Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Baikan

Happy reading ^^
Hati-hati typo .-.

Suasana hatinya kian memburuk, Lea memutuskan pergi ke taman belakang asrama untuk menenangkan diri. Dan hatinya bertambah gelisah saat ia membuka pintu kamar asramanya dan menemukan botol air mineral lagi, dengan gulungan kertas di dalamnya. Mau tak mau Lea mengambilnya, walau ia sudah tau isinya pasti terror lagi, namun ia berharap ia mendapat petunjuk dari terror kali ini. Setelah mengambil benda itu, Lea melanjutkan jalannya menuju taman.

Sore ini cuaca tak begitu panas juga tak terlalu mendung, cocok untuk jadi waktu menenangkan diri terlebih kondisi taman yang tidak terlalu ramai menjadikan tempat itu sebagai tempat yang tepat untuk menyendiri.

Lagu RAN-Dekat di hati sedang terputar di earphone putih milik Lea. Dulu, saat masih menjalin hubungan jarak jauh dengan Aqsal, lagu ini selalu bisa membuat Lea tersenyum sendiri namun lain halnya dengan saat ini, lagu ini justru menambah perih di hatinya. Lea melupakan sesuatu, ya, botol tadi. Ia segera melepas earphone yang menyumpal telinganya lalu membuka botol itu. Dan tepat, dugaannya tidak meleset, kertas itu berisi terror lagi.

'Jauhin Aqsal atau terima resikonya'

#4-08-2016

Lea ingin tak mempedulikan ini tapi tak bisa. Ia berpikir semua ini berhubungan, mulai dari terror, kebohongan Aqsal dan juga Kinar. Ah ya, kenapa ia tak pernah memikirkan jika Kinar pelakunya? Seingatnya saat awal ia bertemu Kinar, perempuan itu berlari dari arah di mana sebelumnya ia menemukan botol yang berisi terror itu.

Sungguh, Lea tak bisa berpikir jernih saat ini, apa ia harus minum sprite? Halah ngawur! Ia butuh tempat berbagi cerita. Ia mengambil ponselnya lalu menekan nomor yang ada di kontaknya lalu menempelkan benda itu ke telinganya. Pada dering ke tiga, panggilan itu diangkat dan terdengar suara orang di seberang sana, "Halo?"

"Halo, Ge." Ya, pilihan tempat berbagi ceritanya jatuh pada Gea Agustria-- sepupunya sekaligus sahabatnya saat di Jakarta.

"Iya, Le, ada apa?"

"Gue butuh lo." Suara Lea semakin serak ketika air matanya luruh. Ia menceritakan semua pada Gea, berharap mendapat sedikit saran yang berguna.

"Lo tenang dulu, apa lo yakin kalo pelakunya itu mantannya pacar lo?" Lea memang menceritakan bagian terror itu yang paling menonjol, sementara hubungannya dengan Aqsal juga ia ceritakan karena siapa tahu akan mendapat petunjuk dari itu.

"Gue nggak tahu, tapi beberapa bukti mengarah ke dia."

"Jangan gegabah nuduh orang, Le, kalo dari yang lo bilang tadi, pelakunya itu orang yang nggak suka sama kepindahan elo dan tentunya sama hubungan elo."

"Gue juga mikir gitu, Ge, tapi siapa." Lea merasa Gea sedang berpikir di seberang sana karena gadis itu tak kunjung memberi jawaban.

"Lo kumpulin bukti lain lagi deh, siapa tahu dia itu ternyata orang terdekat elo atau fans dari pacar lo." Gea memberi solusi dan Lea tengah memikirkan solusi itu.

"Oke, gue cari bukti lagi nanti, kalo udah, gue kabarin elo lagi." Lea memutuskan

"Iya, take care girl." Gea mengakhiri panggilan itu. Lea kembali memejamkan matanya. Saat itu, ia merasakan sebuah benda lagi menimpuk wajahnya. Dan itu, botol lagi? Tak biasanya ia mendapat terror dua kali dalam sehari, biasanya hanya satu kali.

'Jadi lo berani bawa orang lain ke masalah ini? Oke, lo nambah intensitas orang yang akan gue sakitin. I will find you!'

#4-08-2016

Lea segera bangkit dari duduknya untuk mencari pelakunya, pasti tak jauh dari sini dan orang itu pasti mendengar semua percakapannya dengan Gea. Hasilnya nihil, seluruh penjuru taman sudah disapu oleh pandangan Lea, ia memutuskan untuk duduk kembali.

"Hei!" Sapaan itu mengagetkan Lea, ia segera memasukkan kertas terror tadi ke saku celananya.

"Eeh, hai Kak Kinar." Ya, orang itu Kinar. Mengapa selalu tepat seperti ini? Lea tak mau curiga dulu.

"Ngapain di sini?"

"Engg ... duduk-duduk aja, Kak," jawab Lea sedikit gugup.

"Nggak usah gugup, gue nggak gigit kok." Kinar tertawa kecil sambil mengucapkan hal itu.

"Hehe iya, Kak."

"Ehm, gimana hubungan lo sama Aqsal?" Tanya Kinar pada Lea yang membuat gadis itu menunduk.

"Not bad." Lea mengangkat wajahnya laku menampakkan senyum tipisnya.

"Kalian lagi ada masalah?" Lea hanya menggeleng sebagai jawaban 'masalahnya itu lo kak' ingin sekali Lea mengatakan hal itu namun tak bisa.

"Gue harap kalian nggak larut terus dalam masalah itu dan gue harap lo bisa ngertiin Aqsal." Ucapan Kinar membuat kerutan di kening Lea 'emang selama ini gue kurang ngertiin? Dia jalan sama lo aja gue diem.' Lagi dan lagi, itu hanya di batin Lea tanpa ia ucapkan. "Aqsal sakit, Le." Lea terkejut bukan main mendengar hal ini. Aqsal sakit? Mengapa ia tak tau tentang ini? Dan kenapa justru Kinar yang memberi tahunya? Bukan Aqsal? Pertanyaan itu terus melayang di pikiran Lea sebelum ada tangan kokoh yang menariknya. Lea menatap pemilik tangan itu, dan itu, Aqsal--kekasihnya.

"Ikut aku, yuk," ajak Aqsal tanpa memedulikan kehadiran Kinar, dan tanpa menunggu jawaban Lea, pria itu segera menarik tangan gadisnya kemudian pergi dari tempat itu.

Untuk kedua kalinya Lea menginjakkan kaki di sini -- rooftop. Aqsal menariknya menuju ke tempat ini, Lea masih bingung mengapa pacarnya ini seolah menutupi tentang dirinya.

Sebenarnya Aqsal tadi memang berada di rooftop, karena ia haus, ia memutuskan pergi membeli air, saat melewati taman, matanya tak sengaja menangkap kekasihnya sedang duduk di bangku taman bersama Kinar, tak menunggu lama lagi, Aqsal segera menarik tangan Lea karena takut jika Kinar mengatakan hal yang tidak diinginkannya.

"Duduk situ, yuk," ajak Aqsal pada gadis yang di sampingnya ini sambil menunjuk sebuah bangku yang berada di ujung rooftop. Lea menjawab dengan anggukan.

"Sal," panggil Lea.

"Iya. Ada apa?" Aqsal menolehkan kepala kepada gadis yang sudah duduk di sebelahnya.

"Kenapa kamu ngajak aku ke sini?" Aqsal terlihat bingung akan menjawab, sebenarnya alasannya karena ia tak ingin Lea mendengar lebih banyak lagi hal yang disampaikan Kinar karena ia tak ingin menambah pikiran gadis ini.

"Nggak apa-apa kok."

"Jujur, Sal, kamu seolah nyembunyiin banyak sesuatu dari aku. Kamu masih anggap aku pacar kamu atau enggak, sih?" Akhirnya kata-kata yang beberapa hari ini ia pendam bisa terlontar juga.

"Le, maaf, aku nggak bermaksud nyembunyiin apa pun dari kamu. Kadang ada beberapa hal yang nggak harus kamu tau sekarang, hal itu akan buat kamu sakit, biar waktu yang tepat nanti kamu akan mengetahuinya." Suara Aqsal lembut, tatapan matanya teduh, kali ini Lea baru sadar jika Aqsal hanya tak ingin membebaninya, selama ini Lea hanya memikirkan egonya tanpa melihat dari sisi Aqsal.

"Maaf," ucap Lea lirih setelah menyadari kesalahannya.

"Kamu nggak salah, kita sama-sama salah. Dalam suatu hubungan nggak mungkin hanya satu orang yang salah, satu lainnnya benar. Keduanya pasti punya salah dalam sisi masing-masing."

Aqsal mengusap lembut puncak kepala Lea, kemudian mengambil gitar yang terletak di samping kanan bangku -- itu gitar miliknya yang biasa menemani sepinya saat di rooftop, Lea hanya memandang pergerakan Aqsal tanpa bertanya. "Aku nyanyiin lagu, nggak usah sedih, aku selalu di sini, buat kamu." Senyum terukir di bibir keduanya, lalu Aqsal mulai memetik senar gitarnya kemudian melantunkan lagu pilihannya,

What would I do without your smart mouth
Drawing me in, and you kicking me out

Petikan gitar Aqsal menghanyutkan Lea dalam pesonanya, lirik lagu itu benar-benar membuatnya terbawa perasaan.

Got my head spinning, no kidding, I can't pin you down
What's going on in that beautiful mind
I'm on your magical mystery ride And I'm so dizzy, don't know what hit me, but I'll be alright

Lea mulai menyandarkan kepalanya ke bahu milik kekasihnya sambil terus mendengarkan lagu yang dilantukan pria itu untuknya.

My head's under water
But I'm breathing fine
You're crazy and I'm out of my mind

'Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges All your perfect imperfections
Give your all to me
I'll give my all to you
You're my end and my beginning Even when I lose I'm winning

'Cause I give you all, all of me
And you give me all, all of you

Lagu All of me milik penyanyi ternama dunia itu selesai dinyanyikan oleh Aqsal, walau tak sampai akhir nyatanya berhasil membuat gadis disampingya itu terlelap ke alam mimpinya.

Aqsal membelai lembut rambut gadisnya itu, menyisipkan anak-anak rambut yang menghalangi wajah mungil milik pacarnya itu, "Biarkan aku selalu menjadi muara rindumu, walau nantinya kamu dan aku tak lagi bersatu." Aqsal kemudian menyandarkan kepalanya ke kepala gadis itu hingga ia pun ikut terlelap dalam mimpi.

Semilir angin yang membelai wajah menjadi saksi bahagia yang membuncah walau tak ada yang tau jika hubungan itu dirundung masalah setidaknya dua hati itu masih berjalan beriringan menuju satu arah. Dari sudut lain sepasang mata menahan amarah, berusaha membuat keduanya terpisah dengan mengirimkan pesan pembuat hati gundah . Waktu, penentu akhir dari semua kisah, apakah berakhir bahagia atau justru menyisakkan air mata.

**

Hai, i'm back ^^
Aku tepatin janji buat boompart ya, nemenin malam minggu kalian XD
Aku tunggu krisarnya di kolom komentar

Thanks :))

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro