Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15

"Huh... gila! Padahal aku kan normal masihan, yang gila itu ya dia dan siapa itu si Kia," ujar Cio, "Mana ada seorang perempuan rela telanjang kayak gitu di depan pria asing."

"Haha... untung imanmu kuat, Bro. Coba kalau Rio atau Dio tuh yang dikasih pertunjukkan kayak gitu," ujar Gio.

"Siapa Rio dan Dio itu?" tanya Vivi.

"Ah... itu, mereka berdua adalah salah dua pengusaha yang juga ikut dalam bisnis perhotelan yang kita bangun di pulau yang baru dibeli oleh Cio," jawab Gio.

"Wah... kelihatannya adik ipar ini sangat kaya ya," goda Vivi.

"Alay!" ujar Cio.

"Ih... siapa sih yang alay, Veve tuh yang alay! Sampai kesel aku, setiap kali diajak shopping pasti alasannya gak punya uang tanggal tua. Kalau gak harus berhemat ini masih tanggal muda, gimana gak kesel akunya? Sampai heran aku, emangnya selama ini uang yang diberikan oleh Papa dikemanain semua sama dia," curhat Vivi yang disambut gelak tawa oleh Caroline dan Desti sambil membenarkan ucapan Vivi.

"Haha... bener itu," ujar Caroline.

"Makanya, kita sampai shock berat pas tau ternyata Veve itu anaknya Pak Bryan dan istrinya Pak Raz," ujar Desti.

"Tiwas kita dulu bela-belain Veve yang dipaksa ikutan shopping sama Vivi. Karena kita pikir mungkin Veve ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Taunya Veve lebih dari mampu kalau cuma untuk shopping kecil-kecilan gitu," ujar Caroline.

"Segitu gak mampunya kamu ya Cio untuk ngasih istri uang untuk shopping!" ejek Gio.

"Enak aja, tanya sama Veve tuh, bahkan seluruh kartu atm dan kredit card-ku semua di Veve," ujar Cio, "Aku cuma megang satu dan uang cash dikit untuk kebutuhan mendadak."

"Veve!" jerit Vivi.

"Apa?" tanya Veve dengan memasang ekspresi tanpa rasa bersalahnya.

"Kamu bener-bener, Ve. Aku yakin bahkan satu kartu atm-nya Cio itu isi sudah bukan ratusan juta lagi. Kamu jahat, Ve!" ujar Vivi, "Masa aku minta ditraktir, alasannya juga tanggal tualah, tanggal mudalah."

"Bukan gitu, Vi. Saat itu aku lupa bawa kartu atm-ku dan uang cashku kan gak cukup, aku mana berani pakai kartu Cio sembarangan," ujar Veve.

"Alasan doang! Bilang aja kalau pelit!" ujar Vivi.

"Maaf deh," ucap Veve.

"Gak, males sama Veve. Veve pelit!" ujar Vivi.

"Jangan ngambek dong, Vi. Besok aku traktir kamu deh makanan yang waktu itu kamu inginkan," ujar Veve.

"Gak mau," ucap Vivi.

"Aku traktir apa saja yang kamu inginkan deh," tawar Veve.

"Oke, deal," ujar Vivi sambil menjabat tangan Veve yang memegang sendok.

"Kayaknya aku salah bicara deh, " ujar Veve.

"Nasib!" ujar Caroline dan Desti.

"Pakai kartuku aja belanjanya, Ve. Gak usah sungkan atau apapun itu, kamu istri aku, sudah sewajarnya bagiku untuk menafkahi semua kebutuhan kamu," ujar Cio.

"Ta-"

"Apa salahnya sih Ve, kalau sekali-kali kamu berbelaja seperti perempuan-perempuan lain. Gak ada yang salah kok, kalau bisa besok beli dress yang banyak, masa lemari bajumu isinya kaos, kemeja, celana kain, dan celana jins semua," ujar Cio.

"Tapi aku gak suka pakai dress, ribet!" ujar Veve.

"Kenapa gak dicoba dulu, Queen? Kamu kan jarang pakai, nanti kalau sudah terbiasa pasti gak ribet kok," ujar Cio.

"Baiklah," ujar Veve.

"Nah... gitu dong," ujar Cio.

"Wah... akhirnya, kita bisa lihat Veve pakai dress. Gak pakai celaja melulu, ke kantor aja disaat pegawai perempuan lain pakai rok span, Veve masih aja pakai celana kain," ujar Caroline.

"Betul itu," ucap Desti.

***

"Queen, bangun dong," ujar Cio sambil mengoyang badan Veve.

"Sebentar lagi deh, aku masih menggantuk," ujar Veve yang membuat Cio mengeluarkan smirk-nya.

"Kak Cio apaan sih? Pagi-pagi sudah main cium orang sembarangan!" omel Veve.

"Kamu lupa ya, hari ini kamu ada janjian sama Vivi. Sana mandi sebelum Vivi datang ke sini," ujar Cio.

"Emangnya Kak Cio gak ikut?" tanya Veve.

"Enggak, Queen. Kamu kan pasti kangen jalan-jalan sesama perempuan, katanya Vivi dia juga ajak Irine," jawab Cio.

"Sana mandi, aku tunggu di meja makan dengan yang lain untuk sarapan," ujar Cio sambil berdiri kemudian mengusap kepala Veve, lalu beranjak pergi.

***

"Mana ada seorang istri bangunnya lebih siang dari suaminya?" sindir seseorang.

"Mami, please... stop it," ujar Cio.

"Kenapa? Memang benar kok yang Mami bilang, kamu yakin dengan model istri yang seperti ini kamu mau keluar dari rumah ini?" ujar Kiara.

"Mi, please... Cio aja gak masalah, kenapa Mami harus masalah," ucap Cio.

"Karena Mami gak mau anak laki-laki kesayangan Mami menderita," ujar Kiara.

"Sudahlah, Hon. Biarkan Cio membangun rumah tangganya sendiri, kalau kamu seperti itu bukan tidak mungkin Cio akan tertekan memikirkan keadaan istrinya yang terus kamu serang seperti itu," ujar Alva.

"Makan yang banyak, Ve. Kalau kamu tambah kurus nanti Kak Cio dikira gak ngasih kamu makan lagi," usil Lea yang berhasil membuat Cio memelototkan matanya ke arah adiknya.

Tin... tin...

"Gak sopan!" ujar Kiara.

"Itu pasti sahabat kamu yang datang, Ve," ujar Cio, "Kamu samperin sana sahabat kamu, bilang suruh tunggu sebentar. Setelah itu, aku tunggu kamu di kamar kita."

"Iya, Kak," ucap Veve lalu beranjak menaruh piring bekasnya dan Cio ke dapur, barulah melakukan apa yang dibilang Cio.

***

"Ada apa, Kak?" tanya Veve.

"Masa kamu pergi gak bawa tas?" tanya Cio.

"Ah... iya," jawab Veve.

"Beli dress ya nanti," ucap Cio.

"Jadi itu serius?" tanya Veve shock.

"Iya dong," jawab Cio, "Nanti akan aku suruh bawahanku untuk mengambilnya jadi kamu titipin aja di tokonya."

"Iya tapi masa harus beli dress. Mending beli kaos dan celana jeans," ujar Veve.

"Sebenarnya aku gak masalah kalau kamu sukanya seperti itu, tapi karena kamu istriku pasti setelah Papi pensiun aku yang mengantikannya. Dan kita akan menghadiri banyak pesta-pesta bisnis yang menuntut kamu pakai dress daripada nanti kamu gak nyaman, 'kan lebih baik kalau sudah mulai dibiasakan, Queen," ujar Cio.

"Oke deh, kalau gitu aku berangkat, Kak," ujar Veve.

"Ayo, aku anterin," ujar Cio.

***

"Pi, Mi, Lea, aku pamit pergi!" ujar Veve.

"Hati-hati, Ve," ujar Alva.

"Malah bagus, kalau bisa gak usah kembali sekalian," sinis Kiara.

"Omongan Mami jangan dimasukkin ke hati, Ve. Have fun aja di sana, Ve," ucap Lea.

"Iya," balas Veve.

"Aku nganterin Veve dulu," ucap Cio.

"Cie... yang protektif!" ledek Lea yang tak ditanggapi Cio.

***

Tuk... tuk...
(Cio mengetuk jendela di samping pengemudi setelah Veve masuk ke mobil)

"Titip Veve ya, Kak Vi, Ir," ucap Cio.

"Siap deh," ujar Irine dan Vivi.

"Jangan lupa Veve suruh ikutan sama kalian shopping, masa selama jadi istri aku belum pernah belanja apapun pakai uangku," ujar Cio.

"Siap, Cio. Jangan shock nanti kalau tabunganmu berkurang drastis," pancing Vivi.

"Terserah kalian, tapi yang aku tau kalian gak akan mampu menghabiskannya, beda lagi kalau kalian beliin rumah atau mobil sport langkah sebanyak-banyak," ujar Cio.

"Udah tepos dulu kali kaki kita, Cio, sebelum uang kamu habis," ucap Irene.

"Ya sudah, sana berangkat," ucap Cio lalu memundurkan langkahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro