Kita selesai
Happy reading :)
Maapkan typo .-.
Sang Surya mulai menampakkan sinarnya. Kabut yang semula ada kini telah berganti dengan bunga bermekaran yang menyegarkan mata. Aroma tanah menusuk hidung sebab hujan semalam baru saja menyapa. Perpaduan yang pas untuk dinikmati kali ini.
Lea berusaha meresapi setiap anugerah yang masih ia terima dari Sang Kuasa. Walaupun ada retak yang belum menemukan obatnya, setidaknya sakit hatinya itu tidak sepadan dengan nikmat yang masih ia rasakan.
Sudah ditetapkan bahwa hari ini Lea akan menikmati liburnya di rumah. Tanpa memikirkan masalah. Capek dibikin gundah. Pokoknya hari ini nggak ada galau-galauan!
Cewek itu melangkah masuk kembali ke kamarnya setelah menikmati pagi di balkon kamar. Ia berbaring lagi di atas kasur. Meraih remote yang berada di atas nakas. Mau lihat acara-acara yang bisa bangkitin semangat yang penting bukan yang bikin nyesek.
"Lea!" Suara teriakan yang terdengar cempreng diiringi langkah kaki yang grasak-grusuk mengganggu fokus Lea menonton televisi. Sang Pemilik teriakan kini telah berada di dalam kamar gadis itu. Alin, kakak perempuannya itu berdiri di samping tempat tidurnya dengan tas ransel yang masih digendongnya.
"Kenapa?" Lea menampilkan raut malas. Pasti kakaknya akan menanyakan alasan dia pulang. Lea malas menceritakan alasannya, malah bikin nyesek lagi.
"Lo putus sama Aqsal?" Tingkat kekepoan Alin sedang di puncak. Perlu klarifikasi tentang isu yang didegarnya.
Lea mengernyit. Seingatnya ia belum memutuskan hubungannya dengan Aqsal. Lalu bagaimana bisa kakaknya menanyakan bahwa ia putus. "Belum. Kenapa?"
Alin tampak bingung menjawab. Padahal kemarin sore saat ia latihan cheers, ia mendengar dari teman-temannya bahwa Aqsal sudah putus dengan Lea dan jadian dengan Claretha. Tadinya dia juga nggak percaya. Tapi waktu lihat Aqsal jalan di koridor bareng Claretha, dia jadi sedikit percaya. Namun kata Lea mereka belum putus. Jadi gimana dia mau jawab pertanyaan Lea karena nggak mungkin dia menceritakan hal yang dilihatnya kemarin. "O- oh, yaudah. Gue mau istirahat. Tadi cuma nanya aja," timpal Alin kemudian pergi ke kamarnya meninggalkan Lea.
Sementara Lea masih terdiam di tempatnya. Mungkin ada hal yang terjadi dan hal itu tidak diketahui Lea. Sekarang ia bingung harus meminta informasi kepada siapa sedangkan temannya hanya Claretha.
Gea. Nama itu seketika terlintas di pikiran Lea. Cewek itu segera mencari ponsel yang ia letakkan di sembarang tempat kemarin sebab ia malas meladeni pesan Aqsal mau pun Claretha.
"Lo dimana, Ge?" tanya Lea membuka percakapan saat sambungan teleponnya telah terhubung dengan Gea.
"Di rumah oma."
"Ketemu di starbucks sekarang, bisa? Penting."
"Berangkat sekarang."
Lea segera bangkit dari ranjangnya kemudian bersiap-siap. Setelah mengantongi izin dari mama untuk keluar, cewek itu segera memesan ojek online agar lebih efisien dan tidak terlalu terjebak macet.
Limat belas menit kemudian akhirnya Lea telah sampai di starbucks. Ia segera menuju meja yang telah ditempati Gea sebelumnya sebab Gea sudah samai lebih dulu. "Maaf telat, Ge."
"Nggak papa, kok," jawab Gea sambil tersenyum tipis. "jadi ada apa?"
"Waktu gue pulang kemarin, ada sesuatu yang terjadi nggak?" Lea tentu tahu jika Gea melihat ia pulang sebab ketika mengambil tas di kelas, cewek itu juga melihatnya.
Gea tampak masih mengingat-ingat. Kemudian ia berkata, "Oh. Kemarin kayaknya anak-anak pada gosipin Claretha sama Kak Aqsal. Soalnya anak-anak pada lihat Aqsal nganter Claretha balik ke asrama gitu."
Lea menghela napas. Pikirannya benar-benar runyam. Hatinya perih. Kalau bisa, dia ingin pergi saja dari kota yang justru membuatnya terjebak berbagai masalah ini. Terror yang diterimanya saja belum selesai, tetapi sudah bertambah lagi masalah sahabatnya dengan pacarnya. "Aqsal," lirih Lea saat matanya tak sengaja menangkap Aqsal tengah berada di starbucks. Tidak sendiri, cowok itu bersama Kinar.
Dengan langkah besar-besar, Lea berjalan ke arah dua orang yang dilihatnya. Ia menghadang jalan dua orang itu. Terlihat sekali dalam matanya ada kilatan marah dan kecewa. Dadanya bergemuruh. Bagaimana bisa kekasihnya ini mengecewakannya berulang kali, dengan perempuan yang berbeda pula? Sudah. Lea sudah tahu jawabannya. Karena ia tidak cukup berarti untuk pria di depannya ini. "Kita putus, Sal. Aku nggak kuat. Kamu pergi tanpa kabar, sekalinya ada kabar, besoknya kamu jalan sama cewek lain. Cukup sampai sini. Terima kasih," cetus Lea. Lelehan air mata mengiringi ucapannya. Pelan tapi pasti, ia terisak. Tidak kuat lagi melihat pria yang ia cintai itu, ia segera pergi diikuti Gea. Aqsal tidak menahannya, tidak memberinya penjelasan. Dia ... tidak penting bagi Aqsal.
Sementara di tempat yang tadi, si cowok bergeming di tempatnya. Berulang kali Kinar menyuruh pria yang merupakan sepupunya itu untuk mengejar Lea. Tapi, cowok itu tidak bergerak sama sekali. Ya, tidak banyak yang tahu jika ternyata Kinar dan Aqsal adalah sepupu. Memang, dulunya mereka sempat menjalin kisah asmara. Namun, semua itu kandas karena fakta bahwa keduanya merupakan saudara sepupu. Keluarga keduanya jarang bertemu layaknya keluarga besar lain, jadi mereka tidak begitu mengenal saudara lainnya. Lagi pula, Kinar dan keluarganya lama menetap di Inggris. Jadi, wajar saja keduanya tidaj saling tahu bahwa mereka merupakan saudara sepupu.
Melupakan masalah Kinar dan Aqsal, keduanya kini duduk di dalam mobil Aqsal tanpa mengatakan apa pun. Kinar sudah bosan membujuk Aqsal agar pergi ke rumah Lea untuk menjelaskan semuanya. Sedangkan Aqsal, dunianya terasa terhenti. Ingin sekali dia mengejar Lea dan menjelaskan semuanya. Sayangnya, ia teringat tentang rencana yang ia susuan dengan Claretha beberapa waktu lalu. Mungkin, menjauh untuk saat ini merupakan pilihan terbaik.
"Gue heran, lo kenapa nggak ngejar Lea, sih, Sal? Katanya lo suka sama dia?" Kinar rupanya masih tidak habis pikir dengan cowok di sebelahnya yang kini tengah fokus menyetir mobil itu. Katanya cinta, tetapi diputuskan dengan kesalahpahaman terima saja. Cinta macam apa itu?
"Nggak semua suka harus dijelaskan. Dan, nggak semua tindakan harus dijelaskan sekarang. Akan ada saatnya untuk menjelaskan dan bungkam tentang keadaan," balas Aqsal dingin. Yang ia ingin, Kinar tidak banyak bicara lagi supaya ia tidak kelepasan menjelaskan misinya dengan Claretha. Perlahan menjauh sebentar, semoga saja hati itu masih mau menerimanya kembali setelah tahu semuanya, harapnya diam-diam dalam hati.
***
AHOLAA!!
APA KABAR???
JUMPA LAGI DENGAN AUTHOR SUPER NGARET INI😂
Duh, maapkan daku baru bisa update.
Dua bulan belakangan ini aku sibuk siapin naskah untuk projectku.
Yah, nggak usah panjang-panjang daku jelasin.
Semoga kalian suka part kali ini
Terima kasih sudah baca 😙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro