25 - Will of Fight
Berbagai bunyi tebasan dan huyungan saling beresonansi satu sama lain. Di tempat itu kini hanya Leon, Vira dan lelaki bertopeng itu. Mereka saling membantu sama lain membasmi mahluk-mahluk hitam yang menyerupai kesatria.
Berbagai hewan dan juga berbagai bentuk bermunculan satu demi satu. Tetapi Leon mengalahkan mereka dengan mudahnya. Satu huyungan yang memiliki jarak radius sekitar 15 meter.
Dampaknya pun bukan main-main dan bahkan sangat ampuh untuk menumpas pasukan hitam yang begitu banyaknya. Mereka berdua kini terkepung.
"Bukan kah kita terkepung?"
Leon berusaha melihat situasi dan berakhir terkepung oleh mahluk-mahluk hitam yang kini mengelilingi tempat mereka berada.
"Aku akan membantumu, Leon."
Vira datang dengan Skill cahaya miliknya. Dalam satu kali ucapan, sebuah lingkaran sihir muncul di bawah mereka. Meluap dan bersinar terang.
"『Glowing Quake』."
Bahkan suaranya pun halus dan begitu lembut. Namun dari suaranya itu sebuah getaran hebat keluar bersamaan dengan radiasi cahaya yang meledak di sekitar mereka. Bagi Leon dan Vira memang tidak berdampak apa-apa.
Namun bagi mahluk-mahluk hitam itu mereka yang terkena Skill miliki Vira langsung hangus dan hancur menjadi serpihan debu.
"Seperti biasa ... "
"Itu tidak masalah, Leon~"
"Kalian berdua jangan bermesraan di tempat seperti ini, lihatlah ke atas."
Begitu kewaspadaan mereka mengendur dan mendengar suara peringatan itu. Akhirnya Leon mendongakkan wajahnya untuk melihat sesuatu yang berada di belakangnya. Betapa kagetnya ia melihat sosok hitam yang begitu besar muncul di atasnya.
Sosok itu seperti menyerupai monster berkaki empat dan memiliki sebuah sayap hitam yang mirip seperti ranting pohon. Tetapi ... tiba-tiba saja lelaki bertopeng itu muncul dan menahan serangan monster itu.
Ia pun mendecakkan lidahnya beberapa kali ....
"Sebaiknya cari tempat yang cocok untuk melakukannya, itu jika kalian tidak ingin mati di sini."
Lalu ia mendorong pedangnya ke atas, begitu pula dengan mahluk hitam itu. Ia terhempas, dan akhirnya rubuh. Memegang bilah dengan kedua tangannya erat-erat, begitu ia merendahkan tubuhnya.
Lengannya berputar dan membuat sebuah putaran pada pedangnya. Dalam satu detik, sebuah gelombang sabit yang meluap langsung meratakan mahluk-mahluk hitam yang berada di sekitar mereka tanpa sisa.
Bahkan mahluk hitam raksasa yang terjatuh itu kini meringkuk dan sesekali berteriak tak jelas. Karena saat ini juga ia telah kehilangan setengah dari bagian tubuhnya.
Leon tak percaya kekuatan sosok bertopeng itu begitu hebat seperti ini, ia bahkan tidak tahu jika seandainya ia dan juga Vira tidak di lindungi olehnya.
"Jangan melamun saja! ... aku akan membuka jalan, kau dan juga kekasihmu segera pergi menuju tempat yang telah kubukakan jalan. Cari jalan untuk sampai di mahluk hitam yang sangat besar itu, mengerti!"
"U-ughh ... baiklah ... "
"Kekasih?!"
Vira langsung memerah ketika ia di sebut sebagai kekasihnya Leon. Namun sebaliknya, Leon merasa tertekan dan ia pun segera pergi meninggalkan Vira.
"L-Leon tunggu aku!"
"Hahh ... dasar."
Sambil menghela napas, lelaki bertopeng itu langsung menanamkan pedangnya di tanah.
"『Shadow Buster』."
Bisiknya pelan, kemudian tanah bergemuruh lalu akhirnya meledak menjadi pilar-pilar hitam yang muncul dari dalamnya. Begitu keluar, pilar-pilar hitam itu langsung meledak dan membuat mahluk-mahluk hitam yang berusaha mendekati Leon dan Vira musnah.
"Jangan sampai mereka menghajarmu!"
Leon melambaikan tangan dan Vira tersenyum menanggapinya. Begitu mereka berdua telah berhasil melewati sekumpulan mahluk hitam itu. Kini mereka mencari jalan menuju ke arah mahluk hitam yang lebih besar bahkan tingginya hampir menyentuh langit.
"Vira!"
"Baiklah aku mengerti, 『Fly』!"
Sepasang sayap muncul dari punggung Vira. Keduanya begitu indah walau berwarna abu. Kepakannya menanggalkan beberapa bulu yang mengapung di udara. Ia membawa Leon bersamanya.
Terbang melintasi hamparan pepohonan yang rindang berwarna hijau. Namun jauh di depan sana warna hijau itu pudar oleh hitam yang gelap bahkan dapat di samakan seperti warna tinta.
Begitu hitam dan mengeluarkan aura gelap yang menekan. Vira spontan langsung terjatuh karena merasakan hawanya.
"Hei ... Vira apa yang terjadi—Uaghhh!!"
Akhirnya mereka berdua terjatuh dan terdampar di antara batas zona mematikan dan netral. Leon mulai terbatuk-batuk sedangkan untuk Vira sendiri sepertinya tidak sadarkan diri. Wajahnya merah dan hampir seperti warna kepiting rebus.
Begitu Leon melihat indikasi status miliknya, ia tak menyangka bahwa Vira terkena efek yang cukup merepotkan.
"『Poison』dan『Dizzy』?! ini terlalu berlebihan!"
Bukan hanya kesadarannya yang di bawa dan di lemahkan. Bahkan HP-nya pun sedikit demi sedikit mulai berkurang.
"Aku hanya memiliki 15 HP potion, kuharap ini dapat membantu ... bertahanlah, Vira."
Vira yang tak sadarkan diri kini Leon sandarkan di batang pohon yang masih menghijau. Melepaskan jubah yang ia kenakan untuk menutupi tubuh Vira. Leon pun bangkit dan mulai mengeratkan pegangan pada pedangnya.
『Servile Ausctare』 ... itu lah nama pedang yang ia miliki. Menurut legenda, pedang itu memiliki kekuatan yang setara dengan kekuatan langit. Memiliki elemen angin dan juga kekuatan serangan yang kuat.
Pedang berwarna biru muda dan keputihan itu bersinar samar di antara tanah yang menghitam. Selangkah dan selangkah, Leon mulai berjalan mendekati zona yang telah menghitam.
Jika seandainya Vira yang mendekatinya saja langsung tak sadarkan diri dan mendapatkan efek yang mematikan. Bagaimana dengan dirinya sendiri?
Di dalam pilihan yang memaksa Leon untuk menjaga Vira atau pergi maju dan mengalahkan mahluk raksasa hitam itu. Ia masih berdiri mematung hingga akhirnya datang sebuah bayangan dari arah depannya.
Kali ini mahluk hitam itu menunggangi sebuah kuda yang tak memiliki kepala dan ia sendiri membawa sebuah tombak hitam. Menggunakan baju tempur layaknya kesatria kerajaan. Kepalanya yang tertutupi oleh helm perak hitam begitu mengkilat.
Aura di sekitarnya tampak berbahaya untuk Leon dekati. Kesatria itu muncul dengan kecepatan yang cukup luar biasa karena kelincahan kuda yang ia tunggangi. Ketika kesatria itu berusaha menghujamkan tombaknya ke tubuh Leon.
Leon menghindarinya dengan sangat sempurna. Ia berguling lalu menebas kaki sang kuda hingga kesatria yang menungganginya terjatuh dan akhirnya hancur karena tertimpa oleh kudanya sendiri.
Tidak hanya satu. Namun sekarang muncul sesosok mahluk hitam yang mirip seperti beruang datang menyerang Leon dengan garang. Ia meraung-raung seperti beruang pada umumnya. Tubuhnya terangkat dan kedua kakinya berpijak.
Membuat pose seperti petinju profesional, beruang hitam itu berteriak tak jelas kemudian kedua tangannya langsung jatuh turun menyambar Leon. Sekali lagi ia berhasil menghindarinya. Berguling ke samping kanan, bangkit secepat yang ia bisa kemudian melesatkan satu huyungan pedang yang berhasil membelahnya menjadi dua bagian.
Beruang itu terdiam dengan tubuh yang bergetar lalu hancur menjadi serbuk-serbuk hitam.
Tetapi Leon tidak berdiam diri saja. Ia pun maju meninggalkan Vira di belakangnya. Sebelumnya ia telah melepaskan satu sihir yaitu 『Light Barrier』 di sekitar Vira sendiri.
Meninggalkannya dengan sihir itu kini membuatnya sedikit lega. Berlari menembus barikade semak-semak hitam. Kini Leon menghadapi sesosok kesatria hitam yang membawa sebuah perisai lebar dan sebuah pedang besar di tangan kanannya.
"Royal Knight juga?!"
Setiap kali bergerak suara deritan baju tempurnya terdengar nyaring. Seolah-olah ia adalah kesatria abadi yang mengabaikan kebersihan baju tempurnya. Tetapi untuk Leon ini adalah sebuah tantangan dan karenanya ia mulai tersenyum kegirangan.
"Ya ya ... inilah yang kubutuhkan, yaitu lawan yang sepadan. Maka dari itu puaskan aku!"
Siapa yang menyangka bahwa sikap Leon yang selalu tenang bahkan terkesan dingin kini beurbah drastis ketika menghadapi sesosok kesatra hitam yang kuat.
Leon berlari ke arahnya begitu juga sebaliknya. Satu huyungan dan kedua senjata mereka saling berbenturan. Luapan udara yang di hasilkan akibat benturan dua benda solid itu berhasil menerbangkan beberapa dedaunan bahkan hingga semak-semak.
Begitu kuatnya hingga Leon tak segan-segan mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Namun tetap saja kesatria kuat itu juga memiliki kelemahan. Ketika perisainya hancur dan menyisakan pedang yang di pegangnya saja.
Ia tidak memiliki sesuatu untuk melindunginya secara utuh dari serangan milik Leon. Tebasan demi tebasan saling mereka lesatkan. Begitu juga dengan suara-suaranya yang nyaring di malam hari itu.
Sinar bulan yang menyinari mereka berdua seperti bersemangat. Memilih Leon atau kesatria hitam itu untuk ia soroti sebagai tamunya. Tanpa adanya bintang dan langit luas senyap yang begitu indah.
Leon dan kesatria itu masih bertarung. Beberapa menit telah berlalu, Leon telah menggunakan dua HP potion miliknya. Namun ia tidak menyangka bahwa lawannya kali ini cukup kuat untuk membuatnya terdesak hingga saat ini juga.
Tetapi di saat Leon melihat status milik kesatria hitam itu.
—『Royal Grand Knight Lv.75』
Leon hanya bisa mendecakkan lidahnya ketika melihat level yang kesatria itu miliki.
"Sepertinya ini kabar buruk bagiku."
Melihat bagaimana sistem dunia ini. Leon pun sudah mengetahuinya. Ia sama sekali tidak bisa melihat seberapa tinggi level yang ia miliki karena level itu sendiri tidak di miliki oleh Leon. Kekuatan dapat di ukur dari kemampuan individu dan begitu juga tentang Skill dan keahlian.
Semakin mereka pandai mengolah dan memainkan serta melatih tubuh mereka. Maka kekuatan fisik, moral atau pun tenaga yang berada di dalam tubuh mereka akan menjadi kuat dan mempengaruhi Skill yang mereka miliki.
Tetapi untuk kali ini melihat level kesatria hitam itu begitu tinggi. Leon sempat menurunkan pedangnya, tetapi ia angkat kembali dan langsung menerjang kesatria itu.
"『Light Emblem: Soar Thrust』!!"
Begitu Leon menyelesaikan kombinasi serangannya secara beruntun. Ia mengakhirinya dengan sebuah tusukkan yang kuat, di selimuti oleh cahaya pudar. Seiring ia menguatkan pegangan pada bilah pedangnya.
Cahaya yang di timbulkan pun semakin bersinar terang bahkan senjata milik Leon seperti menjadi emas yang berkilauan. Dalam satu tarikan lagi ia pun melepaskannya dengan sekuat tenaga. Suara bising terdengar samar.
Begitu serangan Leon menghantam kesatria hitam itu. Sebuah ledakan cahaya hebat tercipta dan begitu pula dengan sekitarnya. Ledakan cahaya itu berputar di tempat seperti puting beliung. Begitu lenyap, sebuah tekanan gravitasi yang kuat sekali muncul dan menekan daerah tempat ledakan itu muncul.
Leon berdiri dengan santai namun beberapa saat kemudian ia terjatuh dengan bertumpu pada lutunya. Pedang ia tancabkan di tanah untuk menahan tubuhnya yang lemas. Kesatria hitam itu akhirnya lenyap dari hadapannya, ia pun tersenyum puas.
Merebahkan tubuhnya sesaat untuk mengisi ulang staminanya yang hilang. Selagi ia mengambil napas, dadanya naik turun karena setiap tarikan napas yang lakukan terlihat berat dan sulit.
"T-tak kusangka akan seberat ini ... aku baru tahu bahwa tanpa bantuan Vira, batasku sangatlah sebentar."
Ia pun kembali bangkit. Mendongakkan wajahnya untuk melihat mahluk raksasa hitam yang begitu membuatnya mengigil entah karena apa. Karena yang terlihat memanglah demikan. Wujudnya hitam tak berwujud, dua buah bola bersinar terang berwarna merah pekat.
Sedangkan setiap kali ia bergerak, cairan hitam yang entah apa itu selalu jatuh dan membuat hutan yang berada di bawahnya menjadi pepohonan mati tak berdaun. Bahkan tanah di sekitarnya pun ikut mati dan tak memiliki unsur kehidupan.
Seolah-olah Leon baru pertama kali melihat mahluk seperti ini. Selama yang ia ketahui jenis mahluk seperti ini tidak ada di dalam informasi yang ia ketahui. Bahkan jenis atau pun ukuran maupun kemampuan mahluk itu masih lah misteri baginya.
Di saat ia ingin melangkahkan kakinya. Leon terdiam dengan gigi yang bergemertak. Saat itulah ia seperti mendengar teriakan seorang perempuan. Ia masih ingat bahwa Vira berada di belakangnya tak sadarkan diri.
"VIRAAA!!!"
Mengetahui bahwa perempuan yang selalu bersamanya itu tidaklah lemah. Tetapi mengapa ia begitu cemas dengan apa yang akan terjadi. Berlari dan berlari, tak peduli ada mahluk hitam itu yang menyerangnya secara acak.
Leon terus berlari untuk segera ke tempat Vira berada. Setidaknya ia masih ingat di mana tempat ia menyandarkan Vira berada. Dengan begitu ia tak perlu mencari jalan kembali dan terus berlari hingga sampai pada tujuannya.
Namun begitu ia sampai di sana, ia tak menyangka pemandangan yang ia lihat adalah sebuah mimpi buruk. Tubuh Vira terbaring dan sebuah pedang menembus dadanya. Ketika ia melihat siapa yang melakukannya.
Leon kaget dan tak bisa terus berdiam diri.
"KAU!!"
Sosok itu adalah lelaki bertopeng yang membiarkan ia dan juga Vira lewat agar bisa mengalahkan mahluk raksasa hitam jauh di sisi sana.
"Apa yang kau lakukan—ughh!!"
"Tenanglah ... aku hanya melakukan apa yang sudah seharusnya kulakukan. Yaitu "membunuhnya"."
Nada yang begitu dingin dan ringan. Mengatakannya seperti mengatakan sapaan pagi atau malam, singkat dan mudah untuk di ucapkan. Begitu juga dengan perbuatan sosok bertopeng itu.
Kini ia memegang sebuah bilah solid yang menghubungkan bagian bawah dengan bagian atas yang kini menembus tubuh Vira yang tak berdaya. Rambut panjangnya yang terurai dan wajahnya cantiknya begitu sia-sia.
"Membunuh?! Apa kau begitu mudahnya mengatakan itu dasar pembunuh!"
"Kau bisa mengatakan apapun tentangku, tetapi setidaknya kau diam sejenak, pemuda tampan."
Kali ini nadanya berubah kembali menjadi ramah dan tidak dingin seperti sebelumnya.
"APA KATAMU—Vira?!"
"Huh ... dasar pemuda—tidak, dasar anak cengeng."
Vira yang sedari tadi tertidur karena terkena racun dan efek pusing kini membuka kedua matanya. Kapalanya bergerak seperti mencari sesuatu.
"Leon? ... Leon?!"
Tidak lama kemudian wajahnya memerah dan kedua matanya berkaca-kaca. Leon yang melihat itu segera berlari ke arah Vira yang telah sadarkan diri. Memeluknya erat dan begitu Vira merasakannya, ia pun menangis.
"Aku hanya melakukan apa yang aku bisa dan melakukannya tanpa memerlukan izin darimu. Lagi pula aku "terpaksa" melakukannya. Aku juga telah menghilangkan efek mematikan dari tubuhnya dan jangan berharap bahwa semua ini gratis"
"Terima kasih terima kasih terima kasih ...."
Tak bisa berhenti mengucap rasa terima kasihnya. Leon yang masih memeluk Vira erat sekali tak bisa berkata apa-apa selain terima kasih.
"Bukan kah kematian itu mengerikan?"
Leon terhenti dan Vira yang masih memeluk Leon kembali tak sadarkan diri. Di atas mereka kini muncul sosok yang di takuti oleh Leon sendiri. ya ... itu adalah sosok mahluk raksasa hitam yang kini tengah menatap mereka bertiga—Leon, Vira dan sosok bertopeng itu.
"Tenanglah ia hanya kelelahan, biarkan dia beristirahat sejenak."
Dengan anggukan mantap, Leon pun kembali membaringkan Vira di atas tanah. Bangkit dan menatap sosok bertopeng di sampingnya.
"Apa yang bisa kulakukan untuk membalasnya?"
Tetapi yang ia dapatkan hanya tawa kecil.
" ... Itu mudah."
Jari telunjuk terangkat ke atas. Menunjuk sosok hitam raksasa yang sedang melihat ke arah mereka.
"Kalahkan dengan kekuatanmu sendiri."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro