Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Masa lalu

    Happy Reading :))
Maaf typo .-.

   "Jadi itu pacarnya kak Aqsal?"

   "Kayaknya sih iya, dia yang ngrebut kak Aqsal dari Kak Kinar?"

Pernyataan ketiga siswi tadi masih terngiang di otak Lea bahkan ia tak fokus ke pelajaran justru terus memikirkan siapa kak Kinar itu yang tetap saja berujung buntu karena ia memang tak tau siapa perempuan bernama Kinar itu.

   "Woi Le, lo ngantin nggak?" tanya Claretha sambil mengemasi buku di mejanya yang tak mendapat respon dari temannya itu.

   "KATHLEA LANIKA!!!" teriak Claretha yang sukses membuyarkan lamunan gadis di sebelahnya itu  dan tentunya mendapat  pelototan dari Lea.

   "Apaan, sih, Cla? Berisik lo tuh, untung gue nggak punya riwayat penyakit jantung kalo nggak, gue udah kejang-kejang gara-gara suara lo yang ngalahin toa penjual tahu bulat," protes Lea dengan raut kesalnya.

    "Salah sendirilah, diajak malah ngelamun."

   "Emang lo ngajak gue kemana?" Lea bertanya seolah Claretha tak pernah mengajaknya kemana-mana, padahal sejak tadi temannya itu sudah mengajak ke kantin, sepertinya efek dari gosipan siswi tadi sedahsyat ini.

   "Gue dari tadi ngajak lo ke kantin, tapi lo ngelamun terus setan!" Kini Claretha sudah kehabisan kesabarannya.

    "Iya gitu? Bukannya ini masih pelajaran?"

   "Pelajaran gundulmu! Tukang bersih-bersih sekolah juga tau sekarang lagi jam istirahat heh!"

   "Oh gitu," jawab Lea mengangguk-anggukkan kepalanya sambil memasukkan bukunya ke dalam tas. Melihat respon Lea jengah sendiri, "Jadi lo mau ikut ke kantin apa kagak sih? Buang waktu aja!"

    "Iya iya ikut, sabar kenapa sih lo, ah." Lea bangkit dari duduknya lalu berjalan mendahului Claretha, sedangkan yang ditinggal hanya melongo melihat tingkah temannya itu. Menyadari Claretha tak mengikutinya, sampai di pintu kelas Lea menolehkan kepalanya ke tempat duduknya dan melihat Claretha masih menganga menatap ke dirinya "Cla, jadi ke kantin nggak sih? Malah mangap-mangap disitu." Claretha segera sadar dari keterkejutannya lalu menyusul Lea yang berjalan terlebih dahulu.

    Sepanjang jalan menuju kantin keduanya hanya diam tak ada yang buka suara, Lea yang biasanya berceloteh pun diam. Claretha merasa ada yang salah dengan temannya ini, memang ia baru mengenal Lea namun tetap saja ia merasa ada yang mengganjal dari temannya itu. Sementara Claretha memikirkan penyebab Lea mendadak diam seperti saat ini justru Lea memikirkan perkataan siswi penggosip tadi. Memang tak tentu benar berita gosip mereka tapi tetap saja ia merasa ada sesuatu antara Kinar dan Aqsal. Ah, Lea sudah seperti orang bodoh yang mencari jarum dalam tumpukan jerami yang hanya mendapat lelah tanpa dapat kepastian, lebih baik dia tanyakan hal ini pada Aqsal sendiri.

   "Lo mau pesen apa Le?" Keduanya telah sampai di kantin dan memilih tempat duduk di pojok yang menghadap langsung ke arah lapangan basket.

    "Es jeruk anget," jawab Lea masih dengan fikirannya.

    "Heh upil onta! Mana ada es jeruk anget, adanya juga es jeruk atau jeruk anget." Claretha tak habis pikir, bagaimana temannya memesan minuman seperti itu? Anak kecil yang baru lahir saja tau tak mungkin ada minuman seperti itu, dasar bodoh!

    "Iih Cla, kan, tadi lo nanya ya gue jawab kenapa lo protes," omel Lea.

   "Gue nanya tapi lo jawab yang wajar kek, masa lo pesen minuman begituan," balas Claretha yang tak terima.

   "Yaudah gue pesen air putih rasa jeruk, gaada protes lagi," ucap Lea sambil mengibaskan tangannya bermaksud melarang Claretha protes lagi, sedangkan Claretha menghela napas kasar melihat tingkah temannya itu sepertinya galau tapi berasa ngajak berantem.

    "Ck, iya!" Claretha beranjak pergi meninggalkan Lea di meja kantin sendiri, catat itu SENDIRI! 'Perasaan gue punya pacar tapi kok berasa jomblo ya?' batin Lea yang merutuki nasibnya nan malang ini. Bicara tentang pacarnya, Lea sendiri tidak tau dimana keberadaan pria itu karena memang mereka tak berkomunikasi. Lea lantas mengambil benda pipih yang tadi pagi membuatnya seperti orang gila yang tidak tau jalan pulang mencari kesana-kesini ternyata tergeletak dibawah bantalnya. Baru saja Lea hendak menghidupkan ponselnya ternyata yang dicari sudah di depan mata.

    Aqsal berjalan menuju kantin dengan terburu-buru sampai menabrak beberapa siswa yang berjalan di koridor. Alasannya, ia ingin segera bertemu gadisnya karena pagi tadi selepas mengantar Lea ke kelasnya ia mendengar ada beberapa siswi yang tengah menggosipkan dirinya dan menyebut nama Kinar yang Aqsal yakini Lea pun mendengar hal tersebut, saat akan menjelaskan langsung tadi pagi pun ternyata waktu tak memungkinkan sebab bel akan berbunyi hingga ia mengurungkan niatnya sampai istirahat dan sialnya lagi guru di kelasnya tak kunjung menyudahi pelajaran yang dijelaskannya bahkan jika tak ada Aji, temannya yang mengingatkan guru itu jika sudah waktunya istirahat mungkin saat ini ia akan terjebak dalam pelajaran sejarah yang membosankan itu. Dan kini, ia tengah mengatur napasnya di depan sebuah meja yang di duduki seorang gadis yakni kekasihnya.

   "Hai," sapanya pada gadis di depannya yang menatap heran ke arahnya itu.

  "Kamu kenapa? Kayak abis dikejar setan gitu?" Lea bingung mengapa pacarnya itu bernafas tersengal-sengal seperti itu padahal ia tak melihat pria itu olahraga di lapangan tadi lantas mengapa nafasnya seakan mau putus begitu.

   "Aa- ku -- huh- ma-u -- hah- je-la-sin se-su-a-tu sa-ma -- haah- kamuu," jawab Aqsal sambil mengatur nafasnya yang sudah mirip ibu-ibu mau lahiran.

   "Jelasin apa? Duduk dulu sini, minum dulu nih." Lea menyodorkan minumnya yang kebetulan Claretha datang di saat yang tepat.

   "Makasih," ucap Aqsal lalu meneguk minumnya, namun ada yang aneh rasanya, seperti ada rasa jeruk padahal sepenglihatannya ini air putih biasa, "Ini air apa?" Tanya Aqsal karena merasa ada yang aneh dengan air ini.

    "Nggak tau, itu yang pesen Claretha. Emang kenapa?" jelas Lea yang mendapat tatapan tak terima dari Claretha karena bukankah tadi yang memesan air ini Lea lalu kenapa Claretha yang dijadikan kambing hitam? Tidak bisa, enak saja!

    "Heh, kok gue? Kan, lo sendiri yang pesen air rasa jeruk ya itu gua beliin lah, malah nyalahin gue lo mah," tukas Claretha yang tidak terima dijadikan kambing hitam, orang cantik dijadiin kambing hitam ya jelas nggak mau lah huh.

    "Loh, lo beliin air itu beneran? Kok bego sih Cla," ujar Lea dengan tampang polosnya yang minta ditabok.

    "Ya jelas gue beliinlah, nanti kalo nggak gue beliin lo ngamuk lagi," jelas Claretha pada Lea sedangkan Aqsal yang melihat perdebatan itu segera menghentikannya karena ia ingin segera menjelaskan hal yang lebih penting bukan debat unpaedah seperti ini.

    "Udah-udah nggak usah berantem, nggak masalah kok airnya mau rasa apa aja yang penting sekarang aku mau jelasin sesuatu sama kamu," lerai Aqsal dan menjelaskan tujuannya mendatangi Lea.

    "Yaudah deh, ke taman aja nggak usah di sini kalo penting," ajak Lea karena kondisi kantin saat ini sangat ramai hingga tak memungkinkan keduanya mengobrol masalah penting disini. "gue cabut duluan ya Cla, itu uangnya bayarin ya, makasih." Lea pamit kepada Claretha yang sedang menatap tak percaya kepada Aqsal bahkan saat kedua sejoli itu sudah beranjak mata Claretha masih mengikuti gerak keduanya sampai Lea dan Aqsal tertutup pengunjung kantin

  "Itu tadi kak Aqsal? Ngomongnya panjang banget?" Tanya Claretha pada dirinya sendiri. "Ahh, masa bodo lah!" Lanjut Lea sambil mengibaskan tangannya.

**

     Bangku berwarna putih dipilih untuk menjadi tempat duduk oleh sepasang kekasih yang dilanda keheningan. Ya, Aqsal dan Lea tak ada yang membuka suara masih setia dengan diamnya. Lea yang memang tak tahan dengan suasana ngekrik pun memutuskan memulai percakapan,

    "Jadi ada apa?" tanya Lea dengan nada yang diusahakan biasa karena jujur, saat ini ia tengah benar-benar gugup bukan hanya sebab duduk di sebelah kekasihnya tetapi juga ia ingin menanyakan masalah Kiran kepada pacarnya itu namun masih takut untuk melakukannya.

   "Ehm, kamu nggak ada mau nanya apa gitu sama aku?"

   "Kok malah balik nanya? Kan kamu yang mau ngobrol."

    "Ada yang mau kamu tanyain kan? Yaudah tanyain aja." Suara Aqsal melembut yang memberi efek luar biasa pada Lea, bukannya berani untuk bertanya justru ia semakin merinding akan bertanya.

    "Engggg, nggak ada kok," balas Lea sambil menundukkan kepalanya.

Melihat itu, Aqsal mengangkat kepala kekasihnya. "Tanya aja, nggak usah takut kalau mau dapet kejelasan," ucap Aqsal menenangkan.

   "Kalo aku tanya kamu nggak marah?" Lea benar-benar menyaring kata-katanya karena ia juga takut jika pria di hadapannya ini marah sebab ucapannya.

    "Enggak, Sayang." Baiklah cukup sudah, Lea tidak mau jika jantungnya akan keluar dari tempatnya karena perlakuan Aqsal padanya.

    "Siapa kak Kinar?" Kali ini Lea to the point karena ia tak mau membuang waktu lagi terlebih jam istirahat akan segera berakhir. Sementara Aqsal yang memang sudah tau kekasihnya itu akan menanyakan hal ini pun tersenyum karena tujuannya mengajak Lea mengobrol berdua ialah membahas tentang ini.

    "Nah, kalo ada yang mau ditanyain ya tanyain aja nggak usah takut masalah aku marah atau gimana selama hal yang kamu tanyain itu bisa aku jawab pasti aku jawab, lagian dalam hubungan aku dan kamu jangan sampe ada yang sakit karena satu hal yang nggak tau kejelasannya."

Lea mengangguk mendengar penjelasan kekasihnya yang ia benarkan juga, Lea terlalu banyak berspekulasi sendiri tanpa mengetahui kejelasannya yang justru membuatnya resah. "Jadi dia siapa?" Tanya Lea lagi.

    "Dia masa lalu aku." Empat kata itu berhasil membuat hati Lea mencelos, saat ini ia merasakan kenyesekan yang haqiqi tanpa sadar pun air matanya sudah mengumpul diujung pelupuk matanya. Aqsal yang menyadari perubahan raut wajah kekasihnya pun buka suara lagi "kamu masa depan aku."

***

Hai ^^
Jangan lupa tinggalkan jejak ya :)
Maaf kalau nggak jelas :"

Thanks :*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro