17
"Titipin aja barang kalian, tapi pisahkan punya kalian dan Veve. Karena nanti Veve akan ikut aku pulangnya, sama kunci mobilmu mana, Ir? Biar dimasukkan sama pegawaiku, kalian lanjut aja ke toko lain, aku tunggu di Jiu Resto. Oh ya, Vi, kamu jangan lupa makan. Ingat kamu sedang mengandung, kalau gak mau makan yang berat-berat, nyamil aja sambil jalan," ujar Cio.
"Ouch... perhatian banget sih suamimu, Ve," ujar Vivi.
"Gak usah alay deh!" ujar Veve.
"Tau deh yang cemburu," ujar Vivi.
"Idih, ngapain cemburu. Aku kan selalu dapat perhatiannya Kak Cio setiap hari, lagian gak ada yang salah dengan apa yang dilakukan Kak Cio," ujar Veve, "Dia hanya mengingatkan Kakak iparnya."
"Sudah, sudah. Yuk, kita lanjut ke toko sepatu," ucap Irine.
"Oke deh," ujar Vivi.
"Ini, Ve, bagus untuk kamu. Masa highgirl cuma ada tiga pasang," ujar Vivi.
"Astaga, Ve. Masih gak berubah, ternyata sekolah di Amerika tidak mempengaruhi modemu ya," ujar Irine.
"Makanya, gemes kan aku," ujar Vivi.
"Aku kalau kuliah di luar negeri mungkin bukan hanya mode yang berubah, tapi pergaulanku juga pasti akan berubah," ujar Irine.
"Kalau aku sih ya pasti juga berubah dikit-dikitlah, tapi gak sampai pergaulan bebas. Pulang bisa-bisa aku habis disidang sama Papa," ujar Vivi.
"Kan setiap orang punya pendirian sendiri-sendiri," ujar Veve.
"Ini nih, bagus, Ve," ucap Irine.
"Yang ini juga," ujar Vivi.
"Cobain yang ini juga."
"Yang ini juga."
"Yang ini haknya beda."
"Yang ini modelnya beda."
"Yang ini high class banget."
"Yang ini juga boleh deh."
...
"Sudahlah, cukup, aku capek nyobanya," ujar Veve dengan mengeluarkan puppy eyesnya.
"Kenapa Veve harus punya puppy eyes?" protes Irene.
"Sial! Puppy eyes-nya Veve itu...," ujar Vivi ngawang.
"Buat gak bisa ditolak," sambung Irene.
"Yeay!" ujar Veve.
"Mbak, tolong dibungkus itu semua," ujar Irine.
"Ini langsung digesek aja, Mbak," ucap Vivi sambil menyerahkan kartu kredit yang baru saja disahutnya dari tangan Veve.
"Ah... pegawainya Pak Raz, pantas saja bisa borong segini banyaknya," ujar sang pegawai saat membaca nama yang terukir di kartu kredit yang baru saja diterimanya.
"Apakah kita terlihat seperti seorang pegawai?" tanya Vivi dengan menunjuk dirinya sendiri.
"Kayaknya sedikit-banyak iya, Vi. Karena rambut kita yang acak-acakkan dan make-up kalian berdua yang luntur," ucap Veve dengan polosnya.
"What? Make-up kita luntur?" ujar Vivi dan Irine bersamaan.
"Mbak titip barang kita, nanti akan ada yang mengambil. Semua barang itu atas nama Veve," ujar Vivi sambil menyambar kartu kredit yang dikembalikan mbak tersebut dan menarik tangan Veve yang dibuntuti oleh Irene menuju toilet.
"OMG!" teriak Vivi.
"Jangan teriak-teriak, Vi. Mending rapikan aja," ujar Veve.
"Emang kurang ajar tuh babu di Elnora!" gerutu Irene.
"Kasar banget sih, Ir," ujar Veve.
"Emang nyebelin tuh ba-"
"Shut..., nanti kalau ada yang dengar gak enak," sela Veve sambil merapikan rambutnya.
"Sudah, yuk. Kita samperin Cio," ujar Irene.
"Yuklah, kasian tuh suaminya Veve bisa-bisa lumutan nunggui kita," ujar Vivi sambil mengerlingkan matamya ke Veve.
"Gak usah jahil!" ujar Veve.
***
"Kak Cio!" panggil Veve.
"Duduk aja dan pesan makan, sudah sore," ujar Cio.
"Makan sore?" tanya Vivi dan Irene bersamaan.
"Tong kosong nyaring bunyinya, ya kayak gini," ledek Veve.
"Ooo, ceritanya bales dendam nih!" ujar Irine.
"Bodo amat!" ujar Veve.
"Kenapa sih, Queen?" tanya Cio sambil mengusap kepala Veve.
"Gak papa kok," jawab Veve.
"Aduh... berasa obat nyamuk nih, uhuk... uhuk...," ujar Vivi.
"Kita tanya malah ditinggal bermesra-mesraan," cibir Irene.
"Lihat saja, jam tangan kalian. Sekarang sudah jam 3, gak sadar, huh?" sinis Veve.
"Sinis amat, Bu!" ujar Vivi.
"Sudah, sudah, ayo segera makan. Terutama kamu, Vi. Udah tau lagi hamil, bisa-bisanya melupakan makan siang," ujar Cio.
"Hiks... hiks..., Cio jahat. Hiks...," ucap Vivi tiba-tiba sambil menanggis.
"Hayo kamu, Cio!" ujar Irene.
"Hayo, Kak Cio!" ucap Veve.
"Hiks... hiks...."
"Berhenti nanggisnya dong, Vi. Nanti aku dikirain ngapa-ngapain kamu lagi," ujar Cio panik.
"Kamu kan memang ngapa-ngapain Vivi, Cio!" ujar Irene ambigu.
"Wah... masnya ini, pasti habis menghamili mbaknya terus gak mau tanggung jawab ya," ujar seorang ibu-ibu dengan sok taunya.
"Apa? Enggaklah, saya sudah punya istri. Mana mungkin saya menghamili perempuan lain," ucap Cio melontarkan pembelaan dirinya.
"Halah, Mas. Itu alasan klasik, bisa aja Mas-nya selingkuh," ujar ibu-ibu lainnya.
"Saya gak mungkin mengkhianati istri saya," ujar Cio.
"Cih... di depan istri bilangnya seperti itu, tapi saat di belakang istri aja selingkuh!" cibir ibu-ibu segolongan itu.
"Sebentar, saya teleponkan suaminya dia. Astaga, dia itu kakak ipar saya, bukan selingkuhan saya," ucap Cio frustasi lalu langsung beranjak menelepon Gio yang membuat ibu-ibu yang tadinya bergerombol memaki-maki Cio buyar.
"Cio kemana sih, Ve?" tanya Irene.
"Tadi dia bilang mau telepon Gio," jawab Veve.
"Memangnya telepon selama itu ya?" ujar Irene, "Kasihan tuh, Vivi nanggis gak berhenti-berhenti."
"Aku juga gak tau, Ir. Aneh juga sih masa telepon 15 menit sendiri," ucap Veve.
"Hai, sayang. Kamu kenapa nanggis?" tanya seseorang sambil mengusap air mata Vivi.
"Tuh... Cio jahat, masa dia marah-marahi aku," adu Vivi.
"Dasar setan!" ujar Cio.
"Kan lihat dia ngata-ngatain aku seenaknya!" adu Vivi.
"Cio, kamu ya buat istriku nanggis," ujar Gio.
"Bodo amat, aku hanya ingetin dia untuk makan siang. Tapi malah nanggis," ujar Cio, "Gak jelas banget kan?"
"Dasar Cio! Ibu hamil itu emosinya labil," ucap Gio.
"Ribet amat!" ujar Cio.
"Ya kali, Ci! Makanya segera cetak gol sana, kamu pasti akan ngerti," ujar Gio.
"Setuju aku sama kamu, Yang," ujar Vivi yang sudah kembal ke mode usilnya.
"Dasar bumil labil!" ejek Cio.
"Yang, Cio tuh...," adu Vivi.
"Aku menyerah," ujar Cio sambil bangkit dari duduknya.
"Ayo kita pulang duluan, Ve," ujar Cio.
"Veve belum makan siang," protes Vivi.
"Baiklah, makan dulu, Queen. Aku gak mau sakit," ujar Cio.
"Iya," ucap Veve.
"Mbak," panggil Veve.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya mau pesan."
"Baik, silahkan ini menunya."
"Kamu mau pesan apa, Kak Cio?" tanya Veve.
"Samain aja kayak kamu, Queen," jawab Cio sambil menyelipkan anak rambut Veve ke belakang telinga.
"Saya pesan chicken steak dua dan ice lemon tea-nya dua," ucap Veve.
"Vi, Kak Gio," ujar Veve sambil menyerahkan menunya kepada mereka.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro