Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rencana

Happy reading ^^
Hati-hati typo.-.

"Gea!" Panggil Lea begitu sampai di depan bangku Gea.

Gea tersenyum manis menanggapi panggilan Lea, "Ada apa, Le?"

"Lo utang penjelasan sama gue!" Ucap Lea menuntut, gadis itu sudah duduk di kursi yang ia tarik dari bangku dekat Gea.

"Gue nggak bisa ceritain di sini," bisik Gea sambil melirik Edo dan beberapa teman kelas yang sudah mulai masuk kelas.

"Yaudah, kita ke perpustakaan." Lea segera bangkit kemudian menarik tangan Gea menuju perpustakaan karena Lea rasa, di sana sangat jarang ada orang sebab para siswa banyak menghabiskan  waktu mereka untuk ke kantin atau bermain ke taman, jadi perpustakaan pasti sepi.

Sesampainya di perpustakaan, keduanya mengisi buku daftar hadir lalu memilih tempat duduk yang berada di pojok sambil membawa beberapa buku agar tidak dicurigai.

"Jadi gimana?" Tanya Lea dengan nada suara pelan.

"Jadi gini, gue, tuh, sebenernya udah beberapa minggu ini di Bandung, karena bokap pindah tugas ke Bandung jadi gue harus ikut. Gue sih seneng aja, kali aja bisa ketemu elo, tapi udah seminggu gue di Bandung, gue sama sekali nggak dapet kabar dari elo. Bokap minta gue sekolah di SMA ini, gue juga nggak tau kalo ini juga sekolah lo, yang jelas gue khawatir tentang berita yang lo sampaiin kemarin," jelas Gea.

"Gue seneng banget lo pindah ke sini, Ge. Seenggaknya gue bisa cerita lebih leluasa ke lo tentang terror ini." Lea berucap sambil matanya menyapu seluruh penjuru perpustakaan, "gue juga baru dapat terror lagi tadi pagi, dan gue mulai tau siapa pelakunya." Gea melotot mendengar itu, kemarin Lea baru saja mencurigai orang, dan hari ini dia sudah mengetahui pelakunya, apa tidak salah?

"Lo serius? Nanti salah orang lagi."

"Ya gue belum terlalu yakin, sih tapi gue bakal mulai selidikin dia mulai besok, dan gue butuh bantuan lo." Pernyataan Lea membuat kening Gea berkerut, melihat temannya itu kebingungan, Lea menjelaskan, "gue mau nggak ada yang tau kalo kita sahabatan apalagi sepupuan, dan nanti lo harus gabung ke gengnya dia, terus cari tau tentang dia."

"Dia itu siapa, Le?"

"Asya Angelic."

Gea menelan ludahnya kasar, saat masuk kelas, ia melihat seluruh murid sudah di sana. Tak urung dia menjadi pusat perhatian. Sambil berjalan menuju bangkunya, ia meneliti gadis yang bernama Asya Angelic, gadis yang harus ia bujuk agar bisa masuk geng gadis itu. Sepertinya tipe cewek suka gaya dan dandan, batin Gea. Gea mendaratkan pantatnya ke tempat duduknya. Masih berpikir bagaimana cara agar bisa membujuk gadis itu.

*

Sekali lagi Gea menghembuskan napasnya kasar, mempersiapkan diri menghadapi ujian, oh, bukan, ini adalah rencana konyol yang dibuat sahabatnya Lea, jika tidak karenanya, dia tidak mungkin melakukan itu. Gadis itu duduk di bangku yang terletak di pinggir lapangan basket, di bangku itu ada targetnya -- Asya Angelic. Dia akan melakukan rencananya kali ini.

"H- hai," sapa Gea sedikit gugup, dia takut ketahuan.

Asya merasa ada yang menyapanya, ia perhatikan gadis di sampingnya itu dengan teliti, seperti sudah pernah melihat tapi siapa, "Lo siapa?"

"Gue Gea, murid baru, sekelas sama lo tadi." Gea menjawab sambil menetralkan napasnya.

"Oh." Asya kembali sibuk dengan ponselnya, sedang stalking oppa-oppa Koreanya. Gea yang melihat itu mendapatkan ide, ia segera mengeluarkan ponselnya dan mulai sibuk juga dengan benda itu.

"Gila ganteng banget," gumam Gea pelan, Asya yang masih mendengar pun penasaran apa yang dilakukan Gea, ia sedikit meningintip, Gea yang merasa rencananya berhasil pun mengulum senyum, sambil berhitung, satu, dua, tiga!

"Lo juga suka Korea?" Tepat seperti dugaan Gea, gadis di sebelahnya itu ingin tahu tentang yang dilakukannya.

"Iya, gue suka banget sama Korea apalagi Mark Lee, gue ngefans banget sama dia." Asya tampak antusias mendengar nama idolanya disebut, dan ini sepertinya bukti bahwa rencana Gea telah berhasil.

"Eh, sama kayak gue, Mark Lee itu juga idola gue," balas Asya dengan semangat.

"Wah iya kah? Yaudah yuk stalking bareng-bareng," ajak Gea, sebenarnya gadis itu sama sekali tidak menyukai Korea, ini hanya demi rencananya.

Sementara itu, Lea dan Claretha tengah menyusuri koridor dekat lapangan basket pun ikut menyaksikan kejadian itu dari seberang lapangan, kening Claretha berkerut menandakan ia bingung bagaimana murid baru bisa seakrab itu dengan Asya, setaunya cewek itu adalah tipe pemilih dalam berteman, lalu mengapa bisa murid baru tampak begitu dekat dengannya?

Lain halnya dengan Claretha, Lea justru tersenyum menatap itu 'gue nggak salah ngandelin lo, Ge.' Claretha menoleh ke samping dan mendapati temannya tengah tersenyum menatap kejadian itu, Claretha semakin bingung, setahunya tidak ada yang lucu, kenapa temannya itu senyum-senyum sendiri? Apa Lea kerasukan hantu penunggu koridor? Tapi mana mungkin hantu mau merasuki Lea yang labil itu? Yang ada hantunya nggak nakut-nakutin malah jadi kayak abg labil yang kena cinta monyet.

Pletak!

"Anjir Claretha bodoh! Ngapain lo nyentil-nyentil gue heh?" Sungguh Lea ingin mengarungi temannya itu lalu melemparnya ke merkurius agar terbakar lalu mati sekalian!

"Heh ogeb! Yang ada gue nanya lo kenapa senyam-senyum sendiri? Jangan-jangan lo liat makhluk dunia lain ya? Tapi lo, kan, nggak pernah cerita kalo lo itu indigo." Lea menyunggingkan senyum miring, Claretha memang takut jika sudah berkaitan dengan makhluk dunia lain.

"Iya, gue tadi baru interaksi sama penunggu pohon itu," jawab Lea sambil menunjuk sebuah pohon, sengaja agar terlihat meyakinkan, sekali-kali tidak apa bukan menakuti Claretha seperti ini?

Claretha mulai bergidik ngeri, "Udah ah, gue mau ke asrama, lo lanjutin aja interaksinya, gue males ikutan." Dasar gengsi! Sok males padahal takut, ya, begitulah Claretha. Lea mengejar temannya yang sudah beberapa meter di depannya, rasanya mengerjai Claretha selucu ini.

Lea terus menggerakkan jari telunjuknya menggeser ke atas di layar ponselnya, ia sedang stalking akun instagram idolanya, buka oppa Korea, namun artis luar negeri yang bernama Manu rios. Ia menjadi penggemar artis tersebut karena katanya idolanya itu memiliki wajah yang tampan, bulu mata lentik, alis tebal, hidung mancung, bibir seksi, perut kotak-kotak -- benar-benar menggoda iman kalau katanya.

"Eh, Cla, coba lihat, deh, ini Manu cakep banget njir." Lea tampak antusias memberi tahu Claretha, sedangkan Claretha? Temannya itu lebih banyak diam setelah kejadian di koridor tadi, "Lo kenapa, sih, Cla?  Dari tadi diem mulu, kesambet nanti lo?"

Claretha melirikkan bola matanya malas, "Yang ada lo yang kesambet gara-gara lo interaksi sama temen dunia lain lo itu, jauh-jauh, deh, dari gue, takut ikutan kesambet gue."

"Ck, elah, Cla, lo percaya? Gue tadi bercanda kalik. Lagian lo aneh-aneh aja sih, mana ada, sih, gue punya kayak gitu, kalau pun iya gue pasti udah kasih tau lo dari dulu." Lea tersenyum manis namun naas buian senyum manis yang ia dapat sebagai balasan justru sebuah bantal melayang ke arahnya. Jangan tanya siapa pelakunya, tentu saja teman sekamarnya-- Claretha, temannya itu tidak terima jika dibohongi Lea, alhasil keduanya saling adu gebuk bantal melupakan Manu rios yang tadinya menjadi tujuan pembicaraan Lea.

*

Claretha berkali-kali mengumpati perutnya yang tidak bisa diajak kompromi. Ini sudah pukul sepuluh malam namun perutnya merengek minta diberi makan, menyebalkan! Gadis berambut sebahu itu mengeratkan jaketnya saat melewati taman, ia akan ke kantin karena yang ia tahu, kantin  asrama buka dua puluh empat jam, baguslah, bisa menangani jika ada yang tiba-tiba lapar seperti gadis itu.

Claretha berjalan terburu-buru melewati taman karena di sana tidak ada seorang pun, sebagian dadi siswa pasti sudah terlelap ke alam mimpi. Penerangan taman yang tidak bisa dikategorikan minim itu tidak membuat rasa takut Claretha menyurut, justru semakin meningkat terlebih saat ia merasa ada derap langkah mengikutinya. Ia semakin mempercepat langkahnya. Siapa sangka jika derap langkah itu juga mempercepat jalannya.

Mengapa malam ini begitu mistis? Claretha benar-benar akan mencaci perutnya, juga Lea. Temannya itu tidak mau menemaninya, alasannya karena ia sudah ngantuk, sungguh teman macam apa itu? Kini Claretha menghentikan langkahnya di pintu masuk kantin, sedikit lega karena sudah mencapai tempat tujuannya. Ia menyapu seluruh sudut kantin, masih ada beberapa siswa terutama pria yang membeli minum di sana selebihnya kosong.

Saat hendak memasuki kantin, pergerakan Claretha  terhenti karena ada sebuah tangan menahan pergelangannya. Ia pikir itu setan, namun tidak mungkin karena setan mana bisa memegang orang? Ah, otak Claretha tak sampai memikirkan itu, yang ada di pikirannya hanya rasa takut, ia memutuskan untuk menjerit, "Aaa mbak, mas, om, tante, atau siapapun itu, hantuuu jangan makan Claretha, daging gue nggak enak, lainnya aja, gue takut sama lo. Sana hus hus!" Jeritan Claretha tak urung mengundang tatapan bingung seluruh isi kantin termasuk orang yang memegang tangannya. Dasar, Claretha parnoan!

"Cla?"

**

Yeay, boompartnya sampai sini, ya, maaf nggak banyak, baru segini :3
Oh iya, update Verloren mulai sekarang bakal aku jadwal, ya,
Kira-kira kapan jadwal yang enak buat update? Aku tunggu saran kalian ya ^^

Thanks :))

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro