Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11

"Jarimu kenapa, Ve?" tanya Lea.

"Ah... gak papa, hanya tergores," ucap Veve.

"Kemarikan jarimu, Veve," ucap Cio.

"Jariku gak papa kok," ujar Veve.

"Tergores kamu bilang gak papa? Cuma bantu-bantu di dapur aja gak bisa, gimana ngurus suami?" ujar Kiara.

"Mami, please... jangan mulai," ujar Lea.

"Kakak kamu sih, Lea. Lihat pilih istri yang gak bisa apa-apa," ujar Kiara.

"Mami sudahlah, Kak Cio pasti pilih yang terbaik bagi dia. Karena yang menurut Mami terbaik, belum tentu terbaik menurut Kak Cio," ujar Lea.

"Terus aja belain Kakak kesayangan kamu itu," ujar Kiara.

"Sudahlah, Hon. Biarkan saja Cio membangun rumah tangganya sendiri, Cio sudah besar bisa menentukan yang terbaik untuknya," ucap Alva.

"Kamu juga belain dia," ucap Kiara.

"Angkat tangan," ucap Alva.

***

"Morning, Pi, Mi, Lea!" sapa Cio dan Veve bersamaan.

"Kalian mau kemana?" tanya Alva.

"Mau berangkat kerja, Pi," jawab Veve.

"Veve juga masih kerja? Gak enak di rumah saja, Ve bareng Mami dan Lea?" tanya Alva.

"Sudah kebiasaan kerja, Pi. Kalau diam rasanya gak enak," ujarnya.

"Kalian gak berniat bulan madu?" tanya Alva.

"Nanti deh, Pi. Kan ini nikahnya juga mendadak, Cio masih sibuk," jawab Cio.

"Ya sudah, terserah, enaknya kalian aja gimana," ucap Alva.

"Cio mau sarapan pakai selai apa?" tanya Kiara.

"Biar Veve yang buatin, Mi," ujar Veve.

"Bagus deh, memang seharusnya kamu yang buatin," ucap Kiara.

"Cio pakai selai apa?" tanya Veve.

"Apa aja, Baby," jawab Cio sambil menyenderkan kepalanya di bahu Veve.

"Astaga, Cio. Kasian Vevenya kesusahan goles roti kamu," ujar Alva.

"Veve gak protes, kok Papi yang protes sih," ujar Cio.

"Makan dulu, Cio. Nanti kamu telat," ujar Veve sambil meletakan roti di piring Cio.

"Makasih, Baby," ujar Cio.

"Masih jadi pengantin baru mah masih lengket-lengketnya kayak gini, nanti kalau sudah lama juga ditinggal kamu, Ve, kayak aku," ujar Lea.

"Aduh... yang ditinggal suami kembali kerja sirik nih," ujar Cio.

"Bodo amatlah, Kak!" ujar Lea "Ve, boleh gak aku minta dibuatin roti juga."

"Mau rasa apa, Le?"

"Coklat," ucap Lea dengan mata berbinar.

"Gak usah kamu tanya, Baby. Lea mah apa-apa coklat, minum coklat panas, buka kulkas ambil coklat. Semua-semua coklat, untung bukan ora-"

"Apa?" ujar Lea sambil berkacak pinggang.

"Lea Princessnya Papi, jangan lari-lari dong. Nanti kalau ada apa-apa sama kandungan kamu gimana?" ujar Alva.

"Hehe... peace, Pi. Abisnya Kak Cio usil banget," adu Lea.

"Ini, Lea," ujar Veve sambil menaruh piring berisikan roti selai coklat di hadapan Lea.

"Makasih, Ve," ujar Lea.

"Sama-sama," ucap Veve.

"Kamu juga makan, Baby. Nanti kamu sakit," ucap Cio.

"Iya," ujar Veve yang kemudian mengoleskan roti untuk dirinya.

***

"Vivi belum masuk ya, Ve?" tanya seseorang.

"Belum, Car. Masa Sabtu baru aja nikah, Senin sudah masuk," ujar Veve.

"Enak ya kalau jadi anaknya pemilik perusahaan, bisa bebas cuti," ujar Caroline.

"Mana ada seperti itu, Car. Semuanya kalau menikah berhak mengambil cuti 1 minggu kok," ujar Veve.

"Masa? Kok kapan hari Desti cuma cuti 3 hari?"

"Mungkin dianya sendiri aja yang gak mau cuti lama-lama," ucap Veve.

"Enggak kok, dia sendiri yang bilang kalau Bu Claudia hanya ngasih izin 3 hari," ujar Caroline.

"Kalau seperti itu, memang Bu Claudia yang keterlaluan. Seharusnya kalian bisa langsung melaporkannya ke Pak Bryan," ujar Veve.

"Ah... kamu sudah dengar belum, gosipnya Pak Raz langsung kembali bekerja," ujar Caroline.

"O aja," ujar Veve.

"Wah... mungkin istrinya galak tuh, makanya Pak Raz gak betah di rumah," samber Desti yang baru datang.

"Bisa jadi tuh," ujar Caroline, "Atau mungkin Pak Raz itu sebenarnya nikahnya terpaksa, untuk pencitraan doang."

"Bisa jadi tuh, kan selama ini Pak Raz gak pernah tertarik tuh sama body perempuan, mana tau ganteng-ganteng tapi gay," ujar Desti.

"Iya, masih ingatkan kejadian setahun yang lalu saat sekertaris Pak Bryan mengoda Pak Raz yang tengah menunggu kedatangan Pak Bryan di ruangannya," ujar Caroline.

"Goda gimana?" tanya Veve.

"Itu tuh si Lia, seketaris Pak Bryan yang sekarang digantikan Kia. Dengan gilanya telanjang bulat di depan Pak Raz dan gilanya lagi Pak Raz sama sekali gak melirik. Malah lari keluar dari ruang Pak Bryan," cerita Caroline.

"Kok kalian bisa tau kejadian itu?" tanya Veve.

"Gimana kita gak tau, kalau sekertaris Pak Bryan yang satunya lagi mulutnya meluber kemana-mana," ujar Desti.

"Hmm... apakah kalian dibayar untuk bergosip? Kalau memang seperti itu, kalian bisa pindah bekerja di stasiun tv yang isinya gosip-gosip," ujar Claudia, "Dan kamu, Veve! Kamu bisa ke ruangan saya untuk mengambil pekerjaan yang kamu tinggalkan hari Jumat kemarin."

"Iya, Bu," ujar Veve.

"Itu kamu selesaikan hari ini, saya mau besok pagi sudah ada di meja saya!"

"Baik, Bu," ujar Veve.

"Bagus, tetap ikuti perintah gue. Atau status lo akan terbongkar," ujar Claudia.

"Banyak banget kerjaanmu, Ve!" ujar Caroline berjengit kaget.

"Ah... ini kan karena hari Jumat aku gak masuk," ujar Veve.

"Aduh, Ve. Kalau ada Vivi nih, pasti Vivi bakalan ngomel-ngomel sambil banting itu kertas-kertas di meja Bu Claudia," ujar Desti yang baru datang.

"Ah .. tidak ada salahnya kita mengerjakan berkas-berkas ini bukan?" ujar Veve.

"Kasian kamu, Ve. Harusnya hari ini ada Vivi," ucap Caroline.

"Aku tak mungkin selamanya mengandalkan Vivi bukan? Aku harus bisa berdiri sendiri," ujar Veve.

"Iya juga sih," ucap Caroline.

"Ya sudah, aku kerja dulu ya," ucap Veve.

"Iya, Ve," ujar Desti.

***

"Ve, kamu ke kantin bareng kita aja daripada makan sendirian," ujar Caroline.

"Ah...  gak papa, aku biasa sendirian kok," ujar Veve.

"Mana enak sih, Ve? Mending gabung sama kita  aja," ujar Desti.

"Hmm... okelah," ujar Veve.

***

Three Month Laters

"Aduh... Pak Raz setelah menikah tambah ganteng ya," ujar Caroline.

"Move on, Car! Sudah punya istri itu," ujar Desti.

"Kok bisa bertambah ganteng?" tanya Veve sambil menaikan sebelah alisnya "Aku baru tau ada seseorang yang bisa bertambah ganteng hanya dalam beberapa hari."

"Kamu gak lihat tadi, Ve. Pak Raz senyum ke meja kita, huaa... padahal biasanya gak pernah senyum. Lalu pakaian yang digunakan hari ini beneran beda dari biasanya, hari ini pakaiannya terlihat lebih serasi. Gak seperti biasanya, jasnya biru, kemejanya merah, dasinya kuning," jabar Caroline.

"Aneh kamu, Car. Hanya karena Pak Raz senyum gitu aja kamu bilang tambah ganteng," ujar Desti.

"Biarin, suka-suka akulah," ucap Caroline.

"Aku berencana keluar dari kantor," ucap Veve.

"Kenapa?" tanya Caroline.

"Mau membuka toko cup cake dia," ujar Vivi.

"Wah... kamu bisa buat cup cake, Ve?" tanya Desti antusias.

"Bisa, kalian mau coba?" tawar Veve.

"Boleh kalau gak merepotkan," ujar Caroline.

"Besok aku bawain ya, kalian akan jadi testerku berikutnya setelah Vivi, keluarga, dan sahabatku," ujar Veve.

"Wah... Veve pasti pintar masak nih," ucap Caroline.

"Aku gak bisa masak makanan, hehe.... Hanya bisa buat cake," ujar Veve.

"Kok bisa begitu?" tanya Caroline.

"Ceritanya sangat panjang," jawab Veve.

"Yuk, kita kembali. Jam istirahat sudah mau selesai," ucap Vivi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro