15. Menghindar
Jangan lupa untuk comment dan vote nya yaa. Selamat membaca 😊
*****
Cinta mengerikan, saat salah seorang mencintai tapi tidak dicintai. Jangan marah, karena itu salah satu resiko jatuh cinta.
*****
Vania mencoret coret tulisan tangannya yang menuliskan kata cinta di buku tulis Bahasa Indonesianya. Seharusnya perasaan Daniel bukan untuknya tapi untuk sahabatnya. Meskipun ia tidak diberitahu perihal itu Vania cukup peka akan gerak gerik dia. "Seharusnya cinta lo buat dia bukan buat gue." Vania justru mencoblos bukunya hingga lubang-lubang kecil terlihat. Bahkan Vania tau reaksi dia saat Daniel menembaknya, Vania tau rasanya teramat sakit.
"Daniel gue nggak mau persahabatan kita hancur gitu aja." Vania mengacak ngacak rambutnya kesal. Ia berguling- guling tidak jelas hingga membuat penampilannya semakin berantakan.
Tok tok tok
"Masuk aja nggak dikunci!" teriak Vania yang masih enggan untuk bangkit dari kasur empuknya. Vania menoleh saat terdengar suara daun pintu terbuka, kemudian ia bangkit duduk. "Kok lo doang yang lain mana?" tanya Vania pada Natasya yang kini sudah duduk di depannnya.
"Shifa lagi kencan sama Denata dan Layla lagi ada acara keluarga." Vania hanya mengangguk lalu ia bangkit menuju dapur untuk mengambil beberapa camilan yang dapat mengganjal lapar di kulkas rumah orang tuanya dan kembali lagi ke kamar membawa tiga bungkus makanan ringan.
"Nggak usah repot-repot Van gue masih kenyang kok."
Vania mencibir. "Mana ada kalimat kenyang di kamus hidup lo, yang ada itu lapar dan lapar, nggak usah sok jaim Nat." Natasya hanya terkikik geli mendengarnya.
"Van," panggil Natasya. Vania mendongak menatap orang di depannya.
"Kenapa lo tolak Daniel?"
Masalah ini lagi, sungguh membuat kepalanya pening luar biasa. Tidak bisakah sejenak saja masalah itu tidak menghujamnya habis-habisan? Ini yang Vania takutkan perihal cinta, cinta yang hanya dirasakan sebelah pihak, sungguh menyakitkan. Tapi Vania sudah terlanjur mengalaminya sekarang dan dia juga harus segera menyelesaikannya.
"Sya gue tau lo suka Daniel kan, gue tau Sya. Atau bahkan lo udah cinta juga." muka Natasya menegang di benaknya sederet pertanyaan muncul, jadi Vania mengetahuinya?
"Lo tau Van? Dari mana?"
Vania menyenderkan punggungnya ke badan kasur untuk merilekskan pikiran dan badannya. "Mana mungkin gue nggak tau, bahkan Layla atau Syifa juga tau."
"Tapi lo juga cinta kan sama Daniel?"
"Lo denger sendiri kan Sya apa yang gue ucapin tadi pulang sekolah, gue nggak cinta Daniel dan gue hanya sebatas sahabat. Tapi gue juga anggap dia kakak gue."
"Syukur deh gue bukan penghalang hubungan lo sama Daniel." Natasya mengambil sebungkus snack dan membukanya lalu memakannya untuk menghilangkan rasa bosan.
"Daniel pasti marah Sya sama gue atau bahkan dia kecewa," nada ucapan Vania semakin menyendu membuat hati Natasya perih.
"Kebanyakan juga gitu kalau ditolak Van, tapi lo jangan nyerah, lo harus pertahanin persahabatan lo itu!" ujar Natasya mantap.
Vania tersenyum mendengar kalimat Natasya lalu ia membereskan bungkus camilan yang berserakan. "Ayo ke toko buku buat hilangin galau!"
🍂🍂🍂
Pagi hari ini cerah sekali, namun tak secerah hati Vania. Hari kemarin tak sama lagi dengan hari ini karena kebahagiaannya sedikit hilang. Selalu menegaskan bahwa tak akan apa-apa, namun nyatanya sebaliknya.
"Hayooo bengong aja, kemasukan kuntil mamak tetangga sebelah tahu rasa lo," ujar Sania di belakangnya. Vania mengelus dadanya sabar, ini ujian di pagi hari.
"Gue lihat dari pulang sekolah lo banyak diem aja, cerita kenapa sih. Gunanya saudara ya gini."
Vania menatap Sania dengan alis tertaut, sedikit ragu untuk menceritakan. Senyum tulus Sania membuat keraguannya pudar. "Gue lagi berantem sama Daniel." seketika senyum tulus Sania hilang tergantikan kerutan di dahi.
"Kenapa?"
"Masalah hati." Sania mengangguk, ia paham betul apa yang dirasakan adiknya ini. Berulang kali ia rasakan, berulang kali ia coba lagi. Lucu memang saat sudah tersakiti kenapa tidak mau berhenti.
"Udah cowok emang gitu. Mereka juga manusia, perlu dimengerti. Daniel cuman butuh waktu aja, tapi lo juga harus berjuang juga, kasih pengertian lah." setiap kata yang diucap Sania ia resapi dengan sepenuh hati.
"Udah lupain dulu, kita sarapan pagi nanti lo telat makin banyak masalah lo."
Vania duduk di depan ayahnya yang masih makan dengan tenang. "Ayah," panggilnya tenang. Ferdi menoleh dan mengangkat sebelah alisnya, tak mungkin ia berbicara saat di mulut masih ada makanan.
"Vania ikut mobil ayah ya!" pinta Vania memohon.
Ferdi menelan isi di mulutnya. "Daniel mana?"
"Emmm... Daniel... Daniel berangkat pagi banget yah katanya." alasan bodoh, mana mungkin Daniel berangkat pagi sekali dia raja kebo.
"Oke, selesaikan dulu makanmu lalu masuk ke mobil!" Vania mengangguk patuh.
Tin tin
"Vania cepat makannya kamu udah dijemput Daniel nak!" teriak Novi di teras rumah yang sedang menyiram tanaman.
"Daniel?" Vania memandang Sania bingung, yang ditatap hanya mengangkat bahu tak tahu. Vania bergegas menyelesaikan makannya dan meneguk susu secepat mungkin. Menyambar tisu dan mencium pipi Ferdi. "Ayah nggak jadi nebeng yaa, San berangkat dulu."
Vania sudah duduk dengan manis di jok belakang motor Daniel. Lalu melambaikan tangan ke arah Novi dan motor melaju dengan kecepatan sedang.
Vania kali ini hanya diam di belakang. Satu kata tidak terlontar dari bibirnya, takut hanya itu. Bahkan biasanya Vania memegang perut kotak-kotak Daniel namun kali ini ia hanya berani memegang tas punggung kurus Daniel. Vania yakin sekali hanya berisi satu buku tulis dan ponsel, tidak ada benda lain. Sedari tadi mulutnya gatal sekali ingin mengucapkan kata, setidaknya hai atau halo. Tapi hanya bisa tertahan di tenggorokan.
Motor ninja berwarna merah mulai memasuki halaman sekolah SMA Shatra. Sampai di parkiran Vania melepas helmnya dan memberikannya pada Daniel. "Makasih." dan tak ada ucapan humor yang terlontar di bibir Daniel.
Hanya itu dan selanjutnya Daniel berjalan duluan meninggalkanya, dengan hati dipenuhi rasa bersalah Vania mengekori Daniel sampai kelasnya. Sebelum Daniel benar-benar masuk Vania memegang tas punggungnya, pergerakan kecil sudah cukup membuat Daniel berhenti. "Lo marah sama gue Dan?"
Daniel melanjutkan langkahnya menuju dalam kelas, saat itu Vania yakin hati Daniel benar hancur sore itu. Vania merasa jadi orang terjahat telah menghancurkan hati sahabatnya.
🍂🍂🍂
"Van mau bareng mama gue aja?" tanta Natasya yang sedang menunggu jemputan di depan pagar sekolah. Vania hanya menggeng lemah sebagai respon.
"Lagian arah kita berlawanan Sya."
"Terus lo naik apa?"
"Naik taxi aja."
Sepeda motor ninja berwarna hitam berhenti di depannya. Vania hanya melihatnya tanpa minat, namun setelah pengendara membuka helm full face nya barulah ia membelakkan mata. Vania jadi teringat bahwa hari ini ia belum sempat ke kelas Fero untuk menjalankan tantangan.
"Lo nggak pulang?" Vania menoleh ke kanan hanya mendapati Natasya yang menatapnya bingung dan menoleh ke kiri juga tidak ada siapa-siapa. Jarinya menunjuk pada diri sendiri untuk bertanya kepada siapa Fero bertanya.
"Lo." jawaban singkat sudah meningkatkan semangat Vania berkali-kali lipat.
"Gue pulang kok masih nunggu taxi ini," jawabnya semangat 45. Natasya yang ada di sebahnya hanya terkikik.
"Sya coba lo cubit lengan gue, barangkaki ini mimpi." Natasya yang diperintah hanya tinggal menjalankan, ia mencubit lengan Vania dengan sedikit tekanan hingga membuat Vania meringis kesakitan.
"Mau bareng?" kata itu bagaikan penyemangat untuk hari besok, refleks Vania menginjak kaki Natasya yang mungil.
"Aduuuhhh Vania sakit tauuu! Gue tahu lo seneng tapi nggak usah injek kaki gue dong!" suara Natasya yang mengalahkan suara pak Teguh yang sedang tertimpa kursi rusak. Sangat memekan telinga siapapun.
"Maaf maaf Sya gue nggak tau." sesekali Vania mengusap telinganya yang masih cenat cenut.
"Sya."
"Hm." nada suara Natasya masih terdengar jelas sedang dongkol.
"Gue pulang dulu ya, bye." Vania dengan gerakan gesit segera menaiki motor Fero, tinggi sekali tapi Vania sudah terbiasa menaiki montor ninja jadi sedikit santai.
🍂🍂🍂
Selesai makan malam Daniel menaiki kasur empuknya dan berbaring di sana. Di depannya sudah ada ponsel yang menampilkan room chatnya dengan Vania.
Vanilla sedap:
P
P
P
Daniel KW Chanyeol:
Apa?
Vanilla sedap:
Lo msh marah sma gw?
Daniel KW Chanyeol:
Vanilla sedap:
Ha ha ha lucu.
Lo buat sndiri?
Daniel KW Chanyeol:
Iya lucu, kyk prasaan gw.
G gw dpt dri oa line.
Vanilla sedap:
Lo skrng makin baperan.
Ooooh.
Daniel KW Chanyeol:
Gunanya hati ya buat dibaperin.
Mau lagi?
Vanilla sedap:
Gitu ya, baru tau.
Boleh.
Daniel KW Chanyeol:
Vanilla sedap:
Yang buat kaya ngerasain bngt y.
Daniel KW Chanyeol:
Iya gw jg rasain itu.
Nyesek.
Tidur bsk sklh!
Daniel keluar dari room chat Vania dan berpindah ke lapak grup Cinta ditolak emang nggak enak! Sungguh itu hanya untuk Daniel seorang, yang lain hanya ikutan.
"Sepi."
Saat akan mengetikkan kata 'test' benda pipih terjun bebas tanpa bisa ditahan oleh tangannya. Ia menutup mata barangkali sudut ponsel mengenai matanya sendiri, dan sialnya malah mengnai hidung mancungnya.
"Arghhhh," ringisnya, tangannya yang mewakili hidung mancung langsung melempar benda pipih itu ke lantai. Masa bodoh dengan apa saja yang terjadi setelahnya.
"Harta kesayangan gue pesek nggak ya?" tangannya meraba bagian yang masih nyeri. "Udah patah hati, hidung juga mau patah," gerutunya kesal.
Untuk menghilangkan rasa sakit yang masih menjalar di hidungnya, Daniel mencoba memejamkam mata berharap kantuk menyerang dan dapat menghilangkan rasa sakit di hidung dan di hati.
Ting
Ting
Ting
"Diam ponsel sial, masa bodo bodo amat. Gue mau tidur kalau nggak diam gue injak lo!"
*****
Gambar yang dikirim Daniel emang benar dari line, nggak tau mereka buat sendiri atau dapet dari mana. Lucu aja, unik pembuatnya kreatif gitu.
Daniel lagi gangguan jiwa gegara hidungnya sakit, jadi biarkanlah. Ha ha ha.
Makin lama VANERO makin sepi, entah karena kalian mulai bosen atau gegara aku yang sering telat update. Maafin yah aku makhluk yang tak luput dari kesalahan. Meski kedua faktor benar adanya ga papa deh. Aku menulis untuk menghilangkan rasa bosan saja, jika ada yang berminat ya Alhamdulillah.
Thanks yang mau baca sampai sekarang, jangan lupa comment, vote dan share cerita ini ke kerabat kalian yaaa.
qolintiknov
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro