Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1.4 Lantai 2 : "Kematian" Baam, rencana pembalasan dan masa depan

Setelah menimbulkan masalah pada Khun dan Baam. Al memilih untuk bersembunyi dan menghindari Khun setiap saat. Beberapa kali ia hampir tertangkap karena sang bluenette sangatlah licik dan jenius. Untung saja dia memiliki banyak barang aneh, sehingga dirinya selalu aman.

Lagipula, Khun seharusnya berterima kasih. Ia selalu memberikan banyak informasi mengenai penguji, Rachel, bahkan pertemuan mencurigakan di antara mereka. Meski Al sendiri tidak tahu apa. Tapi intuisinya berkata, jika itu adalah hal tidak baik.

Semakin hari, suasana Al semakin tidak menentu. Seolah sesuatu datang menganggu hingga ia tidak bisa tidur nyenyak.

Hanya saja, Al tidak begitu mengerti apa yang akan terjadi. Dia hanya tahu, jika bintik kuning itu akan melakukan sesuatu dan membuat masalah.

Benar saja, ketika Khun mengusulkan untuk ujian ulang. Penguji menyetujui dengan cepat. Dari sanalah Al tahu jika sesuatu akan terjadi pada Baam.

Lagipula, Rachel dan Baam benar-benar di tempatkan di tempat yang sama.

Aduh, itu mencari mati.

Al ingin mencegah, bertindak dan melakukan segala cara agar hal buruk tidak terjadi. Sayang, meski Khun dan Al mencoba segala cara demi membujuk Baam agar hati-hati.

Pada akhirnya, ia tidak bisa menghentikan takdir.

—Kita... Terlalu lemah.

Mendengar jika Ratu Gobby mulai menarik para umpan, Shine keluar dari Lighthouse nya untuk menghampiri mereka. Namun saat sampai disana, bukan hanya Shine tapi juga semua Regular yang mengikuti ujian dan sedang berada disana dibuat heran karena hanya melihat Rachel saja yang keluar dari dalam Ratu Gobby.

Khun dengan masih bersikap tenang menanyakan dimana Baam dan apa yang terjadi, dan jawaban dari isak tangis gadis kuning itu membuat mereka semua terkejut.

Rachel mengatakan jika Baam telah tenggelam karena diserang oleh seekor Banteng.

!!!

Shine yang berdiri sedikit di belakang kerumunan melihat dengan jelas bagaimana perubahan emosi Khun yang tercetak diwajahnya. Ia sangat terpukul dan mata birunya memancarkan kesedihan yang sangat mendalam. Shine yang hanya sekedar teman sekaligus pengagum saja sangat kehilangan sosok Baam, apalagi jika itu Khun yang selalu bersama sang Brunette hampir setiap saat. Ingin hati tidak percaya dengan kenyataan tapi Baam tenggelam di dalam arus Shinsu yang sangat kuat yang mana untuk seukuran Ranker pun akan sangat berbahaya jika sampai tenggelam, bahkan disana juga ada seekor Banteng. Jadi jika hanya seorang Regular, sekuat apapun Regular itu masih sangat mustahil untuk bisa bertahan dan selamat dari keadaan seperti itu.

Padahal selama ujian berlangsung semuanya berjalan dengan lancar meskipun tadinya ada masalah di tim pencari Shibisu, Endorsi dan Anaak. Shine sendiri juga tidak pernah mengendurkan penjagaannya untuk mengawasi rekan yang lain karena Khun sudah disibukkan untuk mengatur strategi dan memimpin jalannya ujian. Namun ternyata justru masalah besarnya datang di pihak umpan yang ada didalam gelembung Shinsu yang mana mereka tidak bisa mengawasi secara langsung dan mengakibatkan insiden yang menimpa Baam.

Merasakan atmosfir suram yang menyedihkan, Shine menggigit bibirnya hingga berdarah untuk menahan tangis meskipun mata violetnya sudah berkaca-kaca.

..Baam... mati??

Tak lama kemudian para staff datang untuk membawa Rachel dengan tandu, dan para Regular yang lainnya diperintahkan untuk kembali karena ujian nya telah berakhir.

Melihat keributan di depannya, Al hanya bisa menghela napas pasrah. Meski dirinya ingin menolong. Itu akan sulit dan hanya akan menambah masalah besar terhadap dirinya. Lagipula, melawan organisasi sebesar itu dengan hanya dirinya sendiri adalah bunuh diri. Meskipun dia bisa "menipu" tapi sampai kapan?

Gadis merah Hwaryun pasti akan segera menemukannya jika dia lengah. Terkadang, Al ingin mengutuk pengguna supernatural seperti itu. Mencegah dirinya sendiri untuk tidak ketahuan oleh Hwaryun saja sulit. Apalagi membantu Baam keluar. Mungkin ia akan berakhir dieksploitasi.

Maaf, Baam. Aku tidak bisa membantumu saat ini. Al berkata dalam hati seraya melihat timnya sendiri tengah berduka atas kehilangan Baam.

Al merasa dilema, ia ingin mengatakan jika Baam tidak mati dan diculik oleh FUG. Namun, meskipun dia mengatakannya terus apa? Itu hanya akan membuat nyawa mereka terancam. Karena ia bisa yakin jika FUG membuat seluruh tim Baam menjadi tawanan agar sang brunette mengikuti perintah mereka.

Sungguh tercela.

Dan yang lebih tercela, si bintik kuning kurang ajar. Al ingin sekali membunuhnya—

Tapi sepertinya akan sulit karena takdir si bintik kuning itu cukup kuat.

Hmm, meski begitu... Membuatnya benar-benar cacat tidak masalah bukan? Heheh mari kita tambahkan dengan mimpi buruk, di mana setiap malam si kuning jahat itu akan bermimpi di dorong oleh Baam ke jurang hingga tubuhnya tercabik-cabik oleh shinsu hingga tak tersisa.

Menggenggam video di mana Rachel mendorong Baam di tangan. Tatapannya tertuju pada Khun dan Shine secara bergantian. Haruskah dia membagikan informasi ini?

Setelah kembali dari lokasi ujian, Shine dengan linglung berjalan pergi ke kamarnya. Dan ketika sudah sampai, ia langsung melemparkan diri di kasur, lalu menyembunyikan wajahnya di bantal dan mulai menangis.

Perasaan sakit karena kehilangan yang Shine rasakan saat ini sungguh berbeda dengan yang sering dialaminya dulu. Dan ia merasa sangat tidak berdaya. Bahkan untuk menghibur Khun saja dia tidak mampu.

Melihat Khun yang memilih untuk berjalan ke arah Rachel dan mengatakan sesuatu. Al memutuskan untuk mundur terlebih dahulu. Dia masih kesal, lagipula tidak ada gunanya pergi ke arah Khun jika sang bluenette masih ingin menyelidiki si pirang.

Berjalan-jalan sejenak untuk menenangkan emosi, ia menyadari jika tidak menemukan Shine di mana pun.

Ah, mungkin kembali ke kamarnya?

Berdiri di depan kamar Shine, Al pun mengetuk pintu.

Mendengar pintu kamarnya diketuk. Shine terkejut. Lalu dengan perlahan Shine berjalan mendekati pintu dan mengecek lebih dulu siapa yang ada didepan kamarnya melalui kamare intercom didepannya.

Itu Al!

Dengan terburu-buru Shine merapikan penampilannya yang kacau karena habis menangis sebelum membuka pintu kamar.

"Ada apa?"

Melihat wajah Shine yang masih memerah seolah baru saja menangis. Al mengehela napas dalam-dalam. "Ada yang ingin aku bicarakan, bisakah aku masuk?"

".... Ya"

Shine mempersilahkan Al untuk masuk.

Al duduk di tepi kasur dengan cukup canggung, wajar saja Shine meski berusaha untuk terlihat tegar. Ia bisa melihat jika si perak masih berusaha untuk menahan tangis.

Jadi, Al meraih sapu tangan dan menjulurkannya ke wajah Shine untuk menghapus sisa air mata dalam diam.

Shine terkesiap dengan perlakuan Al tiba-tiba.

"... Apa yang kau lakukan?"

"Patuhlah sebentar." Al masih menyeka air mata Shine. Namun, karena tangisan tertahan. Air mata itu kembali mengalir. Membuat Al memasang wajah sedih dan menangkup kedua tangannya di pipi Shine.

"Shine, kau tidak sedih sendirian. Aku juga tidak terima dengan kepergian Baam." Bisiknya lembut, menyatukan kedua kening mereka seraya menutup mata.

Air mata Shine semakin deras setelah mendengar perkataan Al. Memundurkan diri, lalu ia menutup wajahnya dengan tangan dan mulai menangis kembali diiringi dengan isakan yang semakin kencang.

"Shine..." Al berbisik lembut, menunjukkan ekspresi tak berdaya.

Lalu ia membawa Shine ke pelukannya, mengelus punggung si perak dengan lembut.

Setelah menunggu beberapa saat tetapi Shine tak kunjung menghentikan tangis. Al meraih wajah Shine untuk menatapnya.

Menatap ekspresi Shine yang begitu menyedihkan, Al menjadi tidak tega. Dia juga tidak tahu mengapa ia malah maju mendekat dan mencium air mata si perak di sudut mata.

"Tenanglah dulu, aku punya kabar baik."

Shine mengangguk dan dengan patuh mulai menghentikan tangisnya meskipun masih sedikit terisak.

Al menghapus air mata Shine dengan ibu jarinya, lalu sekali lagi mencium kelopak matanya lembut.

Setelah Shine dirasa tenang. Al meraih gadgetnya dan memutar sebuah video. Di mana Baam di dorong oleh Rachel di tebing.

Shine membulatkan matanya saat melihat video yang ditunjukkan oleh Al.

"I-ini.. apa ini? Al, apa ini sungguhan?" Tanya Shine sambil menatap tidak percaya Al

"Ya, aku selalu merasakan firasat buruk. Jadi, aku dengan hati-hati membiarkan salah satu lalat transparan mengikuti Baam dan Rachel. Inilah yang sebenarnya terjadi..." Al berkata dengan penyesalan.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah mereka berteman dekat? Bahkan saat setelah ujian Hide & Seek Baam sampai memperlakukan dia selembut itu. Tapi kenapa... "

Shine sungguh tidak menyangka akan kebenaran yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Gadis itu tega mengkhianati Baam hingga mencoba membunuhnya. Apalagi dengan kenyataan Baam yang bersikap sangat baik pada gadis itu.

Al menggelengkan kepala tidak setuju. "Sejak awal gadis itu tidak pernah memiliki niat baik. Sepertinya dia sengaja mendekati Baam sebelum memasuki menara, seolah menghipnotis Baam agar tergantung padanya dan memanipulasi agar Baam mengikutinya ke dalam Menara untuk rencana besarnya."

"Dari awal aku melihatnya, sosoknya sudah sangat menjijikan. Aku sempat ingin menyelamatkan Baam. Tapi... Aku sendiri tidak akan bisa mengubah apapun..."

"Aku merasa menyesal..."

Shine menundukkan kepala. Ia juga merasa sangat putus asa karena tidak bisa melakukan apapun, bahkan dirinya pun tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa kau sudah mengatakannya pada Khun?"

"Belum, tadi aku melihat Khun sedang berbicara dengan Rachel. Aku rasa dia juga curiga hanya tidak memiliki bukti." Al menghela napas lelah, ia menggenggam tangan Shine lembut.

"Dengarkan aku, ini adalah rahasia tapi Baam. Dia belum mati. Jadi, jangan terlalu sedih ok?"

Spontan Shine langsung menatap Al.

Shine maju mendekat pada Al dan melontarkan banyak pertanyaan sekaligus.

"Kau serius? Jadi dia masih hidup? Apa dia baik-baik saja? Dimana dia sekarang?"

"Itu masalahnya, kita terlalu lemah. Bahkan aku... Tidak bisa membawanya pergi, lawan kita terlalu kuat. Maaf." Al menundukkan kepala.

Shine memeluk Al.

"Kamu tidak perlu minta maaf. Hanya mendengar bahwa Baam masih hidup saja sudah cukup untuk sekarang. Itu membuatku merasa lega. Terima kasih."

Al mengeratkan pelukan Shine dan menolak untuk melepasnya. Menikmati kehangatan di hatinya yang sedang bergejolak penuh rasa penyesalan.

"Apakah kau tahu FUG?"

"FUG? Aku tidak pernah mendengarnya."

Al entah kenapa menginginkan Shine untuk duduk dipangkunya. Tapi segera ditepis keinginan itu. Pada akhirnya ia melepas pelukan Shine dengan enggan dan mulai menjelaskan perihal FUG, perjanjian penguji dan Rachel. Serta beberapa kemungkinan di mana seluruh tim Baam akan dijadikan ancaman untuk membuat sang brunette patuh.

"Mereka sangat berbahaya. Bukan hanya Baam tapi teman-teman yang lain juga dalam bahaya." Shine menggenggam tangan Al sambil sedikit bergetar.

Lalu ia menatap Al dengan ekspresi khawatir.

"Al, apakah tidak ada yang bisa kita lakukan?"

"Sayang sekali tidak, FUG adalah organisasi besar. Bahkan Jahad saja kesulitan melawan. Reguler pemula seperti kita bisa apa?" Al mendesah dalam penyesalan.

"Tapi, aku yakin Baam tidak akan terkurung selamanya dengan FUG. Di masa depan, jika dia sudah menjadi sosok yang kuat. Aku yakin dia akan bebas dan kembali pada kita. Untuk itu, kita hanya bisa menunggu dan membuat diri kita menjadi lebih kuat untuk setara dengannya."

Shine mengangguk lalu menyandarkan kepalanya dipundak Al.

Menjadi lebih kuat kah...

Shine merenung, untuk temannya yang lain mungkin mereka bisa menjadi lebih kuat dan setara dengan Baam tapi ia merasa tidak percaya diri untuk bisa seperti itu. Ya itu tidak masalah. Apapun itu ia akan berusaha untuk berguna bahkan jika perlu ia akan mengorbankan dirinya sendiri.

Menghela nafas lelah, Shine hanya bisa berharap kelak Baam akan kembali dalam keadaan baik-baik saja.

"Ada apa? Kenapa aku merasa kau telah memikirkan sesuatu yang berbahaya?" Al melirik Shine dengan tatapan tanya.

"Hm? Tidak, aku hanya sedang memikirkan bagaimana keadaan Baam sekarang disana... dan juga Khun." jawab Shine tanpa menoleh pada si biru.

"Jika kau bertindak sembrono, aku pasti akan mengikat jiwamu. Berhati-hatilah." Canda Al sambil mencolek pipi Shine gemas.

Shine tersenyum. Jantungnya berdetak cepat dengan perasaan yang menghangat. Ini pertama kalinya ada yang mengkhawatirkan dirinya meskipun Al mengatakannya dengan bercanda.

"Mm.. aku akan berhati-hati."

"Hm, aku akan menyiapkan banyak hal untuk melindungimu kalau begitu. Aku tak ingin kau terluka." Al tersenyum cerah.

"Oh ya, haruskah kita memberi tahu Khun masalah Baam?"

"Itu harus. Setidaknya dengan informasi ini bisa membuat Khun lebih tenang dan juga lebih waspada pada Rachel."

"Aku tahu, tapi mengingat itu Khun. Demi Baam, aku rasa dia akan mengajak Rachel bersamanya. Bukan dengan tujuan baik, tapi untuk mengawasinya demi tidak menghancurkan yang lain." Al menghela napas lelah.

Ia memutar pocket di depannya dengan tatapan rumit. "Bahkan, orang selicik Khun sekalipun rela berbuat banyak demi Baam. Tapi sayangnya Baam tidak mengerti dan menghargainya."

"Baam masih terlalu polos. Ya tapi dengan kejadian ini pasti bisa membuat Baam sadar dan berubah."

Memikirkan tentang Baam, Al mengerutkan kening. Ia masih merasa bahwa hal itu tidak mudah.

"Ingin mengunjungi Khun bersama? Untuk berita Baam? Aku pikir dia pasti sedang mengurung diri di kamarnya."

"Baiklah."

Lalu mereka berjalan keluar beriringan menuju kamar Khun. Saat sudah sampai di depan kamar, Shine mengetuk pintu pelan sambil memanggil nama Khun hingga sang Bluenette membukanya.

Al langsung mundur selangkah ketika melihat tatapan Khun yang tidak bersahabat. "Aku tahu kau masih punya dendam, tapi kami kesini karena memiliki informasi mengenai Baam. Jadi, bisakah kita masuk? Sebelum seseorang menguping."

Khun memperhatikan Al dan Shine sejenak sebelum menyuruh mereka masuk.

Di dalam kamar, Shine duduk diam di sebelah Al sambil melihat Khun yang duduk di depan mereka menyilangkan kaki yang di mana itu terkesan angkuh namun juga elegan?

Lalu Khun menyuruh Al untuk langsung saja berbicara ke intinya tanpa basa-basi.

Karena Al juga tidak mau berbicara lebih banyak. Ia segera mengeluarkan i-pad dan memberikannya pada Khun. Itu adalah video di mana Baam didorong oleh Rachel di tepi tebing.

Ekspresi Khun mengeras, ia nampak membeku sejenak lalu memandang Al dengan dingin. "Jelaskan." Titahnya dengan nada memerintah.

Untuk keduanya, Al menceritakan mengenai nasib Baam, keburukan Rachel dan yang terakhir FUG.

Shine disisi lain tidak bersuara dan hanya memperhatikan pembicaraan antara Al dan Khun.

"Alcase huh? Kau cukup mirip denganku, sehingga aku sangat tidak menyukaimu. Tapi, aku masih ingin tahu. Untuk apa orang sepertimu berbuat jauh seperti ini? Apa yang ingin kau dapatkan dari ku?" Khun bertanya sambil menatap Al dengan penuh penyelidikan.

Al terkekeh. "Jika aku hanya ingin melihat kau dan Baam menaiki menara bersama sebagai tim. Apakah kau akan percaya?"

Khun menyilangkan tangan di dada. "Apa kau pikir aku bodoh?"

Al menoleh ke arah Shine. "Lihat, dia tidak percaya padaku. Apa yang harus aku jawab?"

Setelah melihat Al, Shine lalu beralih menatap Khun tepat dimata biru nya.

"A-ano.. Khun, sebenarnya kami benar-benar tidak ada niat lain selain hanya ingin kalian menaiki menara bersama. Baam sudah seperti cahaya di dalam tim dan kita semua berteman baik juga karena Baam bukan? Lalu saat cahaya itu direnggut dengan paksa, tentu kami juga merasa kehilangan. Dan kami hanya ingin membantu karena Baam juga adalah teman baik kami." Ucap Shine panjang lebar berusaha menyakinkan Khun bahwa mereka memang tidak ada niat terselubung.

"Kau boleh tidak percaya padaku. Tapi apa yang aku bagikan itu nyata. Katakan saja ini demi Baam. Kita tidak bisa membiarkan pengorbanannya menjadi boneka FUG sia-sia bukan? Di masa depan dia akan kembali. Sampai saat itu. Kita harus menjadi kuat."

Al kemudian menyeringai jahat. "Aku juga menyiapkan sesuatu yang bagus untuk bintik kuning."

Melihat Al yang menyeringai, Shine merinding karena merasakan niat jahat yang terpancar dari si biru.

"Apa yang kau rencanakan, Al?"

"Bukankah si bintik sial itu pura-pura kakinya lumpuh? Buat saja dia lumpuh sepenuhnya. Aku punya man—maksudku 'racun'nya. Aku yakin tidak ada seorang pun yang bisa menyembuhkannya bahkan FUG heheh."

Shine menatap Al ngeri lalu melirik Khun yang juga menyeringai seolah setuju dengan rencana Al.

Mereka terlihat lebih menakutkan dari FUG.

Khun melirik dua anggota timnya dengan banyak pikiran yang berkecamuk. Dirinya masih menyalahkan diri akibat kehilangan Baam. Informasi yang dia terima dari Alcase. Sungguh membuka matanya, intuisinya mengenai wanita kuning itu tidak salah.

Benar-benar pembawa bencana.

Dan yang lebih membuatnya kesal adalah fakta bahwa dia tidak bisa berbuat apapun karena lemah.

Menatap layar video dengan lekat. Khun melirik Al yang berbincang dengan Shine. Ekspresinya cukup santai tidak terkesan malas dan acuh seperti yang selalu dia (Al) kenakan di luar.

Akting? Mana sifat asli Al? Hmm...

Otak Khun mulai berpikir lagi, meski dia masih skeptis tentang bagaimana cara Alcase mendapat video. Mengingat bahwa dirinya pernah dijebak hingga melekat pada Baam dan tak bisa lepas.

Khun rasa Al memiliki banyak rahasia tersembunyi. Untuk saat ini karena banyak informasi yang didapat. Putuskan untuk menerimanya tapi jangan kehilangan kewaspadaan.

Dengan itu, ketiganya berbincang sejenak sebelum pamit.

TBC

9 Feb 2025

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro