Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1.3 Lantai 2 : Mengunci Baam dan Khun bersama

Bermalas-malasan di tempat tidur, Al merasa tidak nyaman. Ia telah mengerjakan semua editan video, bahkan menontonnya selama beberapa jam. Namun, hal itu sama sekali tidak memengaruhi perasaan negatif yang terus merayap di hatinya.

Di benaknya, selalu terlintas sosok teman sekelas pirang Hoh.

Mungkin itu sugesti yang dipelajari dari metafisika. Namun, meski Al tahu ada masalah dengan Hoh. Dia tidak tahu itu apa. Lagipula, dia bukan ibunya yang bisa meramal dan melihat masa depan sekilas.

Dia hanya tahu jika Hoh sedang dimanipulasi oleh seseorang dan akan membuat masalah. Dengan sikap pemalas Al, tentunya ia tidak menghentikan apapun. Toh, Al merasa bahwa dirinya tidak akan dirugikan.

Haruskah ia memasang kamera lalat transparan untuk berjaga-jaga?

Al menghela napas berat, ia merasa menyesal telah mempelajari metafisika. Intuisinya menjadi tidak stabil dan dilanda berbagai macam emosi menyebalkan. Dia hanya ingin mencari hal menarik, bukan mendapat masalah.

Tuhan tahu jika Al paling membenci masalah.

Berguling-guling di atas tempat tidur dengan perasaan gelisah. Al pun jatuh tertidur, hingga keesokan harinya dia berkumpul dengan Regular lain untuk menjalankan ujian.

Karena pesertanya cukup banyak, tim dibagi menjadi 2. Kebetulan, ia mendapat satu tim dengan Khun. Hanya saja, ia mendadak lesu karena Khun dan Baam tidak satu tim. Hey! Al tidak keberatan tidak satu tim dengan Khun.

Baam ayo ganti posisi tim. Al berseru dalam hati. Meski tahu itu mustahil.

Setelah menjelaskan aturan ujian. Permainan Hide and Seek pun dimulai.

Karena tidak ingin mendapat masalah, Al berlari ke tempat sepi. Ia sempat melirik ke arah Reguler lain yang ikut berpencar.

Haruskah ia menggunakan mantra transparan dan tidur?

Al merasa ide itu begitu brilian sehingga ia bisa bermalas-malasan.

Setelah ujian tim A dimulai, Shine mendekat pada Baam untuk duduk di sebelahnya. Mereka berdua menonton pertandingan di layar proyeksi yang disediakan sambil sesekali berbincang. Tiba-tiba punggung Shine merinding, merasakan hawa dingin yang menusuk seperti tatapan membunuh dari seseorang. Seketika Shine melihat sekeliling namun tidak ada yang mencurigakan dan semua nya terlihat baik-baik saja. Dan tanpa Shine sadari ada sepasang mata menatap penuh kebencian kearah mereka, atau lebih tepatnya kearah Baam.

Shine mencoba mengenyahkan pikiran negatif nya dan memutuskan kembali fokus menonton pertandingan bersama Baam. Beberapa waktu kemudian pertandingan tim A pun berakhir namun mereka kalah padahal di awal ujian tim mereka lancar lancar saja bahkan Khun sempat berhasil menipu sang Ranker. Shine khawatir bagaimana keadaan Khun, karena untuk pertama kalinya ia melihat jika tim yang dipimpin oleh Khun kalah. Belum sempat bertemu, tim B sudah dikoordinasikan untuk bersiap dan masuk ke arena ujian.

Shine lansung masuk kedalam Lighthouse nya untuk membantu memberikan informasi kepada rekan tim nya, sebelumnya ia sempat melihat Baam yang diseret oleh Endorsi dan itu membuat Shine sangat tidak senang namun ia tidak berani melawan Putri Zahard itu.

Shine sangat fokus memantau Baam yang ikut bersama Endorsi dan tiga Regular lainnya, tanpa menyadari kalau koneksinya dengan Light Bearer yang lain sudah terputus. Tiba-tiba ia mendengar kegaduhan ditempat Baam. Seperti suara pertarungan? Shine bertanya apa yang terjadi namun koneksinya terputus begitu saja, sepertinya Lighthouse yang ia gunakan untuk memantau mereka telah dirusak, pasti itu ulah si Putri Zahard. Shine menggeram marah dengan Putri bar-bar itu dan mengomel sendiri dengan berbagai kata-kata mutiara tentang Endorsi.

Shine mengotak-atik keyboard di depannya dan mencoba menghubungi rekan timnya yang lain untuk menanyakan situasi namun tidak ada yang menjawab. Bahkan ia juga tidak bisa menghubungi Light Bearer yang lain. Karena kesal, Shine akhirnya keluar dari Lighthouse nya dan berjalan menyusuri lorong gelap sendiri.

Setelah berjalan sekitar kurang lebih tiga puluh menit, tidak jauh dari tempatnya ia mendengar suara yang sangat familiar. Itu suara Baam. Shine berlari menghampiri suara tersebut. Ketika sampai, ia terkejut dengan pemandangan yang ada didepannya. Ia melihat Baam sedang memeluk tubuh pingsan seorang gadis dan ada tubuh Regular lain yang terluka dengan pisau yang masih tertancap di dadanya. Tak lama kemudian suara pemberitahuan ujian telah berakhir terdengar.

Ketika ujian berakhir bagi tim nya, Al sebenarnya cukup merasa bersalah. Karena dia benar-benar bersembunyi tanpa melakukan apapun meski ia tahu bisa menang. Awalnya, ia tidak peduli karena dirinya tidak ingin memperlihatkan keunggulannya pada orang lain. Namun, saat melihat ekspresi Khun. Al sedikit menyesal karena tidak sungguh-sungguh.

Yasudah, semuanya sudah terlanjur. Al juga merasa meski mereka kalah. Masih ada harapan untuk maju ke depannya. Hanya saja, sejak tadi ia merasa tidak nyaman. Seolah sesuatu merangkak ke kepalanya dan membuatnya merinding.

Intuisinya berkata, akan terjadi hal yang sangat buruk.

Benar saja!

Ternyata teman sekelasnya benar-benar meninggal.

Al memperhatikan Hoh lalu menghela napas panjang. Intuisinya tidak salah—

Ah?

Ketika ia melihat Baam menunjukkan ekspresi sedih dan khawatir pada seorang gadis pirang. Indigo Al terbelalak sampai ia tidak sengaja terjatuh ke kursi dengan tangan bergetar.

Astaga apa itu? Aura hitam pekat penuh kebencian yang menjijikan ibarat lumpur yang merangkak seolah ingin melilit semua orang.

WTF! Ini pertama kalinya dia melihat seseorang yang begitu menjijikan. Seketika Al menahan diri untuk tidak muntah di tempat.

F*ck, kenapa Baam bisa kenal wanita seperti itu?!

Manusia normal jika tidak terlalu memiliki kebencian, itu tidak akan terlihat. Tapi ini...hampir menelan sekeliling dengan lumpur hitam, menjerat orang-orang di sekitarnya agar membuatnya bersinar.

Ini—

Haruskah ia membunuhnya?

Itu terlalu berbahaya —

Lupakan, untuk saat ini. Mari kita lihat apa yang wanita iblis itu rencanakan.

Hari-hari berjalan sangat lambat dengan suasana suram menyelimuti mereka semua. Bahkan sekarang atensi Baam lebih banyak tertuju pada gadis yang bernama Rachel itu. Apalagi dengan fakta bahwa gadis itu tidak mampu berjalan lagi karena luka yang disebabkan oleh Hoh.

Di kantin, Shine duduk sendiri sedikit lebih jauh dari tempat teman-teman nya yang lain berada. Ia hanya ingin memperhatikan dari kejauhan. Benar saja, interaksi antara Baam dan Khun seperti sebelumnya mulai jarang terjadi karena keberadaan gadis itu menarik semua perhatian Baam dan membuat Khun lebih menjaga jarak diantara mereka berdua.

Ini tidak bagus. Shine tidak suka melihat Baam yang begitu ceria saat berbicara dengan gadis itu. Siapa dia? Apa hubungan mereka?

Pada akhirnya, Shine hanya bisa bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Menyebalkan bukan?" Al yang tiba-tiba datang berkata seraya duduk di sebelah Shine. Indigo-nya menatap Rachel dengan jijik dan sekali lagi menahan diri untuk tidak mual.

"Aku dengar, Rachel itu adalah orang yang Baam kejar sehingga dia datang ke Menara. Tapi gadis itu tidak biasa. Kau juga harus berhati-hati. Dia orang yang jahat."

Membuka bungkusan camilan di atas meja, ia menawari Shine beberapa dan mulai berbicara tentang informasi Rachel. Beserta minimnya interaksi Baam dan Khun.

"Haruskan kita berbuat sesuatu?"

"Berbuat sesuatu seperti apa?" Tanya Shine sambil memakan cemilan yang Al bawa

"Mungkin kita bisa memanggil mereka untuk bicara? Baam mudah, tapi kalau Khun apakah dia akan pergi? Aku hanya ingin mereka punya waktu berdua meski cuma sebentar. Aku tidak tahan dengan eskpresi Khun."

Al menghena napas berat seraya mengambil kotak minuman dan menyedotnya.

"Aku rasa jika tanpa alasan yang jelas dan masuk akal, Khun tidak akan mungkin mau."

Al kemudian menyeringai lebar. "Bilang saja padanya, jika aku memiliki hadiah menarik tentang Rachel."

Shine menatap Al.

"Hadiah? Yah Aku tidak terlalu mengerti. Tapi sepertinya layak untuk dicoba"

Al mendekatkan wajahnya pada telinga Shine dan berbisik. "Aku tidak sengaja menemukan bahwa Rachel pernah membuat kontak dengan Yu Hansung."

"Hm? Lalu apa yang aneh dengan itu? Bisa saja mereka sedang membicarakan tentang ujian."

Mendengar pertanyaan Shine, Al tertegun. Tidak menyangka jika teman satunya itu begitu naif. "Apa kau pikir, seorang peserta bisa bertemu dengan penguji semudah itu? Apalagi mereka seperti membicarakan sesuatu yang serius dan secara sembunyi-sembunyi. Aku ingin mengetahui lebih jauh, tapi gadis berambut merah di sana seolah melihat kamera tersembunyi hingga aku mundur."

Al menghela napas lelah. "Pasti mereka memiliki sebuah perjanjian tertentu. Aku penasaran, dan firasat ku berkata itu bukan hal yang baik."

Shine hanya mengamati sambil mendengarkan keluhan dari Al. Al sangat banyak bicara ketika membicarakan sesuatu yang bersangkutan dengan Baam dan juga Khun. Tapi alasan Al memang masuk akal, tidak mungkin seorang Regular bisa semudah itu untuk bertemu dan berbicara empat mata jika bukan karena urusan yang memang penting.

"Baiklah, aku mengerti. Tapi jika seorang pengawas juga terlibat. Aku tidak yakin kita bisa melakukan sesuatu untuk mencegah jika ada hal buruk."

"Setidaknya kita bisa bersiap bukan?" Al tersenyum dan hendak mengambil camilan lain. Sayang, seseorang benar-benar memanggil Shine untuk bergabung dengan kelompok Baam dan Khun. Sehingga Al memutuskan untuk berdiri dan mundur untuk pergi ke tempat lain.

"Kita akan melanjutkan percakapan lewat pocket." Al menepuk bahu Shine dan meninggalkan kantin sendirian.

Shine diam menatap kepergian Al lalu dengan enggan melangkah kearah meja mereka dan duduk di salah satu kursi yang masih kosong.

Shine hanya diam memperhatikan teman-temannya berbicara dan hanya akan membuka suara jika ditanyai pendapat saja. Shine menatap tidak nyaman Khun yang lebih sering diam dan sibuk dengan pocket nya dan Baam yang hanya memperhatikan gadis disebelahnya. Hingga mereka membubarkan diri untuk kembali ke aktivitas masing-masing.

Al mengirim pesan pada Shine.

[Bagaimana rencananya? Apakah kau akan bicara dengan Baam atau Khun?]

Mendengar pocketnya berbunyi, Shine langsung mengecek nya. Oh ternyata itu pesan dari Al.

[Kau menyuruh ku untuk berbicara pada salah satu diantara mereka?]

[Ya, aku dengan baik hati membiarkanmu memilih.] Balas Al dalam sepersekian detik.

[etto.. karena aku sekelas dengan Khun dan lebih sering berbicara dengannya. Mungkin aku akan mencoba berbicara dengannya]

[Oh, kalau begitu sampaikan saja jika kau punya info menarik mengenai Rachel. Bila kau kesulitan untuk meyakinkannya. Aku akan berbicara dengan Baam.]

[Baiklah. Saat aku bertemu dengannya akan ku sampaikan]

Mendapat kepastian Shine, Al pun mulai menjalankan rencananya. Baam adalah tipe pemuda polos dan baik hati, ketika dia meminta sesuatu pasti dia akan datang hehe.

Seperti yang dia duga, ketika Al melambai pada sang brunette dan berkata ingin belajar teknik wave controller dengan lebih baik darinya. Baam terlihat canggung dan malu. Namun, atas persuasi dari Al. Baam akhirnya mengangguk dan setuju untuk datang nanti malam ke aula kecil bekas diadakannya pesta kecil Shibisu.

Disisi lain, Shine yang sedang berjalan di koridor bertemu dengan Khun (sengaja) lalu menyapa si biru. Ia dengan ragu meminta Khun untuk bertemu dengannya nanti malam di aula karena ada hal penting yang ingin Shine bicarakan dengannya.

Khun merasa curiga namun ketika Shine mengatakan ini ada hubungannya dengan Rachel, dengan terpaksa Khun menerima ajakan Shine walau masih dengan ekspresi menyelidik.

[Aku sudah berhasil mengajak Baam, bagaimana denganmu?]

Al mengirim pesan.

[Ya. Khun juga setuju meskipun dia terlihat terpaksa]

[Bagus, kau ada di mana? Aku akan membagikan detail rencananya padamu.]

[Baiklah. Aku baru sampai kamar. Kamu bisa datang kemari]

Tak lama kemudian, Al mengetuk pintu kamar Shine lalu masuk ke dalam setelah si perak membuka pintu.

"Rencananya, ketika mereka berdua sampai di aula kecil. Aku akan melempar mantra pengunci. Jadi, mereka tak akan bisa keluar dalam 2 jam. Karena ini mantra buatanku, hanya aku yang bisa menonaktifkannya."

"Apa kau yakin semua akan baik-baik saja?." Tanya Shine yang masih terlihat ragu

"Tentu saja, lagipula mereka benar-benar membutuhkan waktu berdua." Al menyeringai kecil.

Shine memperhatikan Al lalu menghela nafas pasrah.

"Baiklah."

Sesuai rencana, Al bersama Shine menunggu di samping ruang aula seraya menggunakan mantra transparan. Sehingga tidak ada yang bisa melihat mereka.

Tidak lama kemudian, Baam datang bersama Khun dan memasuki aula.

Al menyeringai lalu melempar mantra kertas ke gagang pintu. Praktis mengunci Baam dan Khun di dalam.

Ia kemudian mengajak Shine untuk duduk di kursi seraya menyalakan kamera pengawas yang memperlihatkan kondisi Baam dan Khun. Dua orang itu terlihat diam, seolah canggung.

"Tsk, lihat setelah lama tidak berinteraksi. Mereka terlihat canggung."

Shine diam memperhatikan layar di depannya. Terlihat Baam dan Khun yang seperti berusaha mengubah suasana canggung diantara mereka dengan obrolan kecil sedikit demi sedikit.

Shine sudah cukup senang melihatnya, setidaknya mereka memiliki momen untuk bertatap muka berdua tanpa ada yang mengganggu meskipun interaksi keduanya masih jauh berbeda dari sebelumnya.

Al menyangga dagu di atas meja, merenung. "Haruskah aku melempar mantra pelekat? Supaya mereka berpelukan? Hmm..." Gumamnya seraya memainkan beberapa kertas mantra di atas meja.

Shine yang mendengar itu langsung menatap Al yang berada disebelahnya.

"Itu ide bagus! Tapi aku tidak ingin kena imbas nya jika ketahuan."

"Ini mantra simpel kok, seperti ini." Al merobek salah satu kertas mantra, membuat tubuhnya dan Shine bergerak untuk mendekat lalu saling memeluk.

"Lihat, ini tidak berbahaya bukan?" Bisiknya di telinga Shine.

Shine mencengkram pakaian Al sambil menundukkan kepala dipundak si biru.

"Ya... t-tapi kamu tidak harus menunjukkannya di sini.." ucap Shine lirih.

"Aku hanya memberi contoh," Al tertawa lalu menonaktifkan mantra sehingga tubuh mereka bisa kembali normal.

"Baiklah, ayo selipkan mantranya ke celah pintu." Al meniup kertas mantra yang tiba-tiba melayang dan masuk ke celah pintu ibarat sihir.

"Oh~ siapkan kamera!"

Shine memfokuskan pengelihatannya karena ia tidak ingin ketinggalan adegan manis.

Sementara itu, di aula.

Saat Khun pertama kali masuk ke dalam dan tidak menemukan siapapun selain Baam. Dia sudah merasa bahwa semua ini hanyalah jebakan. Mengingat perkataan Shine yang akan memberinya informasi mengenai Rachel, ia terpaksa datang karena selalu merasa ada yang salah dengan wanita pirang itu.

Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa orang seperti Shine benar-benar menipunya. Ah, Khun ingat jika Baam juga telah diajak oleh Alcase untuk datang.

Heh, jadi ini ulah Alcase?

Khun mendecakkan lidahnya kesal. Sudah tidak nyaman karena ia tidak memiliki informasi apapun seperti Alcase. Namun, saat Baam berkata bahwa Alcase bukanlah Khun. Khun sedikit skeptis. Gen tidak pernah berbohong, setidaknya meski Alcase tidak menyandang nama "Khun". Pemuda itu pasti memiliki seorang "Khun" di garis keluarganya.

Makanya, ia cukup waspada.

Akan tetapi, sifat Alcase yang cukup pemalas seperti Laure dan mementingkan tidur daripada bersosialisasi. Membuat dirinya lengah.

Sebelum Khun berencana untuk membalas Alcase, tiba-tiba tubuhnya seolah ditarik sesuatu hingga ia jatuh ke dalam pelukan Baam.

Baam disisi lain juga terkejut karena tiba-tiba ia memeluk Khun.

"M-maaf tuan Khun, tubuhku bergerak sendiri. Aku tidak tau kenapa, tapi aku tidak bisa melepaskannya."

Baam panik.

Khun mengerutkan kening, ia mencoba menjauh namun tubuhnya tidak bisa digerakkan.

"Mantra? Tapi bagaimana —sial. Kau pasti akan membayar!" Khun mengutuk seraya berusaha melepaskan diri.

Merasakan kedua tangan Baam di pinggangnya, telah membuat wajahnya sedikit memanas. Apalagi saat nafas Baam berhembus di telinga. Ini tidak baik.

Sial, Khun telah meremehkan mereka.

Tapi, untuk apa dua orang itu melakukan hal aneh seperti ini?!

Mengerjainya?

Baam yang masih panik berusaha melepaskan diri, tidak sengaja ia tersandung membuat keseimbangannya tidak stabil lalu terjatuh dan menimpa Khun. Bahkan ia juga sampai tidak sengaja mencium pipi Khun.

"Aaa... maafkan aku maafkan aku." ucap Baam dengan wajah yang sudah pucat takut jika Khun akan marah.

Khun terkejut, ia membelakakkan mata lalu membuang muka. Berusaha menyembunyikan wajahnya yang merona.

"Tidak apa-apa, ini semua salah mereka. Aku janji akan membuat perhitungan!"

Baam kebingungan.

"Mereka siapa? Apa maksud mu kita dijebak?"

Khun memasang ekspresi tidak senang. "Tentu saja itu Alcase dan Shine. Hanya mereka yang menyuruh kita untuk datang. Bahkan membuang-buang mantra berharga seperti ini untuk lelucon."

Baam benar-benar tidak menyangka jika ia akan dijebak oleh temannya sendiri meskipun dalam artian lain dan dia tidak tau kenapa Al dan Shine melakukan ini.

"... Lalu sekarang kita harus bagaimana?"

"Ayo coba bergerak untuk mendekati pintu dan mencari mereka." Khun berusaha berdiri sambil memeluk pinggang Baam dengan ujung telinga yang memerah.

"Baiklah."

Baam dan Khun berusaha bangkit dan berjalan mendekati pintu namun ternyata pintu itu terkunci.

"Tuan Khun, pintu nya tidak bisa terbuka."

Khun mencoba mengotak-atik pintu dan mengerutkan kening.

"Pintu ini tidak dikunci, tapi tidak bisa dibuka. Apakah mereka menghalangi jalan keluar?"

Baam menatap Khun.

"Haruskah kita mendobraknya?"

"Aku rasa itu percuma. Mengingat kita bahkan tidak bisa saling menjauh. Heh, aku penasaran barang apa saja yang dimiliki mereka." Khun menyeringai setan.

Al yang menonton di luar aula, berkedip lalu tertawa.

Melihat ekspresi Khun dilayar, Shine merinding lalu ia menarik-narik lengan baju Al.

"Al, bukankah kita harus menyudahinya? Khun terlihat menakutkan."

"Hm, memang tapi apakah kau sudah puas melihat interaksi mereka? Kalau aku belum."

Shine menyipitkan matanya menatap Al lalu menghela nafas.

Terserahlah. Jika Khun marah padanya, ia akan mengatakan kalau dirinya dipaksa oleh Al dan akan melimpahkan semua kesalahan kepada Al.

Setelah itu Shine kembali menonton drama yang diperankan oleh Baam dan Khun saat ini.

Maafkan aku Khun, tapi aku juga sebenarnya belum puas mengkonsumsi pemanis dari interaksi kalian berdua.😣

Melihat Shine memutuskan untuk kembali menonton. Al pun mengeluarkan berbagai snack dan minuman di atas meja. Bahkan dia membawa popcorn! Dengan rasa jagung dan barbeque.

Memakan kotak popcorn dengan riang. Al tertawa. "Khun bisa marah semaunya. Jika dia ingin membalas dendam. Lihat saja apa dia bisa menangkap saya hehe."

"Kamu sangat percaya diri." ucap Shine tanpa mengalihkan pandangan dari layar.

"Khun tidak akan membalas dendam di depan publik, itu bukan gayanya. Jadi, selama aku bisa bersembunyi darinya. Aku rasa aman." Lanjut Al seraya mengambil botol minuman rasa buah. Indigo-nya berbinar saat melihat Khun dan Baam yang akhirnya berinteraksi secara normal.

"Lalu bagaimana jika dia bisa menemukanmu?"

"Kau yakin? Aku bisa memakai mantra transparan, atau teleport dan aku masih punya beberapa mantra lain yang cukup menarik heheh." Al menyeringai licik. Ekspresinya hampir mirip dengan Khun ketika memikirkan rencana jahat.

Shine melirik Al sejenak lalu kembali menatap layar proyeksi.

"Aku jadi kasian dengan mereka karena menjadi korban dari pelaku kejahilan sepertimu."

"Kenapa kau seperti berkata jika aku adalah orang jahat."

"Yah, meski jika aku tidak bisa bersembunyi. Mungkin aku akan membayar dengan sejumlah informasi atau blackmail." Gumam Al seraya menatap layar dan hampir memuntahkan minumannya saat dia melihat Khun dan Baam yang terjatuh dan saling mencium. Meski tidak tepat di bibir tapi itu hampir! Di sudut bibir! Ah!

"Hei hei apa kau melihat nya? mereka baru saja berciuman kan, mereka baru saja berciuman kan. Aku tidak salah liat kan." Shine heboh sendiri sambil menggoyang-goyang lengan Al dengan tatapan masih menghadap ke depan.

"Aku melihatnya dan aku juga sudah mengambil foto dan video. Aku akan menunjukkan kemampuan editing ku!" Al berkata seraya merangkul bahu Shine, tersenyum bahagia.

Shine menoleh kepada Al sambil memegang tangan Al yang ada dipundaknya.

"Apa kau tidak keberatan membaginya denganku?"

Menggenggam tangan Shine, Al tersenyum. "Tentu saja."

"Oh, sepertinya kita tidak bisa terus mengurung mereka." Al berkata dengan enggan.

Shine terkekeh.

"Tentu kita harus mengeluarkan mereka. Baiklah, sepertinya pertunjukan sudah cukup sampai sini. Besok tinggal mempersiapkan diri untuk menerima omelan Khun"

"Ya, aku sudah menyimpan informasi tentang iblis kuning itu di kamar Khun. Saatnya melarikan diri." Al tertawa lalu melepas mantra "melekat" pada Khun dan Baam.

"Shine, senang bisa menonton mereka bersama. Aku harap kita bisa melakukan hal ini lain kali. Yah, jika Khun masih bisa tertipu."

Dengan itu, Al segera membuka mantra kunci di pintu kemudian menghilang setelah mengedipkan matanya pada Shine.

"Ah... dia kabur duluan."

Shine menghela nafas lalu mulai mengendap-endap untuk melarikan diri ke kamarnya.

TBC

2 Feb 2025

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro