, aku tak memiliki banyak waktu untuk terus memikirkannya ....
Aku pun menghuyungkan pedangku secara diagonal dan alhasil sebuah gelombang sabit selebar dua meter kurang lebih muncul dan melesat ke arah mahluk itu berada. Bersamaan dengan kepalan tangannya yang akan jatuh, gelombang sabitku telah berhasil melibas dan membelah lengannya itu menjadi dua buah bagian.
Namun bagian yang terbelah itu kembali merekat seolah-olah memiliki lem yang begitu lengket.
"Tingkat regenerasinya! ...."
Melihat bagaimana kondisi saat ini. Aku tak menyangka bahwa tingkat regenerasi dari mahluk itu begitu cepat dan bahkan tidak mencapai sepuluh atau lima menit. Kecepatan penyembuhannya itu seperti satu atau dua menit.
Dan terlebih lagi ... tingkat regenerasinya itu lah yang mungkin saja akan menghancurkan tempat ini. Karena mau bagaimana aku menyerangnya. Dia akan kembali pulih dan tidak akan memiliki luka. Tetapi tempat sekitarnyalah yang akan terluka.
Karena ia menyebarkan infeksi keabnormalan yang sangat mengganggu sekali. Bahkan aku tidak ingin berada di dekatnya sama sekali. Untuk saat ini ... aku harus fokus dengan dua tujuanku. Walau aku membencinya, tetapi aku harus karena ini mengikatku.
"Aku harus melindungi tempat ini dan juga mahluk yang berada di dalamnya!"
Begitu aku mendongakan kepalaku dan menyipitkan kedua mataku, aku bisa melihat nama mahluk itu tepat di atas sana ...
—『Abnormal Phenom Lv.???』
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro