1.2 Lantai 2 : Pesta dan Mabuk
Keesokan hari nya, pagi-pagi Shibisu sudah heboh sendiri untuk mempersiapkan bebagai hal untuk pesta nanti sore. Ia bahkan menggedor pintu kamar teman nya yang lain yang masih tidur. Shine bahkan menjadi korban kehebohan Shibisu, ia padahal masih ingin bergelung dalam selimut dan bermimpi ria.
Al juga sempat diseret, tetapi ketika ia melihat telah banyak orang yang membantu. Diam-diam ia melarikan diri dengan Laure dan menemukan tempat terpencil untuk tidur.
Tidak lama kemudian, sore pun tiba.
Pesta kecil-kecilan yang diprakarsai oleh Shibisu pun dimulai.
Al melihat betapa meriahnya pesta dan menahan diri untuk tidak melarikan diri dan tidur. Fokus, ia datang kesini demi konten!
Shine hanya duduk diam sambil memperhatikan interaksi antara Baam dan Khun dari dekat namun Endorsi selalu saja mengganggu hingga akhirnya ia berdebat dengan Anaak dan mereka beradu panco. Sedangkan Rak disisi lain mengomel pada Shibisu karena terlalu sedikit menyediakan pisang dan chocobar.
Hari semakin malam dan Shibisu kembali menarik atensi mereka, memberikan ide untuk bermain truth or dare agar pesta nya lebih seru.
Al hampir memilih posisi berbaring saat permainan dimulai. Tapi, ketika ia melihat Baam yang semangat beserta Khun yang menjelaskan aturan main. Al duduk patuh seperti yang lainnya sambil memperhatikan botol yang berputar dan mengarah ke arah Anaak.
Lalu satu persatu dari mereka mulai mendapat giliran, hingga putaran botol mengarah pada Baam dan ia memilih dare. Shibisu berinisiatif lebih dulu untuk mengajukan dare pada Baam.
"Peluk satu orang yang paling berharga menurutmu disini." ucap Shibisu sambil tersenyum jahil.
Baam diam, ia menganggap mereka semua yang ada disana adalah teman berharganya. Tanpa berfikir panjang Baam langsung memeluk Khun yang duduk disebelahnya. Khun yang mendapat pelukan tentu saja terkejut.
"Aku memilih tuan Khun karena dia adalah orang pertama yang mau menerima dan menolongku saat pertama kali masuk menara tapi bagiku kalian semua adalah teman yang paling berharga untukku." Baam tersenyum cerah.
Mendengar alasan Baam, Shibisu mendekat dan ikut memeluk Baam dan Khun dan langsung mendapat jitakan di kepala dari Khun.
Shine yang melihat adegan itu, tentu merasa sangat senang karena mendapat tontonan gratis.
Nice Shibisu!!
Al yang juga menonton, memiliki binaran di indigo-nya dan segera menyimpan adegan lucu nan manis itu ke dalam koleksinya. Dalam hati, ia tertawa bahagia karena disuguhi adegan yang begitu hangat.
Tidak sia-sia dia datang dan menahan diri untuk tidak tidur!
Setelah pelukan singkat, Baam sepertinya enggan melepas Khun dan akhirnya duduk sangat dekat hingga pundak mereka saling menempel.
Ketika pemuda brunette itu memutar botol hingga berhenti di depannya. Al terdiam...
Ini...
Baam masih dengan senyum polosnya, bertanya. "Truth or dare?"
Seketika otak Al terasa macet, jika dia memilih truth dia takut rahasianya terbongkar. Jadi, ia memilih. "Dare."
Mendengarnya Baam tersenyum cerah, ia menyisir sekeliling lalu berkata. "Kalau begitu peluk juga seseorang yang kau hargai. Karena itu sangat nyaman!"
Perkataan Baam tentunya hanya perintah polos karena dia menyukai saat-saat dengan Khun. Hanya saja, bagi Al itu terlalu berat.
Orang yang dia hargai? Siapa? Selain Baam dan Khun itu tidak ada!
Dan dia tidak berani memeluk salah satu di antara mereka. Tidak mungkin!
Melirik ke arah Shine yang masih melihat interaksi Baam dan Khun, Al mendapat ide.
Terserah! Ia jalani saja.
Al pun mendekat ke arah sang perak. Lalu memeluk tubuh ringkih itu ke dalam dekapan lembut.
Eh
Tubuh Shine seketika kaku mendapat pelukan tiba-tiba. tentu saja ia terkejut, tidak pernah dalam hidupnya selama ini mendapat pelukan apalagi dari orang yang tidak terlalu dekat dengan nya.
Setelah Al melepas pelukannya, Shine langsung menggeser duduknya merapat pada Hatz sambil menatap diam Al.
Mendekati Shine sejenak, Al berbisik. "Maaf aku telah seenaknya memeluk. Nanti, aku akan memberimu hadiah permintaan maaf yang setimpal." Nafasnya sengaja berhembus di telinga Shine. Karena Al melirik ke arah Baam yang menatap mereka. Dia tidak memperhatikan ekspresi Shine saat itu.
Setelah itu, Al kembali ke tempat duduknya dan permainan pun dimulai kembali.
Shine menundukkan kepala menyembunyikan wajahnya. Entah kenapa jantungnya berdetak sangat cepat.
Malam semakin larut dan permainan pun telah berakhir. Beberapa dari mereka sudah ada yang kembali ke kamar lalu sebagian masih lanjut untuk minum walaupun sudah mabuk berat dan ada pula yang sudah terkapar dilantai.
Shine berdiri dari duduknya dan mulai berjalan sempoyongan untuk kembali ke kamar, namun ia tidak sengaja menabrak sesuatu lalu terjatuh dan menindih sesuatu tersebut.
"Ah..maaf."
Shine berusaha menahan tubuhnya dengan kedua tangan, karena pandangan Shine kabur, ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang ada dibawahnya.
Sebenarnya, Al tidak begitu ingat apa yang terjadi setelah ia dipaksa minum oleh Hatz.
Dia tidak terlalu menyukai alkohol, bahkan ibunya melarang dia minum karena ia telah melakukan suatu hal?
Al tidak ingat, waktu itu ia hanya bisa melihat ekspresi Ibunya yang aneh serta Ayahnya menepuk bahunya dan berkata untuk tidak mencoba meminum alkohol.
Karena dia tidak terlalu tertarik dan dirinya tidak ingin memiliki Hangover. Sejak itu, Al tidak pernah mencicipi minuman keras.
Setelah sekian tahun, ia kembali mencobanya dan—
Mabuk total!
Al linglung, ia kebingungan tidak bisa membedakan arah bahkan berpikir. Ketika seseorang menabrak, dia bahkan tidak memiliki tenaga dan keduanya tersandung hingga terjatuh berbaring di atas lantai.
Um, Al yang sudah tidak bisa berpikir jernih. Entah kenapa merasa lapar. Mulutnya menelan ludah dengan ekspresi bingung. Mencoba menatap seseorang di depannya tapi tidak bisa menentukan apa—
Um, ia ingin menggigit...
Oh, sepertinya Al juga lapar... Hmm...
Bergumam dengan tidak jelas, Al menangkap pergelangan tangan pemuda di atasnya dan menggigitnya hingga meninggalkan bekas.
Seolah tak puas, Al meraih tubuh yang lebih kurus darinya itu agar berbaring di lantai. Di mana ia bisa menggigit dengan posisi yang lebih menyenangkan.
Oh, ini sangat enak. Tapi kenapa rasanya cukup aneh?
Al yang mabuk berat, menindih tubuh Shine dan menggigit pipi si perak sebelum turun untuk ke arah leher.
Shine mengerang tertahan karena merasakan sakit namun suaranya sangat terdengar ambigu.
Ia ingin menyingkirkan orang diatasnya tapi ia sudah tidak memiliki tenaga lebih karena mabuk bahkan untuk sekedar membuka mata pun Shine sudah tidak kuat. Pada akhirnya, Shine hanya bisa pasrah membiarkan beberapa bagian tubuhnya digigit oleh Al.
Ketika menggigit makanan "lezat" samar-samar Al mendengar suara erangan?
Ia menghentikan aksinya dengan bingung. Benaknya yang sudah lama tidak bisa memproses apapun, pada akhirnya memutuskan untuk berhenti makan karena kantuk. Tapi, karena hal di pelukannya terlalu "enak". Ia membawanya untuk pulang ke kamar.
Mungkin ia bisa menikmatinya lagi besok?
Memangku Shine di pelukannya, dengan langkah gontai dan mata tertutup. Al berjalan pelan ke arah kamarnya. Untung saja insting nya masih ada. Jadi, ia tidak tersesat dan langsung membaringkan tubuhnya dan "makanan lezat" di atas tempat tidur. Menjadikannya guling lalu jatuh tertidur.
Paginya, entah mengapa kali ini Shine merasa tidurnya sangat nyaman lalu Shine semakin merapatkan diri pada guling dan memeluknya. Namun bukan hanya terasa hangat, rasanya guling ini seperti badan seseorang.
??!
Seketika Shine membuka mata dan yang pertama ia lihat adalah dada bidang milik orang lain. Lalu Shine menoleh ke atas dan menemukan jika yang ia kira guling ternyata adalah Al. Shine mencoba melepaskan diri tapi kaki dan pinggang nya ditahan dengan sangat erat oleh Al. Shine memaksa matanya untuk terpejam kembali, berharap jika ini hanyalah mimpi atau halusinasi nya saja.
Bagi orang pemalas seperti Al, bangun pagi adalah hal yang paling tidak ia sukai. Karena itu, dia selalu bangun siang bahkan beberapa kali lupa untuk sarapan.
Untuk kali ini, Al terbangun karena sakit kepala yang membuat telinganya mendengung. Karena tidak bisa melanjutkan tidurnya. Perlahan ia membuka mata, masih dengan tatapan berkabut yang tak fokus.
Mengaduh karena kesakitan, Al menyentuh kepalanya sambil berjanji bahwa dia tidak akan pernah menyentuh alkohol lagi! Pantas saja orang tuanya melarang, ternyata hasilnya seperti ini—
Ketika Al ingin meraba selimut untuk duduk di atas kasur. Tubuhnya menegang.
Akhirnya otak yang sudah tidak berjalan lancar. Kini berhasil memuat proses data hingga membuat Al tercengang di tempat.
Sial! Bukankah orang ini Shine? Kenapa ada di kamarnya?
Karena kepalanya yang masih pusing, Al tidak dapat mengingat satu pun kejadian setelah dia mabuk.
Tapi —
Ketika ia melihat beberapa bekas gigitan di pipi, leher dan lengan si perak. Wajah Al berubah pucat dengan rasa bersalah. Ia kemudian menyibak selimut dan menghela napas lega ketika keduanya masih berpakaian utuh!
Dilihat dari sudut mata Shine yang sepertinya memerah, pasti si perak menangis!
Aah! Jika ibunya masih hidup, Al pasti sudah dipukuli hingga remuk. Sial, berani menyentuh seseorang tanpa izin. Al kamu bajingan.
Alkohol sialan!
Merasa orang disebelahnya sudah bangun, Shine mendudukkan diri dan sedikit menjauh dari Al. Namun ia lebih memilih menoleh kearah lain karena tidak berani menatap Al.
Al menyentuh keningnya yang masih sakit. Lalu memberanikan diri untuk menatap Shine yang terlihat seperti kelinci kecil yang ketakutan.
"Maaf, ketika saya meminum Alkohol sesuatu seperti ini pernah terjadi. Maka dari itu, orang tua saya melarang saya meminumnya. Hanya saja, karena saya tidak ingat waktu itu. Saya tidak mengerti kenapa dilarang. Mereka tidak memberitahu saya. Tapi, sekarang saya akhirnya mengerti. Ini sangat menakutkan bukan? Sekali lagi. Aku minta maaf." Al berkata dengan tulus.
"..Hm" gumam Shine sambil mengangguk.
"Sekali lagi maaf." Al benar-benar menundukan kepalanya dengan wajah bersalah.
Ia kemudian mengambil sesuatu dari cincin penyimpanan miliknya. Sebuah botol krim yang berbau harum seperti lavender.
"Maukah kau mengizinkan aku merawat luka gigitan? Dengan krim ini semuanya akan menghilang. Lagipula, tidak nyaman untuk dilihat orang lain 'kan?"
Dengan ragu-ragu Shine menatap Al.
"... Ya" lalu Shine menggeser lebih mendekat pada si pemuda biru.
Tersenyum senang akan jawaban Shine, Al pun membuka botol tersebut lalu mulai mengolesi setiap bekas gigitan di tubuh si perak. Mulai dari pipi, leher, pergelangan tangan—
Semakin Al mengoles krim, senyumnya berubah menjadi terdistorsi. Aduh, apa yang dilakukannya! Karena tadi dia melihat sekilas, Al berpikir jika hanya ada 3 bekas!
Tapi itu salah! Ada juga yang cukup tersembunyi seperti di belakang telinga, di tulang selangka dan tengkuk!
Dia semakin merasa bersalah dan menyesal, rasanya seperti telah menodai sesuatu yang suci.
Untung saja krim ini sangat ajaib hingga bekas luka langsung hilang.
Shine hanya diam tanpa berbicara apapun sambil menunggu Al selesai mengobatinya.
Dadanya kembali berdetak dengan sangat cepat. Ini aneh, apa dia sakit? Atau karena mabuk semalam? Namun Shine memilih mengabaikan saja.
Saat Al mulai mengoleskan salep di tengkuk nya, Shine tidak sengaja bersuara.
Ugh
Shine langsung menutup mulutnya dengan tangan.
Al berkedip, terlihat khawatir. "Apakah itu sakit? Maaf."
Gerakan sang bluenette menjadi lebih lembut dan hati-hati. Sampai akhirnya semua luka yang terlihat menghilang, Al akhirnya mengehela napas lega.
Sebenarnya ia masih ingin mengecek tempat lain yang tertutup pakaian, namun Al berpikir. Dia tidak sebajingan itu untuk meninggalkan bekas gigitan di sana kan? 'kan?
"Untukmu." Al memberikan botol krim itu pada Shine.
Seketika, suasana menjadi canggung. Al yang tidak terlalu suka bersosialisasi mendadak bingung untuk memulai pembicaraan.
Teringat pada suatu hal, Al ingat bahwa Shine sepertinya melarangnya untuk menyukai Baam dan Khun. Penasaran, ia pun memilih bertanya.
"Apakah kau menyukai Baam dan Khun?"
"... emm, suka. Tapi aku menyukai ketika mereka bersama. Mereka terlihat sangat lucu." Shine tersenyum
Indigo Al berkilat dengan sedikit kegembiraan. Oh, menarik. Orang yang memiliki hobi yang sama?
Ibunya pernah berkata kalau mereka bisa disebut, oh ya! Fanboy!
"Kalau begitu sebagai permintaan maaf. Aku akan memberikan salinan koleksi favorit saya. Lihat." Al mengeluarkan gadget bulat yang kemudian bersinar sampai mengeluarkan layar transparan beserta keyboardnya.
Mengetik beberapa hal dengan cepat. Layar beralih pada video saat pesta kemarin. Di mana Baam dan Khun duduk berdampingan, saling bercakap bahagia hingga adegan Baam yang memeluk Khun.
"Wah~ kau merekam adegan mereka semalam? Tapi ini... " Shine melirik Al dengan tatapan aneh. Ia merasa ini sama saja tindakan ilegal untuk mengambil foto atau video tanpa izin.
"Kau berpikir itu ilegal? Lalu bagaimana dengan paparazi? Mereka juga sering mengambil video tanpa izin dan tidak pernah mendapat sanksi yang berat. Lagipula tidak seperti mereka. Aku hanya menyimpannya untuk diriku sendiri. Bagaimana menurutmu?"
"Ah.. y-ya kurasa itu tidak masalah?" Shine mengalihkan wajahnya ke samping.
Kenapa Al bisa tau apa yang dia pikirkan? Apa dia cenayang?
Al memperhatikan ekspresi Shine lalu tertawa. "Tidak aku bukan cenayang, hanya saja ekspresi mu sangat mudah terbaca."
Shine terkejut. Al bisa membaca pikirannya lagi. Apa memang sejelas itu?. Lalu Shine menutup wajahnya yang sudah merah karena malu.
Al merasa bahwa pemuda di depannya terlihat sangat lucu. Bukankah ini hampir mirip dengan kepolosan Baam? Yah, meski Shine sepertinya lebih pemalu dari Baam.
"Jadi, apakah ingin berteman? Demi bersatunya Baam dan Khun serta mengabadikan momen mereka. Ayo bekerja sama!" Al mengajak Shine dengan antusias.
Shine mengintip Al dari balik jemari nya.
"... B-baiklah"
Al memiringkan kepalanya, menatap Shine dengan perasaan rumit. Dia memang telah melecehkan pemuda di depannya tadi malam. Tapi itu karena alkohol dia tidak sengaja.
"Apakah, kamu takut pada ku?"
"Eh.. k-ku rasa tidak,.. mungkin" jawab Shine dengan nada paling pelan diakhir. Lalu Shine menunduk sambil memainkan jemarinya.
"...."
Al mengehela napas tak berdaya, ia menangkup pipi Shine agar melihat tepat ke matanya.
"Apakah kau benar-benar tidak takut? Aku sangat menyesal karena telah menyakiti mu. Tapi aku berjanji, aku tidak akan melakukan hal yang tidak kau sukai lagi ya?"
"Tidak ku sukai?" Shine bertanya sambil memiringkan kepala.
"Ya, seperti hal yang kulakukan kemarin. Bukankah itu membuatmu takut? Saya merasa telah menjadi bajingan yang mengambil kepolosannmu. Tapi percayalah, saya tidak melakukan itu dengan sengaja. Dan jika saya menawarkan sesuatu seperti ayo berteman. Jika kamu tidak nyaman dan takut. Kau bisa menolaknya. Aku tidak keberatan." Jelas Al dengan ekspresi prihatin. Mau bagaimana lagi, bukankah pemuda di depannya terlalu pasif? Apakah ada sesuatu yang bisa membuatnya aktif dan mengubah moodnya menjadi bahagia? Al kembali merenung.
"Aku senang kok kamu mau berteman dengan ku. Terima kasih." Shine tersenyum dengan menunjukkan deretan giginya. Perasaannya menghangat.
Mendengar jawaban Shine, Al tersenyum lega. "Syukurlah, aku tidak ingin memaksamu lagi. Lagipula, aku sendiri bukan tipe yang suka bersosialisasi. Aku ingin berteman karena kita memiliki hobi yang sama."
Al kemudian menggenggam lengan Shine lembut seraya meletakan gadget miliknya ke telapak tangan teman barunya. "Aku akan memberikannya untukmu, jadi kau bisa melihat banyak koleksi Baam dan Khun. Jika ada yang baru, aku juga akan segera mengirimkannya padamu."
"Apa kau yakin memberikan ini pada ku?" Shine menatap benda yang diberikan Al
"Ya, aku memiliki banyak barang seperti itu. Peninggalan ibuku. Tidak usah khawatir." Al nampak berpikir sejenak lalu bertanya. "Apakah kau mau beberapa kertas mantra untuk perlindungan? Aku bisa membuatnya untukmu. Lagipula sebentar lagi sepertinya akan diadakan ujian."
"Ah, kurasa tidak usah. Lagi pula aku seorang Light bearer. Aku tidak akan bertarung langsung."
Al nampak berpikir sejenak lalu memberikan 3 kertas kuning dengan pola aneh pada Shine. "Simpan saja, ini untuk perlindungan. Kita tidak tahu jika suatu saat akan berapa dalam bahaya bukan?"
"Anggap saja ini sebagai permintaan maaf, saya masih merasa bersalah padamu."
Shine melihat kertas mantra itu lalu menatap Al.
"Apa ini juga termasuk untuk melindungi ku darimu?"
"Ya, kau hanya tinggal merobek/melemparkannya dan itu akan memantulkan segala jenis serangan." Al kemudian menyeringai kecil. "Dengan ini kau tidak perlu takut lagi padaku 'kan?"
"Tapi aku tadi hanya bercanda."
Al tertawa. "Tidak masalah, selama itu membuatmu nyaman. Jika kau menginginkannya lagi, kau bisa memintanya. Aku akan membuatnya untukmu kapan saja, sebagai sesama penggemar Baam dan Khun." Al mengedipkan matanya pada Shine.
"Sesama penggemar Baam dan Khun kah.., hm terdengar bagus."
Lalu Shine berdiri dan mulai melangkah kearah pintu.
"Baiklah, kalau begitu aku akan kembali. Sampai jumpa."
"Sampai jumpa," Al melambai dengan senyum. Ketika pintu tertutup, ia berbaring di atas tempat tidur dengan ekspresi tenggelam. Pemuda Shine itu, pasti tidak memiliki perjalanan hidup yang baik. Baiklah, sebagai sesama penggemar Al akan memperlakukan nya dengan sangat baik!
Sampai dikamar, Shine meletakkan barang-barang yang diberikan oleh Al diatas meja. Memandangi sejenak lalu tersenyum hangat. Ia tidak menyangka akan berteman akrab dengan Al meskipun itu karena mereka sama-sama menyukai kebersamaan Baam dan Khun. Ia berharap selain dengan Al, ia juga ingin hubungan nya dengan teman-teman yang lain akan bertahan lama dan baik-baik saja. Setelah itu, Shine berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri lalu akan pergi ke kantin untuk sarapan.
Sesampainya di kantin, ternyata sudah lumayan ramai. Shibisu yang melihat Shine baru datang langsung memanggil Shine dan memintanya untuk bergabung. Selesai memesan makanan, Shine pun ikut duduk bersama mereka.
Kebersamaan mereka penuh canda tawa apalagi dengan kekonyolan Shibisu yang menggangu dimata Hatz dan juga Rak yang tidak bisa diam. Sedangkan Endorsi dan Anaak lebih banyak berdebat dan Lauroe yang selalu tidur dimanapun dan kapanpun. Baam dan Khun sendiri seperti biasa interaksi diantara mereka selalu manis dan lucu.
Hingga datang pengawas ke area kantin. Tuan Lero ro menyuruh mereka untuk datang ke aula setelah sarapan karena akan ada pengumuman tentang ujian selanjutnya. Setelah Tuan Lero pergi, kami kembali menyelesaikan sarapan lalu pergi ke aula bersama-sama.
Suasana ramai di kantin, Al tidak begitu ingin terlibat. Ia memilih duduk di pojokan seperti biasa. Menjadi penonton yang melihat kebersamaan Baam dan Khun seraya menyimpan momen keduanya. Ketika kamera tidak sengaja bergerak ke arah Shine. Al tersenyum, merasa senang karena Shine sudah kembali normal dan tidak pendiam seperti kemarin.
Lagipula meski ia sudah meminta maaf, Al masih merasa menyesal.
Namun, suasana berubah menjadi berat ketika Lero Ro datang dan mengajak mereka ke aula.
Ah, ujian akhirnya tiba bukan? Momen kebahagiaan sebentar lagi akan sirna. Apalagi Al merasakan firasat buruk. Ia tidak menyukainya. Apakah teman sekelas pirangnya akan membuat masalah?
Al merenung, seraya mendengarkan penjelasan ujian yang akan diadakan lusa.
TBC
26 Jan 2025
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro