Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

VML31: Balapan Liar

DI DALAM mobil Velin hanya memandang keadaan luar dari jendela mobil. Kegelapan di luar sana ditambah jalan raya yang sepi membuat Velin merasa takut dan juga gugup.

Untuk apa Alfar membawanya ke tempat sepi seperti ini. Rasa takut Velin semakin menjadi-jadi, dia menoleh ke arah Alfar dan bertanya.

"Sebenarnya kita mau kemana?"

"Nanti lo juga tau," jawab Alfar dengan nada misterius itu lagi.

"Kamu jangan macam-macam ya Al." Pikiran Velin melayang jauh memikirkan hal yang semakin membuatnya takut. "Kalo kamu macam-macam, aku akan benci banget sama kamu."

Alfar tersenyum misterius lalu menoleh sekilas ke arahnya. "Lo nggak akan benci sama gue tapi lo akan benci seseorang."

"Seseorang?"

Pertanyaan Velin hanya dibalas senyuman oleh Alfar. Dia tidak menjawab apapun.

Alfar memberhentikan mobilnya, di sisi jalan. Lalu samar-samar, Velin mendengar kebisingin dari luar. Dan tepat saat Velin menoleh ternyata di luar sudah banyak orang berkumpul membentuk kerumunan. Semuanya memakai pakaian hitam dengan jaket kulit. Dan para gadis-gadis di sana bersorak-sorai.

Velin mencoba berpikir, memikirkan apa yang sedang mereka semua lakukan padahal ini tengah malam? Dan untuk apa Devin disini?

Sisi pintu Velin terbuka. Alfar menundukkan kepalanya, "Ayo Vel Keluar."

"Apa maksud ini semua. Kenapa kamu bawa aku kesini?" Velin bertanya, perasaan Velin jadi semakin takut.

"Karena Devin ada disini," Alfar menjawab lalu menarik tangan Velin pelan. "Ayo Vel."

"Tempat apa ini?" Jantung Velin berdegup dengan kencang sembari bertanya. Dia takut, takut jika hal yang terlintas di pikirannya adalah benar. Tidak mungkin ini tempat balapan liar kan.

"Arena balapan liar."

Jantung Velin yang dari tadi berdegup kencang karena ketakutan, seketika langsung berhenti berdetak mendengar jawaban yang mengalir dari mulut Alfar.

Mulut Velin terbuka lebar, terlalu shock mendapat jawaban itu. Setelah cukup lama Velin menatap kosong ke arah Alfar.

Akhirnya Velin mengeluarkan suaranya.

"Kamu bercanda?" Suara Velin terdengar gemetar. Nggak mungkin Devin ada disini.

"Gue nggak bercanda." Raut Alfar yang menunjukan tidak ada kebohongan di wajahnya membuat Velin seperti dipukul palu tepat di kepalanya beberapa kali.

Jadi Devin ikut Balapan liar?

●●●●

Para peserta adu balap sudah memposisikan diri mereka masing masing di arena. Para penonton berdiri di kanan-kiri jalan sembari bersorak-sorai. Ada lima orang yang menjadi peserta, dua orang diantara itu adalah Devin dan Bara.

Devin menoleh ke sebelah, tepat posisi mobil Bara. Di balik kaca gelap mobil, Devin yakin jika Bara sedang tersenyum miring di sana.

"Kalian sudah siap?" Seseorang perempuan dengan rambut sebahu berseru sembari memegang bendera di tangannya. Perempuan itu berdiri di hadapan para peserta adu balap.

Para peserta mengenggas sedikit menimbulkan suara raungan kecil.

Dan saat perempuan itu mengibarkan benderanya, bertepatan dengan teriakannya "mulai". Suara mobil seketika menderu kencang dan melesat dari garis start. Melewati perempuan yang berdiri dihadapan mereka.

Devin terus menginjak pedal gas mobilnya, semakin membuat mobil itu melaju cepat meninggalkan peserta lain di belakang.

Dari kaca spion Devin bisa melihat mobil Bara berada tepat di belakangnya tidak terlalu jauh.

●●●●

Sorak sorai para penonton makin menjadi-jadi saat melihat mobil Devin semakin mendekat ke arah garis finish. Para pendukung Devin itu tidak berhenti-henti menyebutkan namanya, bahkan ketiga sahabatnya sudah bersiap dengan kamera di tangannya. Memotret Devin seperti biasa.

Ketika mobil Devin berhasil melewati garis finish, Eza memotret Devin dengan kamera di tangannya. Mobil Devin berhenti, seluruh pendukung Devin langsung merubunginya.

Mereka semua terus menerus bersorak-sorai menyebut nama Devin. Dan setelah semua pendukung Devin mengucapkan selamat padanya, dia langsung keluar dari kerumunan mereka.

Kemudian tepat saat itu, Devin yang baru saja keluar dari kerumunan. Langsung mendapat tamparan di pipinya, kepala Devin sampai berpaling ke belakang.

Devin terkejut lantas menatap orang yang menamparnya. Dan seketika matanya terbelalak.

"Aku nggak tahu ternyata kamu suka ikut balapan liar Dev. Aku kira kamu nggak suka, tapi ternyata..."

Devin masih terlalu shock melihat Velin yang ternyata perempuan yang berdiri di hadapannya, perempuan itu menggeleng-gelengkan kepalanya seperti tidak percaya.

"Kamu tahu kalau aku benci sama balapan. Tapi kamu malah ikutin hal ginian."

Sorot tidak percaya bercampur kesedihan membuat Devin tertegun, dia yakin Velin akan membencinya dan juga menjauhinya.

"Aku kecewa sama kamu, Dev."

Hati Devin semakin gusar ketika kata-kata itu keluar dari mulut Velin.

Perempuan itu lalu berlari, Devin sempat mengejarnya tapi kala melihat Velin masuk ke dalam mobil yang sangat familiar baginya, membuat kakinya berhenti mengejar. Dia sangat tahu mobil siapa itu.

Mobil Alfar.

Jadi Alfar yang membawa Velin kesini.

●●●●

Pandangannya kosong saat menatap pintu gerbang rumahnya. Velin hanya berdiri diam seperti patung. Dia memang berdiri di sini tapi pikirannya entah kemana. Rasanya sangat sakit saat orang yang  dipercayai ternyata yang menghancurkan kepercayaan itu.

Anggaplah Velin terlalu berlebihan hanya karena Devin mengikuti hal itu. Namun, semua orang tidak tahu seberapa Velin trauma dengan kata balapan. Kakaknya hampir masuk penjara karena balapan. Tangan kiri Vier sempat patah walaupun sudah sembuh. Dan juga keluarganya hampir bangkrut karena Vier ikut balapan.

Semua kenangannya dulu membuat Velin takut, tapi kenapa Devin harus seperti Kak Vier dulu. Velin takut, dia takut Devin akan mengalami hal seperti kakaknya. Dia tidak ingin Devin terluka.

Wajah Pak Rahmat mengintip di balik lubang pintu gerbang, raut mukanya sangat menunjukkan kekhawatiran. Dia tahu pasti kakak dan ibunya mencemaskannya. Velin bergerak ke arah pintu gerbang, memberikan kunci yang terbawa olehnya.

Kemudian Pak Rahmat membuka pintu gerbangnya, saat itulah Velin bisa melihat Vier yang berdiri di dekat pintu utama. Wajah Kak Vier memang datar tapi Velin tahu, kakaknya itu sedang menahan marah.

Velin sudah berdiri di depan pintu, lalu hendak memutar handel pintu jika saja tangan Kak Vier tidak memegang tangannya. 

"Habis kemana kamu?" tanya Vier wajahnya sangat datar saat bertanya.

Velin hanya menunduk, pikirannya masih kemana-mana membuatnya sulit untuk menjawab.

"Kalau ditanya jawab, Vel." Vier berkata keras. "Bunda nggak pernah ngajarin kamu keluar tengah malam seperti ini."

Melihat Velin yang terus menunduk dan diam, Vier ingin berkata lagi namun terhenti saat pintu rumah terbuka dari dalam, menampakkan Shinta.

"Astaga Velin, kamu dari mana sayang? Bunda khawatir sama kamu." Tanpa perlu Shinta mengucapkan itu, juga Velin sudah tahu. Wajah Bundanya sangat terlihat cemas.

"Bunda sampai menelpon Tante Lisa tadi, bertanya apa Devin ada di rumah, tapi ternyata Devin nggak ada di rumah." Shinta memegang pipi anaknya. "Kamu pergi bareng Devin?"

Tubuh Velin menegang mendengar pertanyaan terakhir bundanya.

"Bun, Velin mau ke kamar, Velin ngan--"

"Nggak sebelum kamu ngejelasin habis kemana kamu?" Vier langsung memotong ucapan Velin. Wajahnya sudah menunjukkan kemarahan sekarang.

Shinta menoleh ke arah Vier, memperingatkan. Lalu matanya melembut, menatap Velin. "Ya udah kamu ke atas, lalu tidur. Tapi janji besok kamu harus ngejelasin ke Bunda."

"Bun," Vier langsung ingin menyela tetapi Shinta menoleh lagi ke arahnya, memperingatkan.

"Vier!"

Velin memilih membiarkan kak Vier yang masih terus ingin mengatakan sesuatu. Ia berjalan ke arah tangga. Velin tidak tahu apakah besok ia bisa menjelaskannya.

To Be Continue
  (3 Juli 2017)

●●●●

Di vote ya setelah baca
makasih🙏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro