Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21 - Story of Old Past

Begitu aku memasuki gerbang itu, kini beberapa tanaman menjalar yang meliliti tiang-tiang menyambutku. Tiang-tiang di hadapanku ini merupakan pembatas dan juga penegak dari sebuah tempat.

Terus dan terus, kini aku pun sampai di ujung lorong. Sebuah ruangan, tidak—mungkin tepatnya seperti halaman yang sangat luas. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah sangkar tanaman. Tepat di dalamnya terdapat sebuah patung raksasa yang sedang duduk di atas sebuah kursi batu.

Beberapa tanaman mekar di sekitar kepalanya. Burung-burung menghinggapinya dan juga beberapa lebah, mungkin?

Sedangkan di sekitarku terdapat beberapa peti mati yang terbuat dari kayu. Memutari seluruh halaman, masuk ke dalam dan kini hanya halaman yang kosong. Di atas peti mati itu terdapat lambang-lambang yang tidak kuketahui.

Sedangkan untuk penerangannya sendiri di dapat dari sinar matahari yang masuk menelusup melalui sela-sela dinding tua. Dinding tua, mungkin bisa di katakan serat. Eril kemudian berjalan perlahan ke arah patung yang duduk di dalam sangkar itu.

Mata dari patung itu bergerak, lalu terbuka.

"Ahhh ... rupanya Eril dan kali ini kau membawa teman?"

Suaranya cukup hangat dan juga bijaksana.

—『Lagiaz, The Lost Artifact Golem』

"Lagiaz?!"

"Hahahaha ... sepertinya kau mengenalku anak muda"

"Archie, dari mana kau mengenal paman Lagiaz?"

Jadi itu bukan patung melainkan golem.

—『The Guardian of The Great Tomb Fartera, Lagiaz』

Layar indikasi yang menunjukkan status sebelumnya itu menghilang dan berubah menjadi yang baru. Jadi permintaan Eril itu adalah untuk melindungi golem ini?

"Hmmm ... sepertinya wajahmu tidak asing. Apakah kau yang mencabut【Azure Blade】dari dalam segelnya, anak muda?"

"【Azure Blade】? Ahh ... maksudmu yang itu?"

"Sepertinya kau berhasil mencabutnya ya? Mengagumkan ... sudah berapa lama aku tidak melihat ada seseorang yang bisa mencabutnya ... hahaha."

Entah mengapa suaranya lebih mirip seperti gempa berskala kecil. Karena saat ia tertawa beberapa remah-remah atap berjatuhan dari atas sana.

"Lagi pula mengapa kau masih hidup? Bukan kah aku telah menghancurkanmu? Dan mengapa ukuranmu menjadi kecil?"

"Kecil? apa yang kau maksud, Archie?"

"Hohoho ... tentang itu, apakah kau akan mendengarkan ceritaku anak muda?"

"Tak masalah, selagi aku menunggu sesuatu."

Eril kebingungan sementara aku mulai duduk di atas rerumputan kecil di bawaku. Lagiaz pun mulai membawa sesuatu dari belakang kursi batunya. Benda itu seperti sebuah buku besar. Begitu ia buka, tangan raksasanya bergerak pelan dan berderu.

Suara-suara itu sepertinya sangat normal di sini, tetapi bagiku ... ini adalah pemandangan langka. Dunia ini terdiri dari beberapa benua dan juga ras. Terlebih lagi, kali ini sebuah Golem raksasa akan menceritakan sesuatu.

Ia terbatuk-batuk sedikit. Beberapa kerikil keluar dari mulut lemasnya itu.

"Baiklah ... aku akan memulainya ...."

Sambil menatapnya aku pun berusaha untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin.

"Itu semua di mulai ketika sebuah rintik-rintik hitam muncul dari langit saat itu. Semuanya masih normal, teman-teman Eril, penghuni makam ini bahkan hingga hutan yang kau lihat masihlah berbuah. Namun saat itulah semua keanehan mulai muncul. Eril menghilang tiba-tiba dan entah kemana ... sementara teman-temannya berubah menjadi monster hitam yang aneh. Mereka seperti kelaparan dan tak pernah berhenti untuk menyerap sesuatu"

"Begitu pula dengan diriku, aku yang saat itu masih memiliki tenaga untuk bangkit dan menjaga, kini telah menjadi bongkahan batu raksasa yang hanya bisa bercerita tanpa bertindak. Jika memang benar aku dulu pernah menjadi penjaga makam ini, maka sekarang aku hanyalah pengamat dan tidak lebih"

"Selanjutya ... setelah aku berhasil mengalahkan mereka semua. Tidak ada yang tersisa dari makam ini, hutan, dan pepohonan yang subur itu hancur. Makam ini menjadi seperti reruntuhan yang telah lama di tinggal. Tidak ada hawa kehidupan atau indikasi yang memberitahuku bahwa makam ini masih hidup seperti saat itu"

"Anak muda, kau mungkin akan menertawakanku. Tetapi kau harus mengetahui hal ini, pada saat itu juga entah apa yang kurasakan. Semua bergemuruh bahkan tubuhku beresonansi dengannya, seorang anak laki-laki yang membawa pedang hitam hampir saja membunuhku tetapi untungnya ada yang datang menyelamatkanku ... Eril, kau mungkin tahu siapa dia."

Ketika Lagiaz menjelaskan tentang masa lalunya dan bagaimana ia berhadapan dengan pasukan hitam itu. Eril mulai memiringkan kepalanya dan balik bertanya kepada Lagiaz.

"Siapa dia, paman Lagiaz?"

"Hmmm ... sepertinya kau tidak melupakannya tetapi kau tidak menyadarinya."

Jari telunjuk Lagiaz menunjukku.

"Aku?"

"Archie?"

"Bukan, tetapi teman lamamu."

Seperti habis di sambar petir, Eril sepertinya baru menyadari siapa yang dimaksud oleh Lagiaz

"Type 00?"

Ia pun tersenyum dan mulai kembali meletakan tangan besarnya itu di atas buku batu di pangkuannya.

"Ya ... anak laki-laki itu datang menyelamatkanku. Tidak seperti anak laki-laki yang satu lagi. Ia seperti ingin melenyapkanku, tetapi aku heran bagaimana dengan kabarnya."

Kali ini aku yang mulai memiringkan kepalaku. Seingatku Type 00 adalah delusi yang tercipta akibat rasa trauma saat aku kehilangan kedua orang tua-ku. Tetapi kali ini Lageiaz dan juga Eril mulai membicarakannya dan aku benar-benar bingung karenanya.

Jika memang seandainya Type 00 itu hidup maka setidaknya ia seharusnya masih berada di dunia ini. Ya ... dunia di mana kami semua terjebak akibat sebuah game yang benar-benar mengerikan.

"Maksudmu Type 00?"

"Ahh, aku baru sadar. Anak muda, kau memang benar-benar mirip dengannya walau pun sifat kalian berbeda. Tidak seperti dirimu, anak laki-laki itu selalu jahil terhadap seseorang selain dirinya sendiri"

"Lagi pula aku sudah lama tidak melihatnya, kira-kira apa yang ia lakukan sekarang, ya?"

"Jika yang kau maksud adalah memang dirinya ... maka ...."

Eril berbalik dan mulai menatapku, begitu juga dengan Lagiaz yang sepertinya penasaran dengan jawabanku.

" ... Aku telah membunuhnya."

Perkataan itu begitu mudahnya aku keluarkan. Tanpa adanya perasaan sama sekali, kata itu seperti perkataanku sehari-hari. Tanpa beban dan tanpa adanya rasa penyesalan.

"Archie ... apa yang kau katakan—Ahh ... begitu rupanya."

Eril pun menundukkan wajahnya. Sedangkan Lagiaz mulai menatap ke atas, menuju langit-langit tempat kami saat ini berada.

"Sepertinya kau tidak berbohong, anak muda. Lalu apakah ada pesan terakhir yang ia sampaikan kepadamu?"

Aku mengangguk pelan. Angin yang cukup lembut tiba-tiba saja mengelitik tengkuk leherku dan begitu aku ingin mengatakannya. Seperti perasaan yang tidak mungkin aku dapat katakan.

Sosok Type 00 muncul kembali, ia hanya berbisik di belakangku. Aku tahu ia hanya delusi yang kuciptakan, namun jika seandainya ia memang hidup. Hidup di dunia ini, maka aku akan dengan senang hati menyampaikan pesan terakhir miliknya.

" ... "Hiduplah Archie, kau adalah diriku yang asli. Jangan sampai hatimu gundah hingga mereka merampas hakmu kembali" ... seperti itu kurang lebih"

"Hmmm ... 'asli' kah? Sepertinya ia menitipkan sesuatu kepadamu bukan?"

"Ya ... itu adalah【Azure Blade】yang kau katakan sebelumnya kepadaku"

"Eril ... apa kau baik-baik saja jika aku memberitahunya tentang itu?"

"Hum ... ah, itu terserahmu paman"

"Sepertinya kau kurang baik."

Lagiaz mulai mengambil Eril dengan tubuh kecilnya. Kemudian ia menelannya hidup-hidup. Karena aku kaget, dengan refleks aku pun mengeluarkan pedang milikku. Tetapi Lagiaz menghentikanku dan mengatakan bahwa apa yang ia lakukan tadi adalah semacam pemulihan diri bagi Eril.

Ketika mendengarnya aku hanya bisa bernapas lega kemudian menyarungkan kembali pedang milikku.

"Baiklah ... ini semua terserah dirimu, wahai anak muda yang tersesat. Apa kau akan menerimanya atau tidak?"

Sebenarnya aku enggan untuk melakukan sesuatu untuknya. Karena misiku masihlah untuk membunuh dirinya. Jika seandainya aku menerimanya, aku tak tahu apa yang akan terjadi.

Tetapi karena aku memang membunuh sosok itu, maka tidak ada pilihan lain. Sejujurnya aku penasaran karena aku adalah jenis orang yang dapat lega ketika sesuatu yang kukejar menjadi jelas.

Jika aku mendapatkan misi hanya untuk membunuh Lagiaz tanpa ada keterangan lebih lanjut. Mungkin aku bisa memikirkan kembali tentang ajakkan Eril untuk melindungi tempat ini.

Aku mengangguk pelan ....

"Baiklah ... "

"Jika itu pilihanmu, maka raihlah jari telunjukku ini."

Tangan besarnya itu kini berusaha meraih diriku namun sayangnya terbatas karena ada sangkar tanaman yang mengelilinginya. Berbeda dengan Eril yang tadi memasuki sangkar itu, aku berada di luar dari sangkar ini.

Sehingga hanya jari telunjuknya sajalah yang dapat keluar dari dalam sangkar itu. Aku berjalan menghampirinya, ketika aku sampai di dekat jari telunjuk besarnya itu. Aku pun menyentuhnya.

"Dengan ini aku memberimu sebuah kejadian yang tak bisa di ubah kembali ... Ilcrima Le Terhav."

Lalu penglihatanku kembali di bawa pada sebuah kejadian yang mungkin aku sendiri belum pernah melihatnya. Yaitu ... di mana ketika terjadi perang melawan pasukan hitam yang menggerogoti penduduk asli melawan penduduk asli yang sama sekali belum terinfeksi oleh mahluk hitam itu.

Mereka bertempur, mempertahankan diri melawan mahluk yang mengganggu kedamaian dunia ini. Langit-langit pun retak menjadi sekumpulan garis yang bersinar samar. Bulan yang kala itu berada di atasnya pun kini menjadi sekumpulan data yang terakumulasi.

Berbagai bilangan dan faktor mengalir di dalamnya. Suara aduan benda solid yang berdentang, mau itu palang, besi, pipa atau pun pedang dan benda dengan jenis yang sama. Mereka saling beradu satu sama lain.

Namun mahluk hitam itu berhasil menang dan merebut wilayah kekuasaan dunia ini hingga akhirnya sebuah tangan raksasa muncul dari langit dan membantai habis mereka. Kemudian aku di pindahkan ke dalam suatu kejadian di mana mahluk hitam yang membawa pedang hitam melawan Type 00 yang membawa pedang keabuan biru.

Di belakang Type 00 terdapat Lagiaz yang ambruk. Kulit bahkan struktur tubuhnya itu hampir hancur jika seandainya tidak ada Type 00 yang datang untuk membantunya.

Kini mereka berdua saling menyerang satu sama lain. Type 00 berusaha sekuat mungkin mengalahkan mahluk hitam yang menyerupai jenisnya. Aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya ... hanya saja ketika penglihatanku di buat gelap.

Dan kembali di buat terang alhasil aku dapat melihat kembali. Type 00 penuh dengan darah dan tubuhnya penuh luka lebam dan juga sayatan. Ia berdiri membelakangiku saat itu. Aku tak tahu apakah ia mengatakan sesuatu atau tidak.

Hanya saja ketika ia kembali berbalik ke arahku—tepatnya ke arah Lagiaz. Ia mengatakan sesuatu namun kedua matanya terganggu oleh sebuah keanehan. Aku sama sekali tidak bisa mendengar apa yang ia katakan.

Tetapi karena aku memperhatikan gerak bibirnya ... aku mendapatkan beberapa huruf mungkin kata.

——Il-fe ... ni ... ce, Ram-ment ... ia, ad-alah ... m-a-n..usi ... a.

Setelah itu ia menghilang menjadi sekumpulan data ketika Lagiaz berusaha menggampainya.

"Hahh huhh hahh hahh."

Napasku menjadi sedikit berat dan aku kembali ke dalam dunia dan waktu yang telah terjadi.

"Apa kau yakin?—"

"Itulah yang kuyakini, anak muda."

Aku tak menyangka dan mungkin tidak percaya. Bos yang harus kukalahkan demi menyelamatkan semua Player yang terjebak dan terkurung di sini adalah seorang manusia. Tetapi manusia adalah Player itu sendiri ....

Apakah aku harus membunuh mereka semua?

"Jika kau masih bimbang bagaimana jika kau melawan mahluk itu sendiri dan mengalahkannya di sini, sama seperti apa yang di lakukan oleh Type 00?"

"Apa kau tidak salah?"

"Bagaimana menurutmu? Apakah kau siap untuk melakukannya, anak muda?"

"Sepertinya ini bukanlah lelucon yang buruk juga, baiklah aku menerimanya."

—『The Second Trial, Begin』

Di saat Lagiaz mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Sebuah cahaya muncul dari langit-langit ruangan ini. Beberapa tanaman tumbuh dengan lebat dan menutupi pintu keluar. Di setiap sisi-sisinya beberapa batu bercahaya hijau zamrud bersinar samar.

Kemudian lantai-lantai mulai bergemuruh, di susul dengan beberapa pilar yang tiba-tiba saja muncul dari dalamnya. Mencuat dan kini berdiri tegak mengitari ruangan ini. Berwarna putih pucat dan di atasnya terdapat sebuah semak-semak yang kemudian mengeras menjadi seperti kobaran api.

Di setiap pilar-pilar itu muncul beberapa huruf yang aku tidak mengerti. Menyala dalam diam. Setelah itu semua kembali normal. Hanya saja pemandangan yang kulihat berubah total. Bukan saat aku bersama dengan Lagiaz yang duduk di kursi besarnya dan terkurung dalam sangkar.

Namun ... Lagiaz yang ambruk tak berdaya dan hampir seluruh tubuhnya hancur. Di depanku muncul bayangan hitam yang mengepul. Gelap dan tak jelas. Menguat dan memadat. Lalu bayangan itu berubah menjadi diriku sendiri.

Membawa pedang hitam yang mengeluarkan aura kegelapan. Tubuh, bentuk, wajah, lengan, kaki bahkan rambut ... mereka semua mirip seperti diriku. Dan ketika aku melihatnya, ini benar-benar mengingatkanku terhadap Type 00 yang kulawan ketika berada di menara Torio.

"Saatnya di mulai ... apakah kau akan mengambil langkah yang sama seperti Type 00 yang kau bunuh atau kau memiliki jalan yang berbeda? Perlihatkanlah padaku wahai anak muda yang tersesat ... seperti apakah takdir akan membawamu?"

Suara Lagiaz bergema dan benar-benar membuatku menjadi seseorang yang berebda. Sensasi yang sama namun tak serupa, begitu juga tempatku berdiri, dan berpijak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro