Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10 - A Whisper That Bring Calamity

Suara-suara yang melengking seakan-akan menjerit ketakutan. Langit yang kelam dan suasana yang ganjal ini mengharuskanku mencari jalan keluar. Namun, Maria mengajakku berdansa dengan kasar.

"Ughkkss—apa yang harus kulakukan?!'

Bahkan suaraku pun menjadi lemas. Walaupun ini terasa aneh, aku sudah bisa menerimanya dengan akal nalarku. Sebuah game di mana aku bisa melihat darah dengan jelas. Bukan sebuah kepingan sistem data, melainkan cairan merah yang kelam.

Lagi-lagi ia mengeluarkan gelombang suara yang melengking. Mendengarnya hampir saja membuat gendang telingaku pecah. Bangunan di sekitarnya pun berubah menjadi remah-remah.

Jika kulihat dari arah gedung mati yang sekiranya hampir mendekati langit. Luasnya kota ini mungkin cukup besar dengan apa yang sebelumnya kubayangkan.

Melihat area dan luas wilayah ini, mungkin aku bisa meloloskan diri dari serangan suaranya. Hentakan dan getaran kembali dapat kurasakan. Begitu aku mendongakan kelapaku, wajah Maria muncul dari balik gedung.

Matanya yang merah dan perawakannya yang serba hitam dan mengerikan itu seperti sedang tersenyum begitu berhasil menemukanku. Aku mendecakan lidahku, menahan rasa sesakku kemudian bangkit, lalu berlari kembali.

Berlari dari kejaran sesosok monster berperawakan manusia, berwajah monster, dan berhati iblis. Berlari dan berlari. Tak mengenal arah dan terus berlari menjauhinya selagi aku mencoba mengisi HP-ku.

Menyelinap ke dalam bangunan mati dan mencari jalan alternatif untuk bersembunyi dari kejarannya. Seperti petak umpat yang berat sebelah. Aku di sudutkan hanya dari satu arah. Namun rasanya berbagai mata memandangiku dari berbagai arah.

Bunyi debuman kembali terdengar. Kali ini apa yang kulihat dari kaca berdebu, Maria sedang terdiam dan menusukan trisulanya ke tanah. Begitu ia merentangkan tangannya.

Tanah di sekitar areanya mencuat ke atas kemudian hancur berkeping-keping. Semua itu merambat dan terus menjalar seperti gelombang suara.

"S-sial itu kemari!"

Ketika aku berusaha untuk menghindarinya, sayangnya aku terbawa kemudian terlempar ke udara.

"Arghhhh!!!!—"

[Huaaaaaa!!!!]

Teriakannya kembali muncul ketika ia melihatku terbang di langit. Tubuhku tiba-tiba saja tertarik oleh daya gravitasi yang sangat kuat. Sehingga tubuhku mulai terjun dengan kecepatan luar biasa.

Namun setiap kali aku berteriak. Waktu di sekitarku seperti terjeda beberapa kali. Kemudian sosok Type 00 muncul.

"Hah? Apakah ini akhir darimu, replika?!"

Setelah itu waktu kembali berjalan. Lalu kembali terhenti sesaat, ia pun muncul kembali.

"Bagaimana rasanya di sudutkan seperti ini, huh?"

Kembali berjalan dan kembali terhenti sesaat.

"Kau kira hal seperti itu enak? Tidak, 'kan? Maka rasakan ketakutanmu sendiri!"

Di saat tubuhku telah berada di depan wajah Maria dan kami saling bertatap muka. Type 00 muncul kembali dengan tampilannya yang berbeda. Seluruh tubuhnya bagaikan robot yang rusak.

Matanya hilang satu dan mengeluarkan percikan listrik kecil. Sedangkan persendian bahunya terbelah, memperlihatkan tali-tali kabel dan juga sirkuit yang rusak. Untuk bagian perutnya berlubang dan terakhir adalah lehernya yang tersayat mengeluarkan darah merah.

"K-k-kau akan berakhir s-seperti diriku! Hahahaha ... a-aku adalah model yang tidak diinginkan! Kau pun sama, karena k-kau adalah model yang pertama!"

Suaranya pun pecah-pecah dan ber-echo. Ketika waktu kembali berjalan, aku merasakan hawa dingin yang menyengat tengkuk leherku dan tiba-tiba saja tubuhku merasa aneh.

Ketika aku melirik ke bawah—tepatnya ke arah tubuhku sendiri. Apa yang kulihat adalah cerminan dari Type 00 yang baru saja kulihat.

"ARghhhhhh!!!!!"

Akhirnya tubuhku jatuh menghantam permukaan tanah dengan kasar. Membanting tubuhku kuat sekali hingga aku tersentak dan pandanganku kabur untuk sesaat. Sengatan itu dapat kurasakan kembali.

Begitu menyakitkan seolah-olah tubuh virtual ini memiliki koneksi menuju tubuh asliku. Punggungku rasanya seperti hancur dan tulang dadaku seperti retak ketika suara patahan terdengar pecah di telingaku.

Gendang telingaku pun seperti dipukul-pukul oleh sesuatu yang tak terlihat. Begitu aku mencoba merasakan tubuhku sendiri, sosok Maria telah berada di depan wajahku. Matanya yang merah besar itu bersinar penuh akan niat membunuh.

Lalu tidak lama kemudian trisula miliknya langsung menancab di kaki kiriku. Aku berteriak kesakitan dan berusaha meronta-ronta. HP-ku pun hanya tinggal sedikit lagi. Merah dan berkedip-kedip.

Kemudian beberapa bisikan bisa kudengar walau aku ragu apakah aku sedang dalam kondisi yang dapat memungkinkanku mendengar sesuatu. Lagi pula hanya dengan satu serangan lagi dan aku pun akan mati.

Aku akan gagal dalam tantangan ini. Dan class-ku juga tidak akan naik ke tahap selanjutnya. Tetapi aku penasaran. Apakah setiap Player ketika ingin meningkatkan class-nya akan mengalami sesuatu yang serupa denganku?

Atau kah hanya aku seorang yang mengalami hal seperti ini?

[Apakah kau menyerah?]

[Apa kau ketakutan?]

[Lagi pula semua akan berakhir dengan semestinya]

[Pejamkanlah matamu dan kau akan melihat pemandangan yang indah]

[Kita berada di dalam dunia kebimbangan]

[Di mana segala sesuatu di balikan menjadi sesuatu yang tabu]

[Kita tidak akan bisa menebaknya, kecuali ... ]

[Ya, kecuali jika kau menyerah dan melepaskan segalanya]

[Tak ada yang nyata dan tak ada yang asli]

[Semua hanyalah permainan belaka]

[Kau tidak akan menemukan apa arti kebenaran yang sesungguhnya?]

[Mengakulah dan jujurlah pada dirimu sendiri]

Aku mengeraskan gigiku dan ingin sekali menggigit lidahku sendiri ketika mendengar bisikan yang samar itu.

[Karena kau bukanlah dirimu sendiri]

[Apa kau mengerti apa maksudku?]

Diam ....

[Ayolah, yang perlu kau lakukan adalah tertidur. Itu mudah bukan?]

Diam ....

[Hah ... kau keras kepala sekali. Biarkan semua berlalu dan kau bisa tertidur dengan pulas]

Diam diam diam diam diam diam ....

[Kau terkurung, bukan kah itu karena Adikmu bukan?]

Adi? ....

[Yang bisa ia pikirkan hanyalah bermain, belajar, dan bersenang-senang. Sementara kau ... terkurung dalam beban yang tak akan pernah selesai]

Itu tidak benar ... kau seorang pembohong. Aku tidak pernah berpikir seperti itu sama sekali ....

[Hah! Jujurlah pada dirimu sendiri! Terkurung dalam kamar, tak memiliki kenalan dan hanya Adikmu lah satu-satunya orang yang kau kenal]

Itu ....

[Terisolasi dalam masyarakat, terkekang dalam kandang yang kau buat sendiri, dan bersedih ... menahan kesendirian di dalam dunia yang kau ciptakan sendiri]

" ...."

Di saat itu lah, trisula milik Maria berhasil menembus tubuhku berulang kali. Darah membuncah dari mulutku tak henti-henti. HP-ku pun telah habis dan ketika mataku ingin tertutup ... dia kembali menampakan diri dan memanggil dirinya sendiri sebagai Type 00.

[Lihat ... Adikmu sedang memanggilmu. Bermainlah ... kau bisa menyerahkan ini kepadaku]

Kulihat wajahnya yang kabur. Tak bisa kupandang bagaimana kedua matanya memandangku. Hanya senyuman tipis yang di balut oleh ketidak pastian yang kini menyambutku dengan sebuah misteri.

Ketika aku tersadar ... aku berdiri di antara dua buah gambaran dan satu buah pilihan. Di sisi kiriku adalah Adi, adikku satu-satunya yang ingin mengajakku bermain. Sedangkan di sisi kananku adalah Maria, monster yang baru saja menghujamku berulang kali dengan trisulanya tanpa belas kasihan.

Mungkin aku akan bersitirahat ... lagi pula aku lelah dan sepertinya aku juga ingin bersenang-senang layaknya Adikku.

[ ... Kalau begitu mari kita tutup panggung terakhir ini ... ]

Semuanya menjadi aneh. Penglihatanku pun seperti terjadi kesalahan. Dimana apa yang semua kulihat menjadi terpecah belah dan berkabut. Namun di balik dalamnya keabnormalan semua itu.

Aku yakin sedang meliaht sebuah seringai yang sama sekali belum pernah kulihat ....

.

.

.

"Ughhh ...."

Kepalaku pusing. Aku tidak menahan rasa sakit ini untuk kesekian kalinya lagi. Apakah aku sudah mati?

Begitu aku membuka kedua mataku kembali. HP-ku masih bertahan dan rupanya aku belum mati. HP-ku berkedip-kedip lemah, berwarna merah, dan tampak akan menghilang ketika aku meneguk ludah.

Tak kusangka aku masih bertahan hidup. Tetapi apa yang terjadi ... lagi?

[ ... K-kau s-s-sudah t-ter-jatuh .. ]

Suara itu walau sesaat dapat kudengar entah dari mana. Namun nadanya ... nada yang baru saja kudengar itu seperti sebuah robot rusak yang telah mengetahui arti keputusasaan dan mengetahui apa itu ketakutan.

Ber-echo dan berdengung di telingaku. Suara-suara itu tak pernah luput dari pendengaranku sama sekali. Hingga saat ini aku pun masih dapat mendengar sisa-sisanya.

Tubuh bagian bawahku rasanya sakit. Pandanganku juga tertutupi oleh cairan. Begitu aku memeriksanya, itu adalah darah milikku sendiri. Tidak ada yang bisa kusanggah, itu benar-benar darahku sendiri.

Tanpa perlu aku berteriak, tubuhku telah meresponnya terlebih dahulu. Merinding dan gemetar. Tetapi untuk sekarang aku harus bisa menelaah apa yang sebenarnya terjadi hingga aku tak sadar seperti ini?

Dan aku bisa melihat sebuah senyuman dari balik mataku. Ia tersenyum sesaat kemudian menghilang.

"M-monsternya?!"

Hampir saja aku lupa sedang apa aku di sini. Mencoba untuk menopang tubuhku sendiri, lututku tak kuasa menahan rasa ngilu. Namun aku mencoba dan mencobanya. Dari kesekian kalinya aku terjatuh dan menghatam tanah.

Aku terus bangkit, darah menetes dari sekujur tubuhku. Membuat sebuah genangan yang memantulkan perjuanganku untuk bangkit. Terus dan terus aku mencobanya.

Tenagaku seakan terkuras setiap detiknya hanya agar aku bisa berdiri atau setidaknya berpijak di tanah ini. Akhirnya aku bisa juga, namun begitu aku mendongakan kepalaku dan melihat daerah sekitarku ... mataku terbelalak kemudian membesar karena tidak percaya apa yang kali ini aku lihat.

"T-tidak m-m-mungkin."

Hanya mengucapkannya saja bibirku gemetar karena tidak percaya. Seluruh tempat ini penuh akan potongan-potongan tubuh. Darah bergelimangan di mana-mana. Gedung-gedung serta bangunan hancur meluluh dan menyisakan kejadian masa lalu.

Lalu aku pun memutar tubuhku dan mendapati sesosok wanita tinggi tertancab oleh sebuah palang besi. Gaun hitam kemerahan rumbai-rumbainya penuh dengan darah. Sedangkan hiasan gaunnya seperti menjerit.

Mereka—hiasan yang seperti Player itu membuka mulut mereka lebar-lebar. Di dalam pikiranku saat ini, aku bertanya-tanya ... setelah aku tertidur, apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa bisa seperti ini?

Bahkan [The Lonelyness Grim Maiden, Maria] yang kusebut Maria sudah tak menunjukan tanda-tanda kehidupan.

"A-pa yang terjadi?"

Sambil memegang kepalaku sendiri, tubuhku mulai goyah kembali. Tetapi untungnya aku bisa mempertahankan posisiku. Sehingga aku tidak terjatuh untuk kesekian kalinya.

Mengingat-ngingat hal yang belum lama ini kualami. Aku ingat ketika suara itu membisikan sesuatu yang tidak seharusnya kuikuti. Lalu dengan semua kejadian seperti ini?

Apa yang harus kulakukan setelah ini?

[Your Chalenge Has Complete, Next To The Second Challenge]

Ketika layar interface yang menunjukanku pesan itu muncul. Semuanya kembali berubah, berada di dalam kota mati dan kini aku di kirim menuju ke sebuah hutan kelam yang benar-benar membuat merinding.

Menahan perutku yang sedikit kesakitan, aku pun berjalan mencari jalan keluar dan menyelesaikan tantangan ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro