Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18

"Saya pesan meatball 20 biji," ujar Vivi.

"Are you crazy?" tanya Cio.

"Yes, I am. Why?" balas Vivi.

"Sudah, sayang. Jangan diladeni Cio ini memang spesies orang menyebalkan," ujar Gio.

"Maaf, tapi kami tidak menjual meatball saja, harus pakai spagetti," ucap sang pelayan.

"Saya akan berapa pun untuk itu," ujar Gio.

"Tapi Pak-"

"Saya bilang, saya akan bayar berapapun!" geram Gio.

"Panggilkan atasanmu!" perintah Cio.

"Ba-ba-baik, Pak Raz," ujar pelayan tersebut.

"WTH? Begitu kamu yang ngomong dia langsung jalan," ujar Gio.

"Haha... Kak Gio gak tau ya? Mall ini kan milik Kak Cio," ujar Irene.

"Sh*t! Pantes aja," maki Gio.

"Selamat sore, Pak. Saya Linda, pemilik restoran ini. Sekiranya ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Saya mau pesan 20 meatball bisa?" tanya Cio "Kakak ipar saya lagi ngidam."

"Ah... baiklah, akan segera kami siapkan, Pak," ujar Linda.

"Oke, terima kasih ya," ucap Cio.

"Sama-sama, Pak. Senang bisa membantu," ujarnya.

"Minumnya apa, Yang?" tanya Gio.

"Air mineral aja," jawab Vivi.

"Saya pesanannya samakan kayak mereka berdua saja," ucap Gio.

"Saya juga samakan kayak mereka bertiga," ujar Irene.

"Baik, saya ulangi. 4 chicken steak, 20 meatball, 4 ice lemon tea, dan 1 air mineral. Ada tambahan?"

"Sementara itu dulu," ucap Cio.

"Setelah makan, aku dan Veve langsung pulang ya. Kami masih ada keperluan lain," ujar Cio.

"Keperluan apa?" kepo Vivi.

"Kepo," jawab Cio.

"Ve, suami lo tuh!" adu Vivi.

"Memangnya kita ada acara apa sebentar lagi?" tanya Veve.

"Rahasia," jawab Cio.

"Aku aja juga gak diberi tau, Vi," ujar Veve.

"Tau ah... emang jahat banget Cio itu!" cibir Irene.

Makanan yang mereka pesan pun datang menengahi perdebatan mereka yang sebenarnya tidak begitu penting itu.

"Wih... cepet banget, pelayanan ekstra nih! Enak emang kalau ada pak bos di sini," ujar Gio.

"Berisik!" ujar Cio.

"Cepet banget kalian berdua makannya," ucap Irene setelah melihat Cio dan Veve telah menghabiskan makanannya.

"Mereka mah memang gitu, suruh makan pelan-pelan juga gak pernah bisa. Seakan-akan waktu di dunia ini gak sampai 24 jam! Makanya jodoh," ledek Vivi.

"Sudah ah, kami pamit pulang duluan," ujar Cio yang beranjak terlebih dahulu kemudian diikuti Veve.

"Semuanya pulang duluan ya," pamit Veve.

***

"Ini bukan jalan menuju ke rumah loh, Kak," ujar Veve.

"Siapa bilang?" tanya Cio.

"Kakak salah membelokkan arah," jawab Veve.

"Ini jalan menuju ke rumah kita, Queen, mulai hari ini kita akan tinggal di rumah yang terpisah dari Papi dan Mami," ujar Cio.

"Kenapa?" tanya Veve.

"Kenapa? Tidak adakah kata-kata lain untuk lontarkan sebagai kata pertama setelah aku memberi tau kejutannya?"

"Gak ada, aku penasaran."

"Karena aku ingin kita lebih mandiri aja, mulai belajar membangun rumah tangga sendiri tanpa campur tangan orang lain."

"Hmmm...."

"Nah... kita sudah sampai," ujar Cio sambil melepaskan sabuk pengamannya dan lari keluar membuka pintu penumpang sebelah pengemudi.

"Yuk," ajak Cio.

"Kamu yakin kita akan nempati rumah sebesar ini?" tanya Veve.

"Tentu, nanti kita kan pasti akan punya anak," jawab Cio.

"Tapi ini tetap terlalu besar," protes Veve.

"Protes mulu, Queen. Lihat dalamnya dulu, nanti pasti kamu langsung jatuh cinta sama rumah ini," ujar Cio.

"Ini adalah ruang tamu, ini adalah ruang keluarga, di sana itu meja makan, di samping meja makan itu pintu menuju dapur, ini bagian kanan taman belakang, sementara di kiri yang ditutup balok kayu itu adalah kolam renang," jelas Cio saat mereka melakukan tour di lantai satu.

"Terus kalau mau renang gimana coba?" tanya Veve.

"Ayo aku tunjukkan cara membukanya," jawab Cio sambil mengandeng tangan Veve menuju tombol untuk menggerakkan papan kayu yang membuka penutup kolam renang.

"Bukanya dengan seperti itu akan boros listrik? Itu pasti pakai daya yang besar, 'kan?"

"Aku pikir itu tidak masalah, yang penting gak terjadi sesuatu dengan anak-anak kita nantinya."

"Bicarain anak mulu, udah pingin punya anak ya?"

"Iya, siapa sih yang gak mengharapkan anak? Apalagi kita sudah menikah, umurku juga sudah hampir 30 beberapa bulan lagi."

"Tapi, aku belum siap."

"Kenapa?"

"Aku masih ingin kerja."

"Aku gak melarang kamu kerja sekalipun kita sudah punya anak, asalkan aku dan anak-anak tetap menjadi prioritasmu."

"Biar seperti ini dulu sementara, aku benar-benar belum siap."

"It's okey, aku paham. Kita berdua menikahnya terlalu mendadak, memang masih perlu mengenal satu sama lain lebih dalam lagi."

"Terima kasih sudah mau ngertiin aku."

"Gak perlu terima kasih, Quuen. Itu sudah kewajiban kita sebagai pasangan, harus saling mengerti satu sama lain."

***

"Queen bangun," ujar Cio sambil mengusap-usap kepala Veve.

"Hmm... lima menit lagi," ucap Veve.

"Queen kamu lupa? Kamu hari ini kan janjian sama mama," ujar Cio.

"Ingat kok, nanti agak siangan aja baru aku berangkat," ucap Veve.

"Aku anterin kamu, ayo semangat masih hari pertama loh ini," ujar Cio.

"Iya, ini bangun," ucap Veve.

"Morning kiss-nya dong, Queen," ujar Cio.

Cup

"Mana ada morning kiss di pipi!" protes Cio lalu langsung mencium bibir Veve.

"Dasar me-," protes Veve.

"Sudah mandi sana, nanti bajumu aku siapkan di kasur," ujar Cio sambil menyeburkan Veve ke bathtube.

"CIO!" pekik Veve yang disusul gelak tawa Cio.

###

"Sarapan dulu, Queen," ujar Cio saat melihat Veve di ujung tangga.

"Hmm."

"Ada yang marah rupanya," goda Cio.

"Hmm."

"Jangan marah dong, Queen. Masa masih pagi sudah ngambek," ujar Cio.

"Diem dan makan aja," ujar Veve sambil meletakkan roti yang sudah diolesi coklat di piring depan Cio.

"Gak mau," ujar Cio sambil mengerucutkan bibirnya dan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Sudah gak marah nih," ujar Veve sambil mencubit pipi Cio.

"Yuk, kita berangkat," ujar Cio setelah menghabiskan sarapannya.

"Cio ini beneran aku gak boleh ganti kaos dan celana jeans aja," ucap Veve.

"Enggak, Queen. Kamu cantik kok pakai dress," ucap Cio.

"Yah sudahlah, apa boleh buat," ujar Veve.

***

"Queen sudah sampai," ujar Cio sambil membangunkan Veve yang ketiduran.

"Gak mampir dulu?"

"Titip salam aja untuk papa dan mama, aku mampirnya nanti pas jemput kamu. Pagi ini aku buru-buru, ada rapat," ucap Cio.

"Oo, oke," ujar Veve.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro