Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3

Sakura tak lagi memahami dirinya. Ia pikir, ia merasa bahagia setelah mendapat kenikmatan berbeda yang tak pernah diberikan sang suami olehnya.

Namun kenikmatan itu hanyalah semu belaka. Ketika sesi bercinta selesai dan ia membayar lelaki itu, seketika ia tenggelam dalam rasa takut sekaligus bersalah yang tak sepadan dengan kenikmatan sesaat itu.

Ia merasa takut jika orang-orang mengetahuinya dan reputasinya tercemar. Terlebih dengan budaya patriarki yang mengutamakan kaum pria dan bahkan memaklumi jika seorang pria memutuskan 'jajan' tetapi tidak sebaliknya.

Apakah ia tak lagi mencintai sang suami hingga tega mengkhianati lelaki yang tetap setia padanya meski lelaki itu bisa saja sesekali mencicipi tubuh wanita lain? Sebaliknya, ia mencintai lelaki itu hingga merasa bersalah atas sebuah keputusannya.

Perjalanan pulang terasa begitu lama karena ia sibuk bergumul dengan dirinya sendiri mengenai apa yang seharusnya ia lakukan. Ia bahkan sengaja melewati jalan lain yang memerlukan waktu tempuh lebih lama ketimbang biasanya.

Bagaimana ia menghadapi Sasuke nanti? Bagaimana kalau lelaki itu entah bagaimana mengetahui apa yang baru saja ia lakukan? Bahkan probabilitas 0,00001% sekalipun tetap merupakan sebuah probabilitas.

Ia menyadari jika ia harus berani menerima konsekuensi dari segala tindakannya tanpa berniat untuk mengelak. Ia harus mempersiapkan diri menerima amarah sang suami yang kecewa dan merasa terkhianati seandainya lelaki itu sampai mengetahuinya.

.
.

'Kau perlu inovasi. Bisa-bisa istrimu bosan dan berselingkuh, Teme.'

Begitulah ucapan Naruto yang terus terngiang di benak Sasuke. Ia tak pernah memikirkannya selama ini, namun kini ia mulai terpikir setelah Naruto mengatakannya.

Bagaimana kalau Sakura berselingkuh? Sebagai laki-laki tentu saja harga dirinya terkoyak. Ia merasa marah karena apa yang menjadi miliknya malah dicicipi lelaki lain.

Namun di sisi lain, ia menyadari bahwa Sakura bukanlah aset belaka, melainkan seorang manusia yang juga memiliki perasaan. Perempuan itu bisa saja merasa tidak puas dan ia harus memperhatikan hal itu.

Maka, meski ia merasa risih dengan beberapa gaya bercinta yang menurutnya aneh dan gila, ia memutuskan untuk mencoba gaya yang tidak terlalu aneh baginya dengan sang istri.

Ia begitu tak sabar untuk tiba di rumah dan segera mencumbu sang istri dan barangkali mendapati reaksi puas dari wanita itu. Kebetuan selama tiga hari ke depan, putri semata wayang mereka sedang menginap bersama pihak sekolah sehingga rumah hanya milik mereka berdua.

Ia melangkahkan kaki menuju pintu setelah memarkirkan mobilnya di garasi dan segera masuk ke dalam ruangan. Ia mendapati sang istri sudah menunggunya dengan rambut tergerai yang memperlihatkan leher mulusnya serta memakai pakaian yang sedikit lebih terbuka ketimbang biasanya.

Wanita itu juga memakai riasan wajah lengkap layaknya ketika akan menghadiri sebuah pesta, berikut dengan parfum, membuatnya merasa heran.

"Aku pulang," ucap Sasuke seraya mendekati sang istri. Ia menghirup aroma floral yang menguar dari tubuh istrinya.

"Ah, Sasuke-kun," sapa Sakura seraya tersenyum tipis.

Sasuke merasa heran karena Sakura bahkan tak memakai riasan wajah setebal ini ketika akan pergi bekerja. Namun wanita itu membuatnya tergoda dan ia menahan diri untuk tidak mencium istrinya sekarang.

"Ada apa denganmu? Tak biasanya kau begini," ujar Sasuke seraya menatap mata sang istri.

Ia tak tahu jika jantung Sakura berdebar keras ketika mendengar ucapannya. Sesungguhnya ia sengaja berpenampilan begini untuk menggoda sang suami sekaligus menebus rasa bersalahnya. Reaksi Sasuke membuatnya khawatir jika lelaki itu mengetahuinya.

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin menyambutmu dengan penampilan begini sesekali," sahut Sakura tanpa menatap mata Sasuke.

"Kau membuatku terkejut."

Sasuke segera berlalu setelah mengatakan hal itu dan berniat menuju kamarnya. Ia merasa lelah dan ingin segera mandi, tetapi Sakura malah mengikutinya dan ia segera menoleh pada istrinya.

"Hn?"

Sakura hanya diam dan menatap suaminya. Dalam hati ia merasa begitu bersalah pada suaminya dan memutuskan untuk membiarkan lelaki itu menikmati tubuhnya malam ini. Terlebih lagi saat ini adalah momen yang pas karena tidak ada putrinya yang biasa harus diajak berinteraksi sepulang kerja.

Ia menyentuh pinggang Sasuke dan memeluknya serta memberanikan diri untuk mengecup bibir suaminya. Ia harus bersikap lebih agresif kali ini dan mengatur jalannya 'permainan' demi kenikmatannya.

Yah, ia tidak berharap Sasuke akan sehebat Gaku soal teknik bercinta. Namun setidaknya mereka bisa mencoba posisi lain selain misionaris, posisi yang terus dipraktekan Sasuke setiap bercinta, membuatnya bosan setengah mati.

Sasuke merasa terkejut akan reaksi istrinya. Ia bahkan tak sempat membalas ciuman itu dan wajahnya sedikit memerah. Namun ia segera memalingkan wajah dan menyentuh telapak tangan istrinya dengan lembut.

"Kau menginginkannya, hn?"

Sakura menganggukan kepala meski sesungguhnya ia tak begitu ingin bercinta. Ia mendapati suaminya tersenyum tipis dan mengusapkan ibu jarinya pada telapak tangan wanita itu.

"Tunggulah. Aku ingin mandi."

"Aku ingin ikut bersamamu."

Sesaat Sasuke membulatkan mata dan terdiam. Ia beraksi sesudahnya, "Kubilang aku ingin mandi."

"Aku tahu," ucap Sakura.

Sasuke mengernyitkan dahi, "Untuk apa kau ikut? Ingin melihatku mandi?"

Sakura merasa suaminya terlalu kolot. Bercinta tidak hanya di tempat tidur saja, bahkan bisa dilakukan di kamar mandi atau bahkan di tempat terbuka.

Ada posisi seks yang sangat ingin dicoba Sakura sejak lama, yakni bercinta di dalam air. Ia membayangkan pasti akan menyenangkan merasakan kehangatan air di antara tubuh mereka yang terasa menggelitik. Air akan membilas keringat mereka dan tidak membuatnya merasa 'kotor' karena berkeringat.

Sakura melepaskan sentuhannya dan memegang pinggang Sasuke serta setengah mendorong lelaki itu agar berjalan mengikutinya menuju kamar tidur. Lelaki itu jelas terlihat bingung, namun membiarkan Sakura mengajaknya pergi ke kamar.

Wanita itu menutup pintu dan Sasuke berhenti melangkah. Ia menatap istrinya lekat-lekat sebelum menepuk puncak kepala sang istri dengan lembut seraya tersenyum tipis, "Kau begitu tidak sabar, hn?"

Sentuhan sang suami membuat emosi Sakura mulai berkecamuk. Setelah bercinta dengan Gaku, ia menyadari jika sang suami memiliki satu hal yang tak akan didapatinya dari pelacur. Lelaki itu memiliki sentuhan lembut yang terasa nyata karena lelaki itu melakukannya dengan tulus, bukan sekedar pura-pura demi sejumlah uang.

"Bagaimana denganmu?"

Sasuke menyeringai tipis dan melepaskan sentuhannya. Lelaki itu tak menjawab, namun dari seringaiannya Sakura tahu bahwa suaminya juga berniat melakukannya.

Lelaki itu berjalan menuju kamar mandi dan Sakura segera menahan pintu serta masuk ke dalam. Sasuke merasa benar-benar heran, namun ia membiarkan istrinya ikut masuk meski ia merasa sedikit risih karena harus melepaskan pakaian sedangkan istrinya menatapnya.

Ia mungkin aneh, namun ia merasa malu ketika harus telanjang selain ketika bercinta. Bahkan awalnya ia tersipu saat pertama kali bercinta dan memperlihatkan area pribadinya pada sang istri.

Sasuke berusaha menahan rasa malu dengan berpura-pura baik-baik saja dan mulai melepaskan satu persatu pakaiannya, mulai dari kancing kemeja. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing terakhirnya, Sakura segera mendekat dan berkata, "Ingin kubantu?"

"Aku bisa sendiri," tolak Sasuke.

Sakura tak menghiraukan suaminya dan ia segera menyentuh kancing itu serta melepaskannya dan meletakkan kemeja itu di atas wastafel. Kemudian ia mengajak lelaki itu menuju area shower dan sedikit mendorong lelaki itu ke tembok.

Untuk kali ini, ia terkesan seperti perempuan agresif yang mendominasi pasangannya. Ia merasa malu melakukannya karena ia sangat jarang begini, tetapi Sasuke tak terlihat keberatan kali ini.

Ia mendongak dan sedikit berjinjit serta mencium bibir suaminya serta mulai melepaskan ikat pinggang lelaki itu, lalu kancing celana panjang dan seleting.

Di tahap ini, Sasuke sudah menyadari apa tujuan istrinya dan ia membalas ciuman wanita itu, merasa kelembutan bibir beraroma ceri. Ia memeluk istrinya dengan erat dan merasakan gundukan empuk yang sejak awal tak tertutup bra itu.

Puting payudara Sakura sedikit menegang di balik pakaian dan menyentuh permukaan kulit Sasuke serta menciptakan sensasi yang sulit dijelaskan. Ia sengaja melepaskan celana pendek karet wanita itu dan seketika teringat akan saran Naruto untuk menyentuh alat kelamin istrinya.

'Kau harus lebih mengeksplorasi tubuh istrimu dengan tanganmu sendiri, Teme,'

Ucapan Naruto terngiang dan ia sedikit risih karena malah mengingat ucapan temannya hingga suara lelaki itu terbayang di benaknya secara otomatis meski situasi saat ini sedang intim.

Ia merasa sedikit risih menyentuh alat kelamin orang lain, terlebih ketika menyadari bahwa vagina istrinya dipenuhi cairan ketika sedang bergairah. Namun ia harus melakukannya demi kepuasan sang istri, terlebih menurut Naruto ada area yang peka terhadap rangsangan di sana.

Ia melepaskan ciuman dan membuka kaus sang istri sehingga memperlihatkan gundukan kenyal itu tanpa tertutup sehelai benang pun dan ia melepaskan celana dalam wanita itu serta melemparnya secara asal.

Berhadapan dengan sang suami dan ketika tubuh mereka sempat menempel, ia menyadari jika suaminya mulai sedikit menegang. Kejantanan lelaki itu menyentuh kulitnya dan ia merasakannya sendiri.

Sakura dengan sengaja mencium sang suami lagi seraya memejamkan mata untuk menghilangkan rasa gugup. Hembusan napas yang hangat menyentuh kulitnya dan jemarinya bergerak turun, mula-mula dari wajah, leher, hingga kemudian menyentuh dada sang suami sedangkan tangan lainnya melepaskan celana dalam lelaki itu hingga keduanya tak lagi terbalut sehelai benang pun.

Keduanya menikmati kehangatan tubuh yang saling bersentuhan dan Sakura segera membuka mata. Ia segera mengatur shower dan menyalakan sehingga air yang mula-mula terasa dingin menyentuh keduanya, membuat bulu kuduk sedikit meremang secara refleks. 

Ia sedikit menjauh ketika air hangat mulai menyentuh tubuhnya serta mengambil shower puff serta meletakkan sabun cair aroma therapy berwarna ungu hingga mengeluarkan busa dan mengusapkannya pada punggung sang suami.

"Kau ingin ikut bersamaku untuk melakukan hal ini?" Sasuke bertanya seraya berniat mengambil shower puff di tangan istrinya.

Sakura menganggukan kepala dan menjauhkan shower puff dari tangan Sasuke, "Biarkan aku menggosok punggungmu kali ini, Sayang."

Sasuke merasa sangat canggung ketika ia jelas sangat mampu menggosok tubuhnya sendiri. Ia tak menampik jika tubuh telanjang istrinya membuatnya begitu bergairah, namun ia merasa gugup di saat yang sama.

.

.

Kali ini Sakura dengan sengaja mengambil alih hampir seluruh permainan dan tak mempedulikan Sasuke yang jelas gugup dan tidak nyaman. Lelaki itu bahkan terus memalingkan wajah dan Sakura mencuri pandang jika wajah lelaki itu sedikit memerah.

Mereka tak lagi bercinta di atas kasur dengan lampu yang hampir gelap seperti biasa, melainkan di dalam bathtub dengan air hangat serta dengan lampu yang menerangi ruangan, persis seperti yang diinginkan Sakura.

Sasuke berusaha keras terlihat nyaman dengan memberikan lebih banyak sentuhan pada tubuh istrinya serta membiarkan wanita itu mengatur kedalaman penetrasi dengan berada di atas tubuhnya. Namun sesungguhnya ia merasa tidak terbiasa dengan sesuatu yang baru.

Sakura tak menampik jika ia mendapati kenikmatan yang berbeda, terlebih ketika sang suami mulai mengambil alih dan lelaki itu bergerak dengan ritme seperti biasa yang sesuai dengan keinginannya, juga ketika mulai lebih mengeksplorasi tubuhnya dengan menyentuh titik di tubuh yang dianggapnya sebagai titik yang bisa membuat geli dengan menggerakkan jari-jarinya dengan lembut dan perlahan.

Dan momen yang seharusnya paling menyenangkan, yakni ketika keduanya membersihkan diri dan pergi ke kamar tidur serta naik ke atas kasur untuk saling berpelukan malah membuat perasaan Sakura seolah tercabik.

Sang suami, yang terlihat berusaha keras melawan perasaan tidak nyaman dan membiarkan dirinya mendapat apa yang ia inginkan serta memberikan sentuhan yang lembut, terlihat begitu menyedihkan. Ia tak mampu menahan diri untuk tidak mengeluarkan air mata diam-diam ketika lelaki itu sudah memejamkan mata.

Ia memandang mata lelaki itu yang terpejam. Harus ia akui bahwa wajah lelaki itu masih rupawan dengan kulit putih yang bersinar dan kontras dengan rambutnya yang hitam pekat, hidung mncung dan kecil serta bibir tipis yang sedikit kemerahan karena lelaki itu tak pernah memiliki kebiasan merokok.

Tangan lelaki itu masih memeluknya meski lelaki itu tampaknya sudah terlelap. Dan entah mengapa ia malah merasa ingin menangis. Perasaannya benar-benar kacau sekarang.

Ia berpikir untuk menghapus air matanya, namun tanpa sadar ia malah terisak pelan dan membuat lelaki di sampingnya seketika membuka matanya.

"Hn?"

"Ah, kau terbangun? Tidurlah," ucap Sakura dengan senyum yang dipaksakan ketika sebetulnya suaranya sedikit bergetar.

Sebetulnya Sasuke merasa mengantuk. Namun ia memaksakan diri setengah membuka matanya dan bertanya, "Kenapa?"

"Aku baik-baik saja. Tidurlah sana."

Sasuke merasa heran. Jelas-jelas ia mendengar suara isakan pelan yang membuatnya terbangun seketika. Telinganya cenderung sensitif dan ia mudah terbangun ketika mendengar suara yang menganggu.

"Katakan saja kalau kau tidak baik-baik saja."

Sakura benar-benar telah kehilangan kendali. Ia menangis karena merasa dirinya begitu bodoh. Air matanya mengalir dan ia terisak tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia masih tak habis pikir bagaimana bisa ia malah mengkhianati lelaki itu dan mengikuti emosinya ketika sebetulnya ia bisa saja memilih berkata jujur.

Ia memilih jalan yang lain dan merasa begitu bersalah hingga memengaruhi caranya bersikap pada sang suami, dan mungkin juga relasi mereka seandainya lelaki itu tahu. Ia merasa sesak dan terbebani.

Sasuke merasa heran karena istrinya mendadak menangis hingga terisak di hadapannya. Sesaat ia terdiam karena begtu kebingungan. Rasanya ia tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang salah.

Hingga akhirnya ia memutuskan memeluk perempuan itu dan membiarkan Sakura menangis di pelukannya. Ibunya pernah menasihati sebelum menikah jika wanita menyukai sentuhan dan ia terus mengingatnya.

"Maafkan aku," ucap Sakura di sela isakannya.

Sasuke merasa bingung, maaf untuk apa? Perempuan itu tak melakukan sesuatu yang salah. Ia tak menganggap tindakan perempuan itu yang mengambil kendali atas hampir seluruh permainan mereka adalah suatu kesalahan. Meski ia merasa canggung, ia tak menampik jika ia menikmati karena tak perlu berpikir apakah perempuan itu sudah cukup puas atau belum.

Terkadang perempuan begitu emosional dan membingungkan baginya sehingga ia memilih mengelus rambut wanita itu dan mengiyakan saja. Rasanya ia bisa gila jika harus memaksakan diri memikirkan mengapa wanita itu bereaksi begini.

"Kau boleh marah padaku," ucap Sakura ketika ia sudah lebih tenang. Ia sedikit menjauh dari suaminya dan berkata, "aku ...."

Sakura merasa gugup dan takut untuk mengatakannya. Semula ia begitu ingin menyembunyikannya, tetapi ia malah merasa tak tega dan memutuskan mengakuinya. Ia tahu suaminya akan marah dan kecewa, namun sepandai-pandainya menutupi bangkai, suatu saat nanti pasti akan tercium juga. Ia tak ingin lebih lama lagi menanggung perasaan bersalah.

" ..., bercinta dengan lelaki lain."

Sasuke terdiam seketika. Emosi menguasai dirinya yang biasanya rasional dan ia melepaskan pelukannya. Tangannya yang sedikit terangkat saat melepas pelukan bahkan hendak memukul istrinya sebelum ia menghentikan dirinya sendiri.

Ia merasa begitu marah dan kecewa karena kesetiaannya selama satu dekade pernikahan dan lebih dari satu tahun menjadi pasangan kekasih mendapat balasan berupa pengkhianatan. Ia mendedikasikan jiwa dan raganya hanya untuk Sakura seorang, bukan untuk wanita manapun meski ia bisa melakukannya jika ia mau.

Ia tak menampik jika ada masa dimana ia merasa jengkel karena ketidaksepahaman mereka, namun ia berhasil mempertahankan cintanya dengan mengingat apa yang pernah ia lakukan demi mendapatkan wanita itu, juga apa yang menjadi alasannya memilih Sakura ketimbang wanita lain.

Ia menyadari jika ada yang salah dengan dirinya di mata wanita itu. Namun mengapa wanita itu tidak mengatakannya saja sehingga ia bisa berusaha memperbaikinya? Mengapa malah memilih memberikan penghianatan untuknya?

"Maaf. Sejujurnya aku melakukan ini karena tak puas denganmu. Aku takut mengatakannya sehingga memilih hal ini," Sakura mengaku dengan jujur tanpa berani menatap suaminya. Kepalanya bahkan sedikit tertunduk karena bersalah.

"Kau!" Sasuke berseru dengan nada meninggi. Ia bahkan bersuara jauh lebih keras dibanding biasanya.

Ia merasa begitu marah dan kecewa hingga tak tahu harus berkata  seperti apa. Ia akan mengeluarkan seribu sumpah serapah dari mulutnya, tetapi tak sampai hati melakukannya. Ia juga merasa sedih karena faktanya ia tak mampu memuaskan istrinya hingga wanita itu membiarkan lelaki lain mencicipi tubuhnya.

Ia segera mengambil bantal dan guling miliknya sendiri dengan cepat serta segera bangkit berdiri serta berbicara dengan suara yang lebih tenang meski raut wajahnya terlihat lebih kesal dan menatap wanita itu dengan sorot mata yang memancarkan luka, "Aku tak ingin melihatmu malam ini."

Sasuke segera keluar dari kamar dan menutup pintu lebih keras ketimbang biasanya. Ia berniat tidur di kamar tamu malam ini serta menenangkan emosinya yang bergejolak. Ia tak mampu mengendalikan emosi jika ia masih berada di kamarnya.

Sakura memeluk lututnya sendiri. Ia merasa benar-benar idiot dan menyedihkan.

-TBC-

----------------------------

Author's Note :

----------------------------

Mungkin kalian menyadari kalau bagian awal dan terakhir terkesan tidak konsisten.  Di bagian awal, Sakura berusaha menyembunyikan perselingkuhannya, sedangkan tindakan di bagian akhir malah menunjukkan sebaliknya.

Sesungguhnya saya ingin menunjukkan kalau karakter Sakura merasa bersalah karena perbuatannya, terlebih ketika sang suami memperlakukannya dengan lembut dan terlihat mencintainya. Karena itu dia memutuskan mengakui perbuatannya.

Namun mungkin hal ini tidak sepenuhnya tersampaikan pada pembaca sehingga saya memutuskan memperjelas di bagian ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro