Chapter 2
Menikah itu bukan cuma soal penetrasi penis dan vagina. Itulah prinsip yanh dipegang Sakura dan membuatnya berhasil mempertahankan sepuluh tahun pernikahannya dengan Sasuke tanpa sekalipun berselingkuh, baik dengan atau tanpa hubungan seks.
Dan memang benar, selama menjalani bahtera rumah tangga, kehidupan dan konversasi mereka bukan hanya soal seks atau kondom rasa apa yang ingin dicoba.
Seks hanyalah salah satu dari sekian banyak aspek dalam pernikahan. Ada aspek dimana harus saling menyelaraskan prinsip soal membesarkan anak, tujuan jangka panjang, dan sebagainya.
Ia sendiri bukanlah maniak seks, namun mulai merasa sesak ketika seks yang terasa bagaikan rutinitas monoton harus dijalaninya terus menerus. Hanya dengan membayangkan bahwa ia masih akan menjalani seks membosankan selama setidaknya dua minggu sekali hingga lima belas tahun ke depan ketika dirinya mengalami menopause dan mulai mengurangi frekuensinya membuatnya frustasi setengah mati.
Jika satu tahun ia harus melakukan seks dua puluh enam kali, maka ia masih harus melakukannya sebanyak 390 kali seks monoton ini dalam hidupnya. Belum lagi, kalau boleh jujur, ukuran milik Sasuke tidak begitu memuaskan meski goyangan lelaki itu cukup mantap. Dan setidaknya, lelaki itu juga tidak ejakulasi dini sehingga mampu mengimbanginya yang memerlukan setidaknya lima belas menit hingga siap dimasuki.
Senja ini ia memutuskan membuka situs ketika tak ada pasien di dalam ruangannya. Prostitusi bukanlah hal ilegal di Jepang dan bahkan ada distrik lampu merah di sana. Ia menemukan sebuah forum khusus perempuan di sana dan membahas soal gigolo.
Sakura merasa penasaran dan memutuskan mencari informasi di sana. Ia menemukan posting salah seorang anggota yang menanyakan soal gigolo dan jawaban dari beberapa anggota.
------------------------
LadyWhite : Kau butuh informasi soal gigolo @SnowQueen? Aku merekomendasikan beberapa yang pernah kupakai jasanya.
1. Shiro : Club LaFleurette. Ukurannya mantap, bersih dan wajahnya tampan meski umurnya kurasa sudah tiga puluhan. Sayang tidak menerima BDSM. Namun memuaskan, tidak perhitungan soal waktu. Aku pesan short term (istilah untuk seks singkat, biasanya tiga jam) dan lewat lima belas menit dari waktu, namun dia tidak menagih fee ekstra. Cuma tarifnya agak mahal. Short term dua ratus ribu yen. Kalau long term aku belum pernah pakai.
2. Mitsu : Dia tidak bekerja di klub, katanya mahasiswa. Orangnya cukup ramah dan enak untuk diajak ngobrol. Kadang aku memanggilnya hanya untuk kencan saja.
Waktu itu kupakai dia saat masih perjaka. Dia menerima klien tergantung jadwalnya. Soal tarif, tarifnya tergantung kesepakatan. Nomornya 080 - 9870 - 5XX
3. Gaku : Velvet Club. Dia menerima booking di luar jadwalnya di klub juga, sih. Cuma harus long term. Menerima BDSM bahkan gaya akrobatik juga. Biasanya kalau butuh eksperimen, aku memanggilnya.
Tarifnya 125 ribu yen short term, tiga ratus ribu long term.
Nomornya 080 - 5889 - 7XX
------------------------
FeaFel :
-- reply to @LadyWhite
Haha ... Shiro sih wajar mahal.
Dia memang yang paling laris di klub. Bahkan kalau mau booking harus reservasi minimal dua minggu sebelumnya. Kudengar dia pernah jadi aktor JAV.
Aku pernah pakai dia. Memuaskan, kok.
------------------------
MsShadow :
Aku merekomendasikan Haru di Royal Room, sejak pertama kali mencobanya aku merasa cocok sampai tidak mau mencoba yang lain.
Kalau kau mencari yang super tampan, dia mungkin tidak cocok untukmu. Tapi orangnya baik dan ramah, bersih dan akan memenuhi request-mu selama memungkinkan.
Dia juga menyesuaikan denganmu dan ukurannya juga mantap. Tarifnya tidak begitu mahal, namun begitu dia menggantikan posisi Kyo, tarifnya bisa naik banyak, nih.
Tarifnya 125 ribu yen short term, 275 ribu yen long term.
------------------------
Sakura membaca pesan-pesan itu dan sejujurnya ia mulai tertarik mencoba prostitusi, setidaknya satu kali. Ia bisa bekerja setengah hari dan beralasan jika ia sedang sakit perut dan menggunakan jasa prostitusi diam-diam, namun ia masih merasa kasihan pada Sasuke.
Bagaimana reaksi lelaki itu jika mengetahuinya? Akankah lelaki itu merasa marah padanya?
Namun di sisi lain, ia merasa berkata jujur akan melukai harga diri lelaki itu. Maka menggunakan jasa prostitusi sesekali adalah caranya menyelamatkan kewarasannya.
Ia meraih ponsel dan mencoba menghubungi Gaku serta mengabaikan rasa kasihan yang menyeruak dibenaknya pada Sasuke.
.
.
"Mengapa kau terlihat kalut begitu, Teme?" ujar lelaki berambut pirang seraya menatap sahabatnya yang tak biasanya malah mengajaknya makan malam berdua saja.
Sasuke tak segera menjawab. Ia sibuk memikirkan kata yang tepat serta mengesampingkan perasaan tidak nyaman yang ia rasakan jika harus mencurahkan isi hatinya secara blak-blakan.
Naruto merasa jengah ketika tak kunjung mendapat jawaban sehingga berkata, "Hey! Aku bukan patung, lho."
"Itu .. istrimu puas tidak? Di kasur." Sasuke akhirnya berhasil menyuarakan apa yang ingin ia katakan dengan kalimat yang ambigu.
Naruto hampir tertawa seketika saat mendengar pertanyaan lelaki itu. Ia tak mengira seorang Uchiha Sasuke begitu polos hingga ia dan beberapa temannya sampai memberikan berbagai tips seks sebelum lelaki itu menikah. Sekarang, tepat sepuluh tahun sesudah menikah, tampaknya lelaki itu kembali memiliki masalah soal seks. Padahal ia pikir seharusnya ia lebih ahli karena lebih berpengalaman.
"Kau mengajakku makan malam hanya untuk membahas soal kehidupan seksku dan istriku? Kau sudah gila, Teme?"
Sasuke menyadari kalau pertanyaannya terdengar tidak etis dan kini ia merasa bersalah. Ia segera berkata, "Maaf. Kupikir, aku butuh tips darimu, Dobe."
Naruto menyeringai, "Soal menyenangkan istri? Memang Sakura-chan tidak puas denganmu?"
Sasuke merasa malu mengakuinya. Ini adalah privasi sekaligus harga dirinya sebagai laki-laki. Namun tak ada jalan lain selain mengakuinya dan meminta tips pada Naruto yang sangat berpengalaman.
"Aku merasa begitu."
Naruto segera bertanya, "Kenapa kau merasa begitu?"
Sasuke menyahut, "Kupikir dia bosan denganku. Belakangan ini dia tak pernah lagi meminta terlebih dulu."
Naruto menjentikkan jari secara refleks, "Mau kuberi tipsnya? Bayarannya dua mangkuk ramen, lho."
Sasuke memutuskan menyanggupinya. Dua mangkuk ramen yang tidak seberapa tidak berharga jika dibandingkan dengan kepuasan seksual bersama.
"Kupikir kalian perlu suasana baru. Kau bisa pergi ke love hotel dan mencoba berbagai tema di sana. Atau kau mencoba kondom model dan rasa baru. Atau gaya baru."
Sasuke mengernyitkan dahi, "Gaya baru?"
Naruto menganggukan kepala. Tampaknya ia harus menjadi konselor seks untuk lelaki berambut hitam yang begitu bodoh jika sudah menyangkut hal semacam ini.
"Ya. Kau bisa browsing di internet. Ada berbagai macam gaya. Kau bahkan bisa mencoba oral seks dan anal seks."
Sasuke meringis jijik seketika, "Kau menyuruhku memasukkan penisku ke anus? Kau gila, ya?"
Naruto menyahut, "Kenapa tidak? Beberapa pria normal mau saja melakukannya walaupun aku anti anal seks. Aku suka blowjob."
"Blowjob? Pekerjaan meniup? Kau meniup milik istrimu, Dobe?"
Naruto terkekeh geli akan betapa polosnya seorang Uchiha Sasuke, "Jangan diartikan begitu, Teme. Intinya kau bisa meminta istrimu menjilat dan menghisap penismu."
Sasuke merapatkan kaki seketika, membayangkan istrinya menunduk dan menghisap kemaluannya. Ia merasa kasihan pada istrinya yang di matanya harus menahan jijik menghisap sesuatu dari sumber yang tidak seharusnya. Ia bahkan mengeluarkan urine juga dari sana.
Lelaki berambut pirang itu menyadari reaksi Sasuke sebelum lelaki itu sempat mengutarakan ketidaksetujuannya dan ia segera berkata, "Kalau kau tidak suka yang begitu, kau bisa mencoba yang lain. Misalnya doggy style. Spooning juga boleh."
Sasuke mengangguk. Ia berpura-pura mengerti meski sebetulnya ia merasa bingung. Ia berpikir untuk segera membuka Google sesudah ini.
.
.
Wanita merah muda itu menatap lelaki berambut merah dengan tato bertuliskan 'cinta' dalam huruf kanji di dahi kanannya. Dengan lihai lelaki itu menangkup payudaranya dengan satu tangan serta menjilat putingnya serta tangan lain menyusup ke balik celana dalamnya dan memainkan klitorisnya.
Gairah yang menguasai diri Sakura membuatnya lupa sejenak akan perasaan bersalah terhadap Sasuke. Sudah lama ia tak merasakan gairah sekuat ini dan ia secara refleks merapatkan kakinya.
Tubuhnya seolah akan meledak akan gairah. Putingnya bahkan telah menegang dan Gaku, lelaki yang disewanya siang ini mulai menghisap putingnya meski tak ada apapun yang keluar. Hisapannya tidak begitu kuat maupun lemah, sangat pas untuk membuatnya semakin bergairah.
"G - gaku ..." Sakura menyebutkan nama lelaki itu dengan bibir yang beberapa menit lalu merasakan bibir dan lidah lelaki itu.
"Ya, Sayang?"
Gaku melepaskan celana dalam Sakura dan melemparkannya begitu saja serta mengubah posisi tubuhnya. Wajahnya mendekati kemaluan Sakura yang mulai basah dan seketika ia merasa malu. Ia merasa tidak nyaman ketika seseorang menghirup aroma bagian pribadinya.
"Eh? Jangan," ucap Sakura secara refleks dengan wajah memerah.
Gaku segera berkata, "Percayalah, kau akan menyukai apa yang kulakukan."
Tanpa menuruti permintaan Sakura, Gaku mendekati wajahnya ke kemaluan Sakura serta menjulurkan lidahnya. Ia menjilat klitoris Sakura sebelum menghisap cairan vagina Sakura.
Terdapat sensasi berbeda yang pertama kali ia rasakan dalam hidupnya. Rasanya seolah ada vacum cleaner yang menghisap kemaluannya. Ia merasa nikmat, namun entah kenapa ia merasa malu dan jijik.
Seketika, ia merasa risih membayangkan kalau ia baru saja mencium bibir lelaki yang telah menghisap entah berapa banyak vagina. Ia merasa bibirnya begitu kotor dan ia mulai merasa jijik.
Namun tubuhnya bagaikan magnet U yang bereaksi terhadap magnet S. Secara biologis tubuhnya bereaksi atas sentuhan Gaku padanya. Lelaki itu kembali memainkan klitorisnya dan ia mengerang penuh gairah.
"A-argh ... G-gaku," erangnya. Secara refleks ia mengangkat tinggi-tinggi kedua pahanya dan Gaku yang kini berdiri di tepi ranjang memperlihatkan kejantanannya yang dilapisi kondom bergerigi dan telah menegang sempurna perlahan memasukkannya ke dalam vagina Sakura sehingga menimbulkan sensasi geli.
Gaku bergerak dengan ritme cepat, sedikit terlalu cepat baginya yang telah terbiasa dengan ritme Sasuke. Setiap perempuan tampaknya memiliki selera berbeda dan harus ia akui jika ukuran Gaku memang lebih besar. Secara teknik lelaki itu lebih baik dari suaminya sendiri, namun ia merasa sedikit tidak nyaman dengan ritme lelaki itu. Ia merasa sangat penuh saat ini.
Matanya sedikit berkaca-kaca secara refleks dan ia tak mampu meraih orgasme saat ini. Otaknya dipenuhi akan rasa bersalah terhadap suaminya yang mengalahkan kenikmatan yang seharusnya mengikis logikanya.
-TBC-
----------------------------
Author's Note :
----------------------------
Awalnya sempat terpikir untuk membuat karya ini menjadi two shot dimana permasalahan hanya sekedar ketidakcocokan seksual yang bisa diatasi hanya dengan komunikasi.
Namun dalam pernikahan, mengakui bahwa tidak puas dengan pasangan bukanlah hal yang mudah. Hal itu bukan hanya merusak harga diri pasangan, namun juga bisa merusak hubungan jika tidak hati-hati.
Sebelum saya diprotes karena menggambarkan adegan seksual eksplisit antara Sakura dengan lelaki lain meski cerita saya SasuSaku, saya perlu menjelaskan kalau saya menulis cerita ini SasuSaku karena faktanya mereka berdua pasangan utama dan merupakan suami istri di sini.
Di kehidupan nyata, beberapa orang berselingkuh karena hal ini, baik suami maupun istri. Beberapa orang memilih melakukan hal ini ketimbang mengutarakan ketidakpuasan pada pasangan yang bisa menimbulkan resiko dan inilah yang ingin saya angkat dalam fanfict ini. Saya ingin menunjukkan sisi lain dimana orang yang berselingkuh mungkin memiliki sudut pandang berbeda yang tidak dipahami orang lain.
Kalau kalian menemukan kasus dimana seorang suami punya istri bertubuh seksi, cantik dan pintar atau sebaliknya namun tetap berselingkuh sehingga terasa mengherankan, bisa jadi alasannya terkait seksual.
Di karya ini, kemungkinan di chapter selanjutnya akan ada explicit sex scene antara Sasuke dan Sakura.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro