15 - My Little Brother
[Recorded: Type 00—Capacity Memory, Acces Granted By Data B, State Conditional Positive ... Begin The Record ....]
"Kau bercanda ... 'kan?"
Tetapi kini ... Adikku ... Adi, ia sama sekali tak bernapas, detak jantung pun tak bisa kurasakan dan tubuhnya yang dingin seakan telah menjadi mayat yang sesungguhnya.
Napasku terus naik dan naik, aku ingin menenangkan diri tetapi tidak bisa. Kepalaku rasanya akan hancur. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Mengapa semua ini menjadi kenyataan.
Type 00 dan Type A1, perkataan kalian benar-benar tidak bisa kuakui. Lagi pula ini hanya mimpi bukan?
Ketika kepalan tanganku telah mengeras dan aku telah menguatkan tekadku. Sebuah pukulan kudaratkan sendiri ke arah pipi kananku sekuat mungkin. Aku pun langsung tersungkur dan rasa sakit luar biasa itu benar-benar hampir membuatku tak sadarkan diri.
Tetapi ....
"K-k-kenapa kau belum sadar juga?!!!!"
Adi masih kulihat tak sadarkan diri di depanku. Sebelum aku dapat bangkit kembali sebuah cahaya muncul dan menampakan gambaran-gambaran—mungkin lebih tepatnya sebuah video yang di tayangkan di permukaan dinding.
[Record Begin ... K-k-kak ... i-ini a-dalah pe-permintaanku, s-sebelum masa a-aktifku habis]
"Adi ...?"
Ketika air mata muncul di mataku, aku terhenyak mendengar perkataannya. Permintaan terakhir ....
Baiklah kalau begitu. Aku akan menontonnya, sebagai Kakak, aku harus mengabulkan permintaan ... Adikku.
Pada awalnya hanya sekumpulan potongan gambar, lalu sedikit demi sedikit potongan gambar itu menyatu menjadi satu gambar yang utuh. Potongan gambar itu adalah ... aku?
Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang menggendong bayi yang terlelap dalam tidurnya. Tepat di samping mereka sebuah robot?!
Itu adalah Adi, Adikku sendiri. Rupanya sebelum aku mengetahui siapa identitas Adi sebenarnya. Ialah yang terlebih dahulu mengetahui identitasku. Namun gambar itu kemudian terbakar ... video mulai memperbesar tampilannya sendiri.
Dalam kegelapan remang-remang ruangan ini, aku mulai bisa melihat sebuah ruangan yang sedang terbakar. Di ruangan itu api berkobar cukup sedang selagi asap berkobar dengan senang. Tampilan video pun mulai berubah menjadi sedikit buram.
Kemudian seorang perempuan dan laki-laki yang memang sepertinya adalah kedua orang tuaku tengah menggendong seorang anak laki-laki. Di belakang mereka robot itu mengikuti. Mereka mencoba untuk membuka pintu namun sayangnya knop terkunci.
Sudut pandang video ini terlihat dari angkel atas. Yang berarti kemungkinan besar adalah kamera CCTV. Namun ketika laki-laki itu mengambil sebuah kamera recorder. Sudut pandang pun mulai berganti kembali.
[Apakah ini sudah cukup?]
[Apa yang kau lakukan, sayang?]
[Setidaknya aku ingin meninggalkan pesan terakhirku untuk anak kita]
Ekspresi perempuan itu mulai melembut. Walau wajah mereka mulai sedikit menghitam akibat asap yang mengerumuni mereka. Terbatuk sesaat kemudian mereka menghadap ke arahku. Ya .. yang kumaksud adalah ke arah kamera sehingga mereka terlihat seperti sedang menatapku dari sana.
[Ardi ... apa kau di sana? Kuharap kau sedang menyaksikan ini]
[Sayang ... jangan lupa untuk makan, minum, tidur teratur dan juga mandi ... ]
Perempuan itu kini tersedu-sedu dan lelaki yang berada di sebelahnya pun memeluknya cukup erat.
[Ayah ingin agar kau tetap sehat, jangan lupa dengan bejalar ... apapun yang terjadi anggaplah ini sebuah kecelakaan dan tolong ....]
Aku tercengang, tanganku pun mulai meremas bahu Adi perlahan-lahan. Proyeksi video yang di tampilkan pun menjadi sedikit bergoyang.
[Ingat perkataan Ayah, kami berdua menyanyangimu apa adanya. Karena kaulah anak kami]
[I-iya ... jangan lupa—]
[Sudahlah Eva, kau sudah tidak kuat, 'kan?]
[T-tetapi!]
[Biar aku yang melanjutkannya]
Perempuan itu pun mengangguk lemah kemudian menangis keras di bekapan dada sang laki-laki.
[Baiklah ... ]
Lalu dalam waktu kurang lebih dari satu jam itu, lelaki—Ayahku mulai menjelaskan siapa diriku dan mengapa aku tidak dapat mengingat dengan jelas. Itu semua di akibatkan oleh sebuah manipulasi yang diciptakan oleh Adi.
Alias Type H0, selagi aku tertidur dalam jangka waktu yang lama. Ia memberikan sugesti kepadaku bahwa kedua orang tua-ku mati dalam kecelakaan. Kebakaran yang menimpa ruangan mereka di akibatkan oleh percikan listrik yang muncul dan langsung menyambar bahan percobaan mereka.
Di saat itu juga diriku yang masih berumur kurang lebih 4 tahun di bawa pergi oleh Adi. Di mana aku di bawa ke dalam sebuah rumah, ya rumah itu adalah rumah yang kini kutinggali. Memberikan sebuah kartu cash sebagai dana pendidikanku.
Lalu setelah itu Adi yang berperan sebagai Adikku pergi. Ia pergi karena ingin memastikan kedua orang tua-ku apakah mereka masih hidup atau tidak. Tetapi ia terlambat, yang ia temukan adalah dua pasangan yang saling bergandengan tangan di dalam ruangan yang terbakar hebat.
Karena tubuh fisiknya tidak bisa menahan suhu yang begitu panas. Akhirnya ia pergi dan setelah itu aku tidak tahu apa yang ia lakukan, karena data yang tersimpan dalam ingatannya tidak dapat di tayangkan.
Apa yang kulakukan setelah melihat itu?
Aku terdiam, menekuk lututku dan membiarkan tubuh Adi yang telah dingin tergeletak di lantai. Karena kali ini proyeksi video itu berubah menjadi berbagai foto tentang prestasiku semenjak aku berumur 3 tahun – 4 tahun.
Siapa dan dari mana RG ini di sempurnakan, mengapa ide seperti itu muncul dan bagaimana cara menjalankannya tanpa merusak fungsi saraf otak. Semua itu begitu rumit bahkan aku tak percaya bahwa orang yang melakukan semua itu adalah ....
" ... Diriku sendiri, huh?"
Mulutku berkedut-kedut mendapati orang itu adalah diriku sendiri. Dalam video selanjutnya adalah ketika aku masih berumur empat tahun, di mana kalimat yang keluar dari mulutku membuat kedua orang tua-ku tertawa geli mendengarnya.
—Ayo ciptakan dunia di mana semua orang bersenang-senang.
Hanya dari kalimat itu, hanya dari seutas kalimat itu ... RG ini terlahir.
Aku tak menyangka bahwa semua itu berasal dari ide konyolku sendiri. Lalu berubah menjadi potongan-potongan gambar penguji cobaan RG versi pertama. RG yang paling rumit untuk di gunakan.
Tidak seperti sekarang, RG yang dengan mudahnya dapat kita pasang kapanpun itu. Bahkan teknologi zaman ini sudah sangat canggih dari pada 13 tahun yang lalu.
Kemudian beralih menuju foto-foto di mana aku bermain bersama dengan kedua orang tua-ku, di sana juga Adi sedang bersamaku. Ini ... hal seperti ini mengapa bisa terjadi, lalu mengapa Adi tiba-tiba muncul begitu umurku 7 tahun?
Mengapa ia tidak menghampiriku ketika umurku masih lima atau enam tahun? Mengapa tidak saat aku tersadar, lalu mengapa ia juga baru mendatangiku ketika umurku 7?
Semua jawaban itu kemudian terungkap oleh sepotong video di mana Ibuku sedang menggendong diriku yang masih bayi.
—Adi, jika tiba waktunya ... aku ingin kau menjaga Ardi. Lupakan perintah logis, ikuti apa yang seharusnya kau lakukan sendiri. Ingat bukan perintah logis ....
Perintah logis, jika Adi mengikuti perintahnya maka saat itu juga ia akan bersamaku. Lalu, mengapa ia baru datang ketika umurku beranjak 7 tahun?
Pertanyaan itu terus saja menjadi pertanyaanku kali ini. Jika aku adalah apa yang mereka sebut sebagai "Kotak Jenius" maka kemungkinan apa yang akan terjadi padaku adalah ....
"J-jangan-jangan?!"
[Answer: The Posibilty of Threat Level Maksimum]
Benar ... aku adalah ancaman berbahaya bagi pesaing kedua orang tua-ku. Maka Adi pergi meninggalkanku saat itu juga untuk mengecoh para pengejarku.
Karena aku adalah ancaman paling berbahaya bagi mereka. Mungkin juga Adi tertangkap namun ia berhasil lolos ....
"SIALLLLL!!!!!"
Mengapa harus aku, mengapa kedua orang tua-ku, dan sekarang adalah satu-satunya Adik ... tidak, satu-satunya keluarga yang kumiliki. Mengapa ia harus pergi meninggalkanku.
"K-kak ... ?"
"Adi?! Kau masih hidup!"
Aku pun segera merangkak untuk menghampirinya, kemudian memeluknya erat-erat. Air mataku seakan tidak bisa berhenti untuk menetes, begitu menyakitkan. Apa kesalahanku?
Apa karena aku jenius? Apa karena aku adalah anak dari kedua peneliti yang berjasa? Atau karena aku adalah ancaman paling berbahaya bagi mereka?
Tubuhku gemetar selagi kedua tanganku memeluk tubuh Adi yang benar-benar dingin. Cahaya mata yang selalu bersinar ketika berbicara denganku pun kembali menyala walau samar.
"S-sebenarnya ... a-a-aku di-di perintahkan ... u-u-untuk mem-membunuh, K-kakak ... "
"Eh?!"
"T-tetapi sistem p-p-programku y-yang telah Ayah dan I-I-Ibu jalankan menolaknya."
Suaranya pun selalu berganti-ganti, dari manusia hingga suara echo sebuah robot.
"J-jika a-a-aku t-tidak memberontak, a-aku mungkin su-s-s-sudah membunuh Kakak j-jauh hari. M-m-maafkan a-a-ku"
"Jangan berbicara lagi ... aku tidak ingin kau menghilang! Aku akan pergi untuk meminta bantuan—"
Tangan lemahnya menghentikan diriku, di mana kini tangan itu meremas bajuku. Ia menggeleng pelan dan tampak apa yang ingin kuharapkan tidak akan pernah terjadi ... apakah aku akan kehilangan keluargaku untuk kedua kalinya?
"U-untuk s-s-saat ini b-biarkan a-aku berada di-di-di pelukanmu Kak. A-aku sangat senang k-k-kita bisa menghabiskan w-w-aktu bersama, w-walaupun aku hanya s-sebuah humanoid"
"B-bagaimana kau bisa mengatakan itu saat ini! Tolong ... tolong jangan berbicara lebih jauh lagi, kau tetaplah Adikku"
"T-tapi ... "
"Mau kau humanoind, robot, atau pun apalah itu ... kau tetap satu-satunya Adik yang paling kusanyangi. Jadi tolonglah berhenti mengucapkan kata yang tidak-tidak!"
"He-he-he."
Semakin lama aku memeluknya, semakin pula aku tak bisa menghentikan air mataku yang berjatuhan. Aku tak peduli tentang apakah dia adalah manusia atau tidak, dia tetaplah Adikku dan tidak ada yang bisa membantahnya.
"Mungkin ... i-i-inilah y-yang terbaik b-bagi k-kita berdua"
"Apa yang kau katakan! Adi ... jangan tinggalkan aku seperti kedua orang kita pergi sebelum mereka bisa memberikanku pelukan hangat lagi"
"M-maafkan a-a-aku, t-tapi ... w-walau t-tahun ini aku sangat senang ... t-tetapi aku t-tetap tidak me-mengetahui me-mengapa d-dadaku merasa aneh"
"Itu adalah perasaan ... bodoh."
Kemudian kudekatkan dahi kami berdua hingga dapat bersentuhan. Tangannya yang lemah mulai melepaskan remasan pada bajuku. Kilauan cahaya matanya pun mulai meredup kembali.
"A-aku senang ... t-t-tidak p-peduli a-apapun itu, aku tetap m-m-menyangimu, Kak"
"Tentu saja aku juga menyangimu."
Begitu aku sadar bahwa betapa bahagianya diriku karena memiliki keluarga yang mengorbankan segalanya hanya demi diriku. Tak peduli seperti apa dan tak peduli aku ini memiliki sesuatu yang tidak dapat dimengerti.
Mereka selalu berada di sisiku setiap saat. Lalu aku pun mengeratkan pelukanku ...
Tetapi ... ada sebuah kehangatan yang menyentuh kedua pundaku di saat yang bersamaan. Aku menoleh ke belakang, walau samar aku dapat melihat kedua orangtuaku sedang tersenyum ke arahku.
Tangan mereka kini berada tepat di atas pundakku. Mulutku gemetar dan rasanya dadaku akan meledak jika ini terus berlanjut. Sebuah ketukan kecil terdengar dan saat aku memalingkan diriku kembali, Adi sudah tidak ada di sana ....
"ARGHHHHHHH!!!!!!!!!!"
Aku berteriak sekuat mungkin. Di ruangan yang cukup gelap itu, aku menyesali setiap perbuatanku. Mengapa kalian meinggalkanku, mengapa kalian pergi tanpa memberitahuku terlebih dahulu.
Air mataku kini telah membanjiri bajuku sendiri, pudanku gemetar dan tubuhku menjadi lemas. Aku tersungkur bersimbah air mataku sendiri. Adi sudah tidak ada ... Ayah dan Ibuku juga meninggalkanku sendirian.
Mengapa mereka harus pergi, mengapa mereka ... mengapa mereka .... mengapa harus mereka. Apa salah mereka semua hingga mereka meninggalkanku sendiri ....
Hidup ini begitu tidak adil, mengapa hanya diriku seorang. Mengapa ... mengapa ....
Kukira aku akan terus bersama Adi hingga ia bisa berkeluarga, hingga aku pun berkeluarga, tetapi nyatanya fakta itu tidak mengubah bahwa kini dirinya sudah tiada. Jika seandainya waktu bisa kuputar ulang.
Aku ingin menhabiskan waktuku bersama mereka hingga akhir, aku ingin bermain ke taman permaianan, aku ingin berenang di kolam renang, aku ingin mendaki gunung bersama mereka, aku ingin berolahraga bersama mereka, aku ingin ... aku ingin ... aku ingin mereka berada di sisiku ....
Suara keras itu begitu pilu untuk kudengar walau suara itu adalah milikku sendiri. Apa yang seharusnya aku lakukan sekarang ini, memanggil dokter?
Itu sudah terlambat, bahkan untuknya sendiri pasti tidak akan bisa membawa yang mati kembali menjadi hidup.
Di saat itu pun aku baru mengetahui bahwa ... menjadi seseorang yang masih hidup merupakan sesuatu yang begitu berharga. Untuk terakhir kalinya ... aku ingin mendengar suara riangnya ....
"Adi ... mengapa kau meninggalkanku juga ...."
Mataku terasa begitu berat, begitu pedih untuk kutatap, begitu pilu untuk kuingat. Aku berharap ingatan ini bisa dengan mudahnya kuhapus. Namun nyatanya tidak.
Lalu tubuhu pun mulai ambruk dan kini wajah kami saling berhadapan satu sama lain. Aku berusaha untuk tidak menutup kedua mataku, karena jika aku menutup kedua mataku. Itu artinya kematian Adi adalah sebuah bukti nyata bahwa dunia ini adalah dunia yang sesungguhnya.
Dan aku pun tahu jika hal seperti itu terjadi, maka ketika aku menutup mata ini ... aku tidak akan bisa mengingat senyum usilnya itu.
Berusaha untuk meraih tangannya yang dingin, namun sayangnya tirai gelap telah mendahuluiku lalu aku pun terlelap ke dalam mimpi buruk.
Arc 1 - End
=====================================================
Yo ... gimana kabarnya? sehat?
Setelah membaca arc pertama ini, gimana kesan kalian?
Kritikan atau saran juga boleh kok, tetapi jadilah pembaca yang budiman dan selalu meninggalkan komentar di setiap chapter ... komentar adalah salah satu moodbooster, jadi kalau cerita-cerita penulis aneh ini jarang atau lama upnya ... mungkin gara-gara jarang ada yang berkomentar ... hehehe :3
Salam Fantasy, ReIN -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro