Utang cerita
Kedua sejoli itu kini tengah berada di rooftop, tempat favorit sang pria. Setelah kejadian di kantin tadi, Aqsal memang langsung membawa gadis yang baru ditemuinya itu ke rooftop. Di sepanjang jalan menuju rooftop pun banyak pasang mata menatap mereka, ada yang terkejut sambil menganga hingga tak sadar air luirnya menetes, ada yang menabrak tong sampah saking kagetnya, pokoknya ada-ada saja! Sesampainya di rooftop, Aqsal menatap gadis dihadapannya itu dengan intens, matanya menyiratkan dia meminta penjelasan. Sementara Lea yang ditatap begitu menyelidik oleh pacarnya itu hanya bergidik geli, mengapa kekasihnya itu begitu menyeramkan menatap dirinya namun jangan lupakan bahwa pria itu tetap tampan meski menyeramkan.
"Kenapa sih liatin aku gitu banget? Kayak aku abis maling aja, eh iya aku kan emang maling hati kamu ... " Lea terkekeh, sedangkan Aqsal masih tetap menatap gadis didepannya itu dengan tatapan tak percaya. Masih berasa mimpi jika Lea, gadis yang menjalin hubungan selama tiga bulan bersamanya itu kini berada didepannya.
"Hei! Kok ngelamun sih, Sal!" tegur Lea.
"Aku masih nggak nyangka kamu disini."
"Hehe maaf ya aku nggak ngasih tau kamu, emang sengaja sih biar surprise. Eh tapi kayaknya malah kamu kaget berlebihan gitu," jelas Lea sambil terkekeh.
"Bukan gitu, aku kira kamu nggak disini pindahnya. Oke lupain itu, sekarang kamu jelasin ke aku! Kamu hutang penjelasan ke aku!" Lea tertawa mendengar itu, sungguh pacarnya itu ternyata benar-benar lucu. Tadi kaget berlebih sekarang ekspresinya seperti akan makan dirinya.
"Jangan ketawa terus, jelasin aja!" Baiklah, Lea berhenti tertawa lalu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya agar ia tak tertawa terus. Aqsal yang melihat tingkah gadis itu hanya menatap bingung, apa yang dilakukan gadis itu? Apa dia daritadi tidak bernafas sampai segitunya ngambil nafas? Ah lupakan itu!
"Ehm, oke aku mulai ya ..." Lea mulai menceritakan semua kejadian mulai dari ia pindah kerumah papanya, lalu ke sekolah ini kemudian mencari informasi tentang Aqsal melalui temannya. Tak ada yang dikurangi dan tak ada yang dilebihkan, semua sama! Aqsal mendengar itupun kini tersenyum, ternyata gadisnya itu tak menemukan pria lain yang lebih tampan namun malah memberinya kejutan. Ah rasanya Aqsal bahagia sekali, boleh tidak ia berguling-guling sekarang? Eh? Mengapa dirinya bahagia seperti ini? Bukankah sifatnya sedingin es? Tentu saja alasannya karna gadis didepannya ini, gadis pujaan hatinya itu telah mencairkan Aqsal si manusia es.
"Kamu maafin aku, kan?" tanya Lea.
"Gimana aku bisa marah sama kamu? Yang ada aku gemes sama kamu." Lea hanya terkekeh melihat perlakuan Aqsal padanya, pria itu mengunyel-unyel pipinya. Biarlah, pipinya akan bertambah jadi bakpao setelah ini, setidaknya ia bahagia karna pacarnya itu bahagia bertemu dengannya. Awas saja kalau tidak, ia akan mencakar wajah pria itu! Biar saja ia tak tampan lagi, biar tak ada yang menyukainya. Oh! tapi itu tak terjadi karna kini keduanya akan memulai kisah mereka berdua. bersama mulai pertemuan ini di bulan ketiga mereka jadian.
*
Tet! Tet! Tet!
Suara bel pertanda pelajaran berakhir membuat para murid bersorak senang, akhirnya mereka bebas dari pelajaran yang memuakkan seperti mantan yang ngajak balikan, oke lupakan itu! Bahkan Aqsal yang tergolong murid pintar pun menyunggingkan senyumnya kala bel pulang berbunyi. Ia segera mengemasi barangnya lalu berjalan keluar kelas tanpa memperdulikan kedua temannya.
Lea keluar kelas dengan muka kusutnya, bagaimana tidak? Ia baru saja masuk hari ini dan guru sejarahnya memberi tugas meringkas tiga bab dan harus dikumpulkan saat itu juga? Demi harga ayam gorengnya Mail dua seringgit! Saat ini tangannya terasa lemas seperti jelly, ah tidak! Itu terlalu lebay, namun memang tangannya lemas dan terasa pegal sebab memegang pulpen terlalu lama.
"Huaaa!" Lea terlonjak kaget saat ia sampai di luar kelas ternyata ada kekasihnya disana.
"Kaget banget, Mbak?" Aqsal terkikik melihat kekasihnya itu kaget berlebihan.
" Ngagetin tau kamu!" Aqsal hanya meringis menerima tamparan di pipi kirinya meski tak begitu terasa.
"Hehe, mau pulang?" Tanya Aqsal yang masih dengan kebodohannya, sudah tau ini jam pulang, tentu saja Lea mau pulang. Tolong ingatkan Aqsal untuk menghilangkan kebodohannya karena sejak awal dia sudah dikarakterkan sebagai orang pintar, semoga Aqsal terbentur tembok lalu mengingat semuanya Ya Tuhan.
"Iya lah. Mau balik ke asrama. Capek!" jawab Lea dengan wajah lesunya.
"Kamu kenapa sih? Banyak tugas ya?" Baiklah, Aqsal memang type cowok peka, lihat sekarang! Lea tak mengatakan apapun ia sdah tau, ah memang dia cowok idaman.
"Iya. Capek aku tuh. Gara-gara tugas sejarah yang nulisnya banyak banget kayak kenangan sama mantan, udah sama-sama banyak, sama-sama nyakitin lagi! Lihat, nih, tangan aku jadi merah-merah saking lamanya pegang pulpen," ujar Lea sambil menunjukkan tangannya yang memerah pada Aqsal. Pria itu tertawa pelan mendengar penjelasan dari cewek itu yang menyamakan tugas sejarah dengan kenangan mantannya, dasar cewek suka flashback! cerita sama pacar sendiri pula! Namun Aqsal tau itu hanya bentuk luapan emosi sesaat Lea jadi ia tak ambil pusing, ia segera meraih tangan kekasihnya lantas ia tiup agar rasa panas akibat terlaku lama memegang pulpen itu sedikit berkurang, astaga mengapa Aqsal membuat Lea jadi salah tingkah? Lihat saja sekarang Lea tersipu malu dengan sikap cowok di hadapannya ini yang notabene sudah menjadi pacarnya.
"Eh ngapain kamu tiupin? Tangan aku bukan lilin kue ulang tahun ya yang harus ditiupin," ucap Lea sambil menarik tangannya dari cekalan Aqsal.
"Siapa bilang kamu lilin kue ulang tahun yang harus ditiup supaya padam? Kamu itu lilin waktu gelap yang selalu aku jaga supaya cahayanya nggak padam dan selalu nerangin aku waktu gelap."
Blush!
Lagi-lagi Aqsal mampu membuat gadisnya tersipu malu, Lea hanya membuang mukanya ka samping sedangkan Aqsal tersenyum geli melihat cewek itu baper karena gombalannya.
"Udah, nggak usah sok malu-malu sama pacar sendiri!" Lea mengerucutkan bibirnya kesal, baru saja Aqsal menggombalinya sekarang justru meledeknya, sungguh pria tidak jelas! Bagaimana bisa Lea suka sama pria seperti itu? Mungkin Lea khilaf. Iya, khilaf tapi enak.
Aqsal tersenyum melihat pacarnya itu kesal. Entah mengapa ia justru merasa gemas melihatnya, ia pun mengacak ramput gadis itu lalu menangkup kedua pipi Lea dengan kedua tangannya. "Udah nggak usah cemberut, ayo ke asrama! aku anterin," ucap Aqsal sambil tersenyum tulus, Lea pun membalas dengan anggukan lalu tersenyum pula pada pria di sebelahnya itu.
**
Hai All :)
Kembali lagi sama mba Lea dan mas Aqsal :v
ada yang nungguin? ada aja biar aku seneng :3
Gimana pendapat kalian tentang chapter kali ini? aku tunggu jawabannya di kolom komentar ya ^^
Thanks:))
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro