12
"Jam berapa sekarang, Ve?" tanya Cio saat merasakan kasurnya berguncang.
"Jam 4," jawab Veve.
"Ngapain kamu bangun sepagi ini, Baby? Tidur lagi aja dulu," ucap Cio.
"Aku mau buat cup cake," ujar Veve.
"Kamu buat apa, Ve?" tanya Cio.
"Buat cup cake, kamu mau?" tanya Veve.
"Kamu bisa buat cup cake? Kok aku gak tau," ujar Cio.
"Bisa sih," jawab Veve.
"Aku temani deh, terakhir kali kamu ke dapur jarimu berdarah," ujar Cio.
"Apaan sih, Cio. Gak usah berlebihan deh," ucap Veve lalu beranjak turun diikuti Cio.
"Duduk diam di meja pantry aja, Cio," ucap Veve.
"Siap, Ibu negara," ujar Cio.
"Pagi-pagi buta gini masih bisa-bisanya gombal," ujar Veve.
"Hehe... peace, Baby."
Veve pun mulai membuat adonan, dia dengan teliti menimbang satu persatu bahan yang akan dicampurkan. Dan mengaduk dengan sabar, setelahnya membagi adonan ke dalam wadah-wadah kecil dan kemudian memasukan adonan-adonan tersebut ke dalam oven.
"Mukamu sampai belepotan semua gitu, sini deh," ujar Cio lalu membersihkan muka Veve.
"Aku mandi dulu deh, Cio. Kamu sendiri gak mandi Cio?"
"Jadi ngajak aku mandi bareng nih ceritanya?" goda Cio.
"Ih... enggak, mesum!" ujar Veve lalu berlari ke kamar mereka.
"Pagi-pagi gini sudah romantis-romantisan di dapur lagi ya," goda Alva.
"Ish, Papi. Tumben sudah bangun, Pi?" ujar Cio.
"Kamu lihat deh, Cio. Sudah jam berapa itu," ujar Alva.
"Jam 5, sebentar, Pi. Jangan tinggal Cio, Cio ikut lari pagi," ujar Cio lalu melesat menuju kamarnya dan mengganti pakaian.
***
"Buat apa, Ve?" tanya Erza yang mengambil akan membuat susu bayi di dapur dan melihat Veve dengan lincah membuat gunung cream warna-warni di atas kue.
"Cup cake, Kak," jawab Veve.
"Wah... kamu bisa buat cup cake, Ve?"
"Iya, Kak," jawab Veve.
"Rafael minum susu jam segini?" tanya Veve saat melihat Erza menyiapkan susu bayi.
"Iya, anak bayi gak bisa diprediksi kapan laparnya, Ve," ujar Erza.
"Hmm.. gitu ya," ujar Veve.
"Kamu sendiri sudah isi belum?" tanya Erza.
"Hehe... belum, Kak," jawab Veve.
"Sabar aja deh, memang kalian masih disuruh menikmati moment-moment pacaran setelah menikah," ujar Erza.
"Iya, Kak," ujar Veve.
"Kakak tinggal dulu ya," ucap Erza.
"Iya, Kak," ucap Veve.
***
Bajumu sudah aku siapkan di atas kasur, maaf aku berangkat duluan. Tadinya mau pamit langsung, tapi kamunya gak ada. Aku lagi terburu-buru , jangan lupa dimakan cup cakenya.
Venuela^o^
"Menyebalkan, gak bisa nganterin Veve deh," gerutu Cio, "Terburu-buru kemana sih!"
"Hai boy! Pagi-pagi gini mukanya kusut amat," ujar Alva.
"Hmm...."
"Ada yang mood-nya lagi jelek nih!" goda Lea.
"Veve mana, Cio?" tanya Alva.
"Sudah berangkat duluan, Pi. Lagi terburu-buru, entah apa yang membuatnya terburu-buru!" gerutu Cio.
"Oo, karena itu moodmu jelek Cio. Pagi-pagi gini kamu dapat cup cake darimana, Cio?"tanya Lea.
"Apa? Mau minta? Beli sendiri," ujar Cio.
"Bagi satu ajalah, Cio," ujar Lea.
"Gak ada, ini punya aku semua," ucap Cio sambil berusaha melindungi cup cakenya.
"Ya ampun, Cio. Kamu tidak mungkin akan menghabiskan semuanya bukan? Kasih satu ke adikmu apa salahnya?" ujar Alva.
"Salah," jawab Cio.
"Ah... itu pasti dari kakak ipar ya," ujar Erza.
"Gimana kamu tau?" sewot Cio.
"Apa? Biasa aja dong lihat akunya," ujar Erza sambil mencomot salah satu cup cakenya diikuti Lea dan Alva saat Cio lengah.
"Hmm .. enak juga ternyata," ujar Lea "aku dapat huruf I nih!"
"Wah... Papi dapat huruf U nih!" ujar Alva.
"Aku dapat gambar hati," ujar Erza.
"Huaa... kalian mencuri cup cake, Cio!" rajuk Cio.
"Ada apa sih kalian pagi-pagi gini sudah ribut?" tanya Kiara.
"Cio tuh, Mi punya cup cake banyak tapi gak mau bagi-bagi," ujar Lea.
"Biarin, ini kan punya Cio!" ujar Cio.
"Kayak anak kecil aja, Cio. Yang satu sudah mau jadi ayah dan ibu, yang satu sudah jadi suami, yang satunya lagi sudah mau jadi kakek dan bertengkar karena cup cake," ujar Kiara.
"Ini cup cakenya itu beda," ujar Cio "Tidak dijual dimanapun."
"Cup cake dimana-mana itu juga gitu-gitu aja rasanya, Cio," ujar Kiara.
"Ini itu beda, ada tulisannya 'I 💗 U C I O' dan mereka bertiga telah mencuri ketiga cup cake Cio yang tulisannya I, 💗, and U," ujar Cio.
"Memangnya kamu dapat cup cake itu darimana sih, Cio?"
"Dari Veve, Mi," jawab Cio.
"Oo... bisa buat kue tuh anak!" ujar Kiara lalu mencomot salah satu cup cake yang dipegang Cio.
"Mami!" ujar Cio.
"Hmmm...." gumam Kiara.
"Udahlah, aku berangkat," kesal Cio.
***
"Hello, guys!" sapa Veve.
"Tumben jam segini sudah datang, Ve?" tanya Caroline.
"Ini, aku bawa cup cake buat kalian," ucap Veve sambil menyodorkan kotak yang berisikan cup cake.
"Aku ambil ya," ujar Desti.
"Aku juga ambil," ucap Caroline.
"Iya, kalian berdua habiskan aja," ujar Veve.
"Gimana rasanya?" tanya Veve.
"Enak banget, Ve!" ucap Caroline.
"Kita dukung banget kalau kamu mau buka toko cup cake, kalau bisa dekat-dekat dari kantor ini aja. Kalau perlu ada cafenya," ujar Desti.
"Aku gak bisa masak " ucap Veve.
"Pakai chef, Ve. Kalau kamu juga bisa belajar pelan-pelan," ujar Desti.
"Masuk akal juga idemu, aku akan coba deh belajar masak," ujar Veve.
"Nanti kalau sudah bisa jangan lupa nyobain kita ya," ujar Caroline.
"Bisa aja belum," ucap Veve.
***
Terdengar alunan lagu 'pretty girl' dari handphone Veve.
"Baby, ada telepon dari papa di hp-mu, aku angkat ya," ujar Cio.
"Iya," balas Veve dari kamar mandi.
"Hallo, Pa," ujar Cio.
"...."
"Iya, setelah sarapan kami akan ke rumah Papa."
"Papa ngomong apa, Kak?" tanya Veve setelah mandi.
"Papa minta kita ke rumahnya, katanya ada hal penting yang mau dia omongkan sama kamu."
"Kita berangkat sekarang?" tanya Veve.
"Iya, tapi kita mampir sarapan dulu."
"Oke."
***
Ting... Tong...
"Eh... Veve, Mama kangen sama kamu. Gak ada kamu dan Vivi rumah jadi sepi," ujar Rea.
"Veve juga kangen Mama," ucap Veve sambil memeluk Rea.
"Ayo masuk, Papa sudah menunggu kalian," ujar Rea.
"Papa!"
"Kalian sudah dateng, duduk dulu," ujar Bryan.
"Jadi ada, Pa?" tanya Cio.
"Kamu ini ya, meskipun status sudah berubah jadi menantu, kelakuan tetap gak pernah berubah. Selalu saja to the poin," ujar Bryan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro