Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16 - Unregretful Wish

Arc 2 - The World Knowledge

"A—aah."

Mataku masih berkedip-kedip seakan ada kotoran yang masuk ke sampingnya.

"A-apa yang terjadi?"

Aku tahu bahwa kali ini aku tertidur di atas lantai ruang utama. Lalu, begitu kedua mataku melebar. Aku dapat melihat Adi yang terbaring, tangan dinginnya kugenggam erat oleh tanganku.

Kemudian kilasan balik malam tadi dapat kulihat melalui ingatanku yang cukup samar. Bahwa Adi telah meninggalkanku. Tubuku kembali gemetar di bawa langit-langit atap yang masih menggelap.

Tetapi aku harus bisa bangkit kembali atau tidak—

[Atau ... tidak apa huh?!]

Tiba-tiba saja bayang-bayang Type 00 muncul di hadapanku, tembus pandang dan berdiri menatapku dengan tatapan sinisnya.

[Kau sudah kehilangan alasanmu untuk dapat hidup!]

[Bangkit? Jangan bercanda!]

[Tubuhmu saja masih gemetar, masih menangis]

[Kau sama saja ketika 13 tahun yang lalu!]

Jantungku berdetak kencang dan keringat dingin mulai dapat kurasakan menjilati leherku.

[Kau yakin bisa hidup tanpa keceriaan adikmu?]

[Sebenarnya kau iri, 'kan?]

Diam ....

[Tersenyum begitu mudahnya, di saat terakhirnya ia mengaku akan membunuhmu ... ]

Diam diam diam diam ....

[Apakah orang tuamu itu benar-benar menyayangimu?]

"DIAMMMMM!!!!! ...."

Aku pun membantingkan tanganku ke lantai dan akibatnya suara debum yang cukup besar dapat bergema di ruangan yang hanya diriku seorang berada.

[Hehh ... lihatlah mereka, pergi meninggalkanmu. Tanpa memberitahu mengapa dan apa yang sedang mereka lakukan]

[Kasih sayang? Huh?! Jangan membuatku tertawa ... apa kau bercanda! Apa itu yang mereka sebut kasih sayang?]

[Mati tanpa mengerti kondisimu saat ini]

[Begitu menyedihkan dan juga tak berdaya]

Ia pun mulai merendahkan tubuhnya, duduk bagai kesatria kemudian mengangkat daguku ketika aku tertunduk jatuh. Kemudian secara perlahan ia angkat, mata kami saling bertemu.

Kosong ... ia sama sekali tak memiliki hawa kehidupan. Namun ia begitu nyata berada di depanku.

[Heh! Apa kau kira kau itu manusia?]

"Huh ... ?"

[Lihat sendiri tanganmu]

Nadanya yang dingin dan tanpa perasaan itu seolah-olah pesan yang telah lama ingin ia sampaikan. Melirik ke bawah dan begitu aku melihat tanganku sendiri—

"A-apa i-ini?!"

Kulitku terkelupas dan aku bisa melihat beberapa serat kabel yang kelam saling menyambung. Sinar biru samar terlihat bersinar dari kedalamannya. Ototku ... ototku ... rangkaian kabel?

"HUAHHHH!!!!"

[Hahahahahaa ... lihat? Bukankah aku memberitahumu? Kau itu hanya sebuah replika dan bukan seorang manusia!]

"L-lalu—"

[Kau ingin bertanya mengapa kau bisa menangis, makan dan sebagainya?]

[Sadarilah bahwa semua itu hanya ilusi semata dan tidak lebih]

[Berpikir sebuah replika bisa makan, huh?! Kau membuatku muak]

[Dengar ya ... ]

Type 00 mulai menggaruk kepalanya dan bangkit berdiri di depanku. Ia seperti jauh sekali dan memandang rendah diriku.

[Kau itu hanya sebuah android replika dan bukan seorang manusia! Paham!]

"Kau salah! Aku adalah seorang manusia!"

[Dasar keras kepala! Bukan kah Type A1 telah memberitahumu?! Maka pahami dan sadarlah dasar tidak beguna!—]

Lalu sebuah cahaya muncul dan gambaran itu kembali muncul di dinding. Ya ... itu adalah proyeksi video yang di putar oleh Adi. Humanoid—Adikku satu-satunya.

"K-k-k-kak ... t-t-tetap lah Ka-ka-k-kakak!"

"Adi ... "

[Tchhh]

"Arhhhhhhh!!!!!"

Begitu suara Adi dapat kudengar, bayang-bayang Type 00 menghilang. Tangannya yang lemah kembali berfungsi dan menyentuh tanganku. Mataku kembali jatuh dan melihat tangannya yang lemah itu.

Tetapi ilusi yang di katakan oleh Type 00 itu menghilang. Tanganku kembali seperti semula. Tidak ada kulit terkelupas dan serat-serat kabel maupun cahaya kebiruan kelam. Walau ia masih lemah, aku tidak ada waktu untuk berdiam diri.

Terima kasih Adi ... lagi-lagi kau menolong Kakakmu yang menyedihkan ini.

"Bertahanlah!"

Aku mengusap butir-butir air mataku lalu bangkit dan menggendong Adi secepat mungkin. Ia begitu lemah, tak habis pikir bahwa sebelumnya ia telah mengucap selamat tinggal padaku. Ia kembali datang menyelamatkanku.

"Sepertinya keajaiban memang ada," gumamku.

Berlari melewati ruangan demi ruangan dan kemudian menaiki tangga, tubuhnya dingin dan juga sedikit berat. Tetapi aku tidak boleh mengeluh, dari semua pengorbanannya untukku.

Bagiku semua itu sangatlah berharga. Setelah aku berada di depan kamarnya, aku pun menendang pintunya sekuat mungkin. Pintu itu terbuka dan menghantam dinding namun tidak patah.

Setelah itu aku pun segera membaringkan Adi di ranjangnya. Tetapi baru pertama ini aku berada di kamarnya. Semuanya tampak normal. Foto-foto kami semenjak kecil ia tempel di lemari pakaian.

Hanya saja di atas meja itu terdapat sebuah bola metal yang memiliki enam buah bentuk segi enam. Sebuah kaca menutupinya dari masing-masing sudut. Bola itu memiliki warna perak yang cukup cerah.

Di bawahnya terdapat selembar kertas. Aku pun segera mengambilnya kemudian membacanya ....

Kepada Kakak ....

Jika Kakak membaca surat ini berarti bola kehidupan yang berada di dalam tubuhku telah habis masa batasnya. Bola yang Kakak lihat di atas kertas ini merupakan sumber alternatifnya, namun ....

Batas dari kekuatan bola ini hanya bertahan hingga 15 menit dan tidak lebih. Jika Kakak ingin menggunakannya maka segeralah tekan dadaku. Di situ Kakak akan melihat life core milikku yang telah mati.

Tekan dari kedua sisi kemudian angkat secara perlahan. Masukan life core alternatif ini lalu aktifkan dengan menggunakan kode aktivasi. Cukup panggil namaku maka aku akan kembali aktif.

Terima kasih atas segalanya, aku menulis ini untuk menjelaskan semua yang Kakak perlu tahu. Aku tak ingin Kakak menderita lagi, tidak dari mereka yang mencoba untuk menggunakan Kakak untuk kepentingan mereka.

Berkat program dan juga kode yang telah Kakak sempurnakan. Aku bisa merasakan apa yang artinya perasaan dan emosi, sekali lagi terima kasih.

Bisa hidup bersama dengan Kakak dan juga bersenang-senang dengan temanku yang lain. Itu semua adalah kebahagian yang tidak pernah kubayangkan, khususnya diriku pribadi hanyalah sebatas alat dan juga robot yang seharusnya tak meninggalkan Kakak waktu itu.

Aku berharap Kakak dapat terus hidup walau tanpa "Orang Tua" kita atau pun tanpa diriku ....

Dan terakhir ... hiduplah demi diriku ....

Setelah membaca isi dari surat itu aku pun meremasnya, walau hatiku sedikit pahit untuk menerimanya. Tetapi aku senang bahwa ia berkata seperti ini kepadaku ...

"Hidup ... kah?"

Menghiraukan itu, mengambil bola yang berada di atas meja dan langsung segera memasangnya di dalam tubuh Adi. Aku pun melakukan semua yang tercantumkan dalam kertas itu, menekan dada, setelah terbuka dari kedua sisi, angkat dan akhirnya masukkan bola itu ke dalam tubuhnya.

"Adi ...."

Aku tak percaya pada keajaiban tetapi untuk kali ini mungkin aku akan sedikit mempercayainya. Karena matanya sedikit bergerak kemudian terbuka.

"Hahh ... Kak?"

"Apa?"

Memandangnya dengan lembut, ia terbaring begitu lemat di ranjang saat ini. Namun aku tak tahu bagaimana Adi melihat ekspresiku kali ini.

"Ada cerita yang ingin aku sampaikan kepada Kakak, apakah Kakak bersedia mendengarnya?"

"Hmmm ... tentu."

Aku mengangguk dan mengambil kursi yang berada di dekat meja belajar miliknya. Duduk di atasnya dan kemudian menghirup napas dalam-dalam. Menghembuskannya kembali dan menatap Adi dengan lega.

"Baiklah... aku siap, walau sebelumnya kau hampir membuatku terkena serangan jantung"

"Hahaha ... maafkan aku, lagi pula mau bagaimana lagi. Lagi pula ini ada sangkut pautnya dengan keluarga kita"

"Baiklah baiklah ... kau tak memiliki waktu banyak, 'kan?"

Kedua matanya menutup kemudian terbuka lagi. Tangannya ia tindihkan pada perutnya.

"Sebelum itu ... Kakak sudah melihat tayangkan video yang kuperlihatkan dan juga telah mendengar penjelasanku sebelumnya?"

Aku mengangguk pelan.

"Baiklah ... kalau begitu aku akan menjelaskan apa yang belum Kakak ketahui selain semua yang telah kuberikan pada Kakak."

Semua yang telah kuketahui. Kematian kedua orang tua-ku bukanlah sebuah kecelakaan melainkan ada yang sengaja membunuh mereka. Berarti itu adalah kasus pembunuhan. Kedua, akulah yang menciptakan sistem RG di umurku yang masih berumur 4 tahun. Ketiga, aku juga yang mengembangkan sistem emosi sehingga para robot atau humanoid dapat merasakan emosi. Dan terakhir adalah bahwa adikku sendiri ternyata humanoid yang di ciptakan untuk melindungi dan juga menjadi Adikku sendiri.

Lalu Adi pun mulai menjelaskannya ....

"Emotion Subconsiousness Project ... atau yang di singkat menjadi projek E.S. . Projek ini adalah projek pertama yang menggemparkan seluruh lapisan perusahaan. Di mana itu adalah tempat kedua orang tua kita bekerja dan betapa kagetnya mereka bahwa penggagas ide ini adalah seorang anak kecil berumur 3 tahun"

"Itu pasti diriku bukan?"

Adi tertawa kecil.

"Ya ... itu adalah Kakak. Awalnya tidak ada yang percaya bahwa itu adalah Kakak, namun setelah mendengar penjelasan yang di sederhanakan oleh kedua orang tua kita. Semua terkagum-kagum dan menginginkan untuk ambil andil dalam projek ini. Walau pun teori ini masih belum pasti untuk dapat di realisasikan, tetapi Kakak dengan polosnya berkata pasti bisa. Satu tahun telah berlalu dan di situlah kedua orang tua kita menciptakan diriku Type H0, Type Humanoid Point Zero, namun Kakak memberikanku nama yaitu Adi. Tidak habis pikir melihat itu, kedua orang tua Kakak membawaku menjadi bagian dari keluarga Kakak"

"Hooo ... lalu?"

"Di saat itulah pengujian projek E.S. dimulai, di mana semua basis, teori dan juga perlengkapan serta persiapan semuanya telah di persiapkan dengan matang. Dalam pengujian itu akulah objek tes pertama. Melihat hasil yang tak bisa di terduga itu, semua peneliti bersorak ria dalam kegembiraan karena pengujian berhasil walaupun sebelumnya sempat hampir gagal. Melihat hasil yang sangat menggiurkan ini kedua orang tua kita di tawarkan kontrak untuk memproduksi projek E.S. ini. Tetapi mereka tidak menerimanya, karena semua itu adalah hak cipta milik Kakak. Karena Kakak menolaknya, mereka beberapa kali mengirimkan pembunuh bayaran yang menyamar sebagai petugas, peneliti bahkan menjadi donatur untuk membunuh Kakak"

"B-benar kah?"

"Ya ... itu semua adalah ingatanku. Namun semua itu gagal karena aku menghentikan mereka, tidak ada yang tahu siapa atau apa yang ingin mereka lakukan. Kedua orang tua kita mengirimkan surat pengunduran diri karena adanya ancaman tersebut. Kita pun kembali pulang ke Bandung untuk menjalankan tes pengujian terbaru, tes itu menguji apakah sebuah sistem program yang memiliki kecerdasan dapat membangun sebuah komunikasi atau tidak"

"Dan hasilnya ... ?"

"Kembali sukses ... dimana dalam pengujian itu Kakak di berikan penghargaan—bukan oleh pemerintah, melainkan oleh kedua orang tua kita. Karena jika seandainya pemerintah mengetahui hal itu, mereka mungkin saja akan memaksa Kakak untuk memperbanyaknya. Dan di situlah awal mulai Kakak mendapatkan penyakit halusinasi"

"Maksudmu mereka? Type 00 dan Type A1?"

Adi mengangguk kemudian memejamkan matanya namun masih meneruskan ceritanya.

"Saat itu ketika Kakak masih berumur empat tahun itulah saat-saat terakhir kali Kakak dan juga diriku sendiri melihat kedua orang tua kita. Dalam kebakaran tentunya Kakak tidak ingin melepaskan kedua orang tua kita, di mana pada saat itu juga. Aku ... tidak bisa meninggalkan mereka berdua begitu saja. Karena mau bagaimana pun, hanya keluarga inilah yang menerimaku selayaknya mahluk hidup dan bukannya robot atau pun alat"

"Hahh ... jangan membesar-besarkannya—"

"Tidak tidak, itu benar kok. Lalu selanjutnya aku di perintahkan untuk membawa Kakak sejauh mungkin, tetapi sebelum itu Ayah memberikanku sebuah peta dan sebuah kartu cash. Semua itu tidak lain adalah untuk Kakak sendiri, namun begitu aku sampai di rumah ini dan Kakak sadar. Di situlah gejala-gejala halusinasi mulai terlihat ... di mana Kakak memanggil sesuatu dengan nama Type 00, Type A1—pengecualian untuk Type A1. Ia memang ada namun masih dalam tahap pengembangan, Type ini adalah manusia tabung yang di ciptakan untuk alasan tertentu dan kode namanya yaitu A1, merupakan sistem program yang masih tersisa dari puing-puing tempat orang tua kita mati"

"Jadi selama ini—"

"Ya ... Kakak berhalusinasi namun Kakak menjadikannya sebuah kenyataan karena mengakui mereka ada dan selain itu juga Kakak berpikir bahwa Kakak sendiri adalah robot atau pun replika bukan?"

"B-bagaimana kau mengetahuinya?"

"Itu mudah ... di lihat dari reaksi Kakak, pasti sekarang ia berada di samping Kakak, 'kan?"

"Hahh ... ?!"

Begitu aku memalingkan wajahku. Sosok Type 00 muncul kembali.

[Dasar sampah tak berguna, rupanya kau mencoba untuk mencuri keberadaanku!]

"Apapun yang Kakak dengar darinya, semua itu hanyalah kebohongan yang di dasari atas rasa kebencian dan iri. Ia ingin mengambil kesadaran Kakak untuk menjadikan tubuh Kakak sebagai wadah untuk dirinya sendiri"

"Jadi—"

[Apa yang kau katakan? Bukan kah itu wajar?! Dia memanglah robot bahkan sebuah android!]

"Sanggahlah! Percayalah bahwa Kakak sebenarnya adalah manusia, atau tidak Type 00 yang selalu menghantui Kakak tidak akan menjadi yang sebenarnya!"

"Aku percaya ... "

[Apa—tidak tidak tidakkkkkk!!!!]

Kepingan cahaya mulai melahap Type 00 yang berada di sampingku dengan perlahan. Dan begitu semuanya menjadi silau ... ia mengucapkan terima kasih karena telah membebaskannya selama ini. Begitu juga ia memintaku untuk menjaga Type A1 karena selama ini dirinya selalu menganggapku sangat penting lebih dari apapun.

Aku mengangguk dan menerimanya. Begitu lah Type 00 yang selama ini menjadi halusinasiku menghilang.

"Sepertinya Kakak berhasil ... kalau begitu, selanjutnya aku akan menjelaskan projek gelap milik perusahaan di balik pembuatan Azure Online"

"Kau mengetahuinya juga?!"

"Tentu ... lagi pula aku adalah Adik Kakak~"

"Dasar! Walau kau lemah tetapi kau masih bisa membuatku tersenyum. Bisa-bisanya kau sehebat ini."

Kuusap kepalanya yang dingin beberapa kali, ia hanya tertawa ketika merasakan sentuhan tanganku.

"Waktuku tinggal sebentar lagi, Kak. Jadi tolong dengarkan penjelasakan terakhirku"

"Baiklah ...."

Saat aku melihat bagaimana mata Adi menatap, ia seperti sangat jauh sekali. Seperti berada di tempat yang tidak akan bisa kujangkau. Aku tahu waktunya tidak akan bertahan lama lagi. Tetapi ... tetapi penjelasan yang selanjutnya akan ia beritahukan kepadaku seolah-olah menyangkut banyak orang.

Pasalnya kali ini wajahnya sedikit mengeras dan dahinya pun mengerut karena sulit untuk memutuskan.

"Jika kami sebagai robot selalu mengambil keputusan menurut alasan logika dan program yang telah di rancang untuk kami. Tetapi kali ini aku sendirilah yang akan memutuskannya ... Kak, aku ingin Kakak menghentikan game Azure Online"

"Huh? Mengapa?"

"Sebentar lagi ... setelah selesai dari persiapan ini. Mereka akan meluncurkan Event baru yang bernama malam Walpurgis. Apa Kakak tahu, Event kali ini mengharuskan para pemain masuk ke dalamnya dengan hadiah yang sangat menggiurkan"

"Menggiur ... kan?"

"Ya ... seperti hadiah uang, kekuasaan, pengobatan atau segala fasilitas yang akan di berikan kepada pemain jika mereka bisa menyelesaikannya"

"Lalu—"

"Mereka tidak akan terbangun lagi ke dalam tubuh asli mereka sebelum menyelesaikannya"

"Apa?!"

Ini gila, ini benar-benar gila. Bukan kah itu sama saja memindahkan seluruh kesadaran manusia ke dalam dunia game?

"Jika seandainya ini berhasil, maka semua pemain dari berbagai daerah akan di culik ke dalam sebuah fasilitas dan di tidurkan pada tabung yang telah di persiapkan. Singkat kata Event ini bisa menguntungkan banyak pemain tetapi di saat yang sama nyawa merekalah yang akan menjadi taruhan!"

Ekspresi Adi kembali melemas dan sepertinya ini bukanlah main-main.

"Tetapi bukan kah itu tidak mungkin, lagi pula RG—jika memang benda itu adalah benda yang kubuat. Maka aku sama sekali tidak akan bisa melakukannya!"

"Benar ... tetapi itu sepertinya tidak mustahil bagi mereka—"

"Adi ... Adi ... "

"Ten ... ang, Kak. Aku masih kuat!"

Sesaat sebelum itu Adi tampak mulai tidak sadarkan diri beberapa detik lalu. Tetapi ia kembali hidup dan mulai menjelaskan kembali.

"Namun apa Kakak tahu batas manusia untuk bertahan hidup tanpa makanan atau minuman dan hanya mengonsumsi mineral yang di infuskan ke dalam tubuh mereka?"

"Itu ... "

"Ya, benar batas mereka kurang lebih sekitar dua tahun. Dan untuk menyelesaikan Event ini para pemain di paksa untuk menyelesaikannya secepat mungkin, tidak peduli berapa lama yang mereka butuhkan. Jika seandainya waktu yang mereka butuhkan adalah dua tahun agar mereka bisa kembali terbangun ... coba bayangkan jika seandainya mereka tidak menyelesaikannya dalam kurun waktu itu ... "

" ... Mereka akan mati tanpa bisa melakukan apa-apa. Ini benar-benar gila ... aku tidak percaya semua ini, lalu apa yang bisa mereka lakukan?"

"Yaitu ... mereka harus bisa menyelesaikannya dan mengalahkan "bos" terakhir di dalam sebuah "kastil" yang telah sengaja di buat oleh pengembangnya serta bantuan perusahaan tentang perencanannya"

"Tetapi bagaimana?—"

"Ingat ketika aku berkata akan ingin membunuh Kakak tetapi gagal?"

Aku mengangguk dan mencoba memahami kondisi diriku sendiri yang menjadi vital gara-gara sebuah game.

"Jangan-jangan kau meninggalkanku waktu itu karena hal ini?!"

"Tepat sekali ... kenapa aku baru menemui Kakak setelah Kakak berumur 7 tahun. Karena saat itu aku sedang mencari informasi namun akhirnya tertangkap lalu sistemku di buat ulang oleh mereka, tetapi sayangnya semua itu gagal karena sistem pertahanan yang Kakak buat benar-benar luar biasa"

"Jadi ... "

"Terima kasih ... karena Kakak, aku bisa seperti ini"

"Sial ... dasar Adik bodoh, jangan berkata seperti itu di saat kritis seperti ini!"

"Yahh ... tetapi mau bagaimana lagi. Mungkin beberapa menit lagi aku tak akan bisa mengatakannya?"

"Iya juga sih ... '

"Itu kan! Satu hal lagi ... itu semua adalah keputusan Kakak untuk memilihnya, masuk atau membiarkannya sehingga pemain lain mati tanpa tahu apa-apa"

"Adi ... aku bukanlah orang baik yang selama ini kau kira. Aku pastinya—"

"... Akan membantu mereka bukan?"

Ia pun tiba-tiba memotong perkataanku dengan senyum polosnya.

"Hahhh ... kau tahu aku itu jahat—"

" ... Itu luarnya, dalamnya baik sekali"

"Tchh ... kau ini!"

Aku pun menjitak kepalanya walau pun ia sama sekali tidak merasakan kesakitan.

"Kali ini ... ini adalah permintaanku"

"Katakanlah ... "

"Tolong temukan pembunuh kedua orang tua kita, Kak. Sebelum mereka di temukan, aku mungkin tidak akan bisa beristirahat dengan tenang ... hahahaha—"

"Pasti ... Adi ...."

Ia pun akhirnya telah pergi dan matanya menutup begitu aku melihatnya kembali. Tawa terakhir miliknya akan selalu kuingat. Dan tanpa kusadari lagi-lagi aku meneteskan air mata.

"Beristirahatlah dengan tenang ... aku pasti akan menemukan mereka."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro