Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Sedikit Sakit

Jangan lupa comment dan votenya ya!
Selamat membaca 😊

*****

Sahabat, mereka yang tahu kapan saat yang tepat tuk menyemangati, membiarkanmu sendiri dan saat tuk berbagi.

____________________________________

Vania duduk manis di jok penumpang mobil Fero mulutnya dari tadi tak berhenti berceloteh tapi tak ada satu topik pembicaraanpun yang ditanggapi Fero. Satu ide muncul di kepala Vania membuat mulutnya langsung berbicara, "lo punya sahabat lain selain Daniel, Angga, Faisal dan Bimo?" Vania yakin Fero pasti akan menjawab pertanyaannya yang ini.

Vania tersenyum dugaannya benar ia melihat muka Fero tegang dan Vania merasa laju mobil semakin pelan hingga berhenti, "kenapa berhenti?" Vania tak berhenti mengulum senyum.

"Diam atau turun!" Vania langsung merubah duduknya yang tadi menghadap Fero lalu menghadap kaca depan. Ucapan Fero membuat bulu kuduknya berdiri seketika dan mulutnya langsung bungkam. Mobil Fero mulai melaju kembali membuat Vania menghela napas lega.

Kruuuuk

Refleks tangan Vania memegang perutnya yang sedang bernyanyi, pipinya bersemu merah menahan malu. Diliriknya Fero melalui ekor matanya dengan sigap pandangannya kearah depan lagi ketika ia juga melihat Fero menatapnya.

"Laper?" nada bicara Fero sedikit melembut membuat hati Vania berdesir seketika. Kepalanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Fero.

Fero menghentikan mobilnya di depan warung nasi padang membuat anaconda di perut Vania makin menjadi jadi. Bau khas rendang menyeruak masuk dihidung Vania, ia segera berlari mencari tempat duduk. Kini didepan matanya sudah ada satu porsi nasi padang dan dengan lahap Vania memakannya tanpa menghiraukan tatapan aneh Fero.

"Udah berapa lama gak makan?"

"Ukhuk, ukhuk." Vania segera mengambil segelas air putih dan meneguknya hingga langsung kandas tak bersisa. Mengelap mulutnya dengan tisu, memandang Fero lama, "terakhir makan tadi malem." Vania melanjutkan makan nikmatnya yang tertunda.

Nasi padang di piring depan Vania sudah habis ia memandang Fero secara terang-terangan yang sedang memakan nasi padang, "lama bener makannya."

"Lo aja yang rakus." Vania merenggut sebal dialihkan pandangannya menelusuri dekorasi warung padang ini, matanya tak sengaja melihat seorang lelaki sedang mengusap bibir wanita di depanya dengan tisu. Vania tersenyum memandang Fero ia menggerak gerakkan kepalanya berharap Fero peka terhadap apa yang ia lakukan.

Fero menghentikan sejenak aktifitas makannya ia memandang Vania, "ngapain lo?"

Vania menggeram kesal, "lo gak lihat ada yang aneh gitu dimuka gue?"

Fero memandang Vania lama memperhatikan setiap bagian muka Vania,"gigi lo ada cabenya." Fero melanjutnya makannya lagi.

Mata Vania mendelik ia membuka resliting tasnya dan mengobrak abrik isinya, nihil. Vania menepuk jidatnya kasar, "oh iya kan gue gak pernah bawa cermin ya." Vania menatap penuh sekidik kearah Fero matanya memincing.

"Lo bohongin gue ya." tanpa menghiraukan ucapan Vania Fero berdiri dan segera membayar dua porsi nasi padang itu dan menuju mobil. Vania merengngut kesal lagi lagi ia ditinggalkan.

🍂🍂🍂

Fero melemparkan asal tasnya di sofa tubuhnya ia rebahkan di kasur king size hari ini terasa melelahkan baginya apalagi bila harus dengan cewek itu. "Itu cewek maunya apa?" ujar Fero mulai lelah.

Menghadapi Rachel saja sudah membuat kepalanya pusing, ditambah satu cewek lagi. Memang dia tak serepot Rachel tapi sama saja keduanya membuat kepalanya seakan terpecah.

"Fero ayo makan!" teriakan Metha membuat ia beranjak dari kasur menuju kamar mandi.

"Fero mandi dulu ma."

Seusai mandi Fero segera menuju ruang makan, dilihatnya sudah ada Metha, Rara dan Aden hanya kurang Viko papa Fero yang mungkin sebentar lagi akan pulang.

"Assalamualaikum papa pulang!"

"Waalaikumsalam," jawab mereka kompak. Viko duduk di depan kursi Fero dan memandang anaknya lama.

"Gimana sekolah kamu Fero baik kan?" tanya Viko memulai pembicaraan.

"Hm."

"Pa tau nggak Fero itu punya temen cantik banget dan mama lihat mereka berdua cocok." Metha tersenyum menggoda dan menatap Fero. Fero membalas tatapan Metha namun apalah daya dirinya hanyalah seorang anak yang bisa dilakukannya adalah memutar bola mata malas.

"Oh iya?" tanyan Viko menyahut dan sepertinya Viko mulai terlihat tertarik dengan pembahasan kali ini.

"Iya pa dan dia juga bisa masak, menantu idaman banget kan pa." Viko hanya mengangguk tanda ia setuju dengan apa yang dibilang Metha.

Ting Ting Ting

"Abaang!" teriak Rara dan Aden bersamaan membuat Fero menghentikan aktifitas sejenaknya yaitu mendentingkan antara sendok, garpu dan piring.

"Berisik tau!" Rara mengcutkan bibirnya sebal. "Mama papa juga kita lagi makan jangan bicara!"
Metha dan Viko langsung diam ketika mendengar amukan Rara.

"Eh kutu dimana mana orang tua yang ingetin kita, lah ini malah kebalik," ujar Aden menyahut.

"Fero ke kamar." pamit Fero singkat. Fero duduk di soffa kamarnya menghela napas lelah lagi lagi ia dibuat lelah dengan gadis itu.

Ting

Vania.T.Z: hai Fer 👋

"Dooor." refleks Fero menjatuhkan ponselnya karena suara mengejutkan itu. Fero menoleh kebelakang dan menemukan makhluk itu lagi, yang ditatap hanya menyengir lebar. "Maaf maaf." dia hendak mengambil ponsel Fero namun ia kalah gesit dengan Fero.

"Siapa itu?" tanya Daniel karena ia tak sengaja melihat isi chat ponsel Fero. Fero yang menyadari gerak gerik curiga segera mematikan layar ponselnya dan memasukkanya di dalam soffa.

"Hayoo siapa dia?" raut Daniel yang semakin tengil membuat Fero ingin menendangnya sekarang juga.

"Ngapain lo kesini?"

"Main lah masa mau maling." Daniel terkekeh pelan, raut mukanya berubah menjadi serius. "Gue mau curhat."

"Gue suka Vania Fer." Daniel duduk disebelah Fero ia menatap lantai dengan penuh harap. Fero hanya diam tak ada niat untuk memotong ucapan Daniel.

"Bentar lagi dia ulang tahun dan gue mau nembak dia Fer, lo setuju nggak?" Fero terdiam, menyenderkan punggungnya di soffa.

"Terserah." Daniel berdecak pelan mendengar jawaban Fero yang kelewat pendek.

"Tapi gue takut kalo Vania nggak bales perasaan gue." Daniel menghela napas berat.

"Usaha dulu aja hasil akhir mana ada yang tau." refleks Daniel memeluk Fero dari samping, membuat mata Fero melotot seketika. Tak mau disangka yang tidak tidak dengan kasar mendorong Daniel hingga terjatuh dari soffa. Daniel mengerang kesakitan akibat ulah Fero, "nggak usah gitu juga kali," ucap Daniel ikut sebal.

"Gila lo udah sana pulang!" Fero berdiri mendekati pintu dan membukanya dengan lebar mempersilahkan Daniel untuk segera keluar dari kamarnya.

Daniel tersenyum manis dan mengkeip kedipkan kedua matanya, "ayolah bonyok diluar kota Fer."

"Lo perempuan?" tak memperdulikan pertanyaan Fero Daniel merebahkan tubuh tegapnya di kasur Fero. Fero segera bertindak ia tak mau kejadian ia yang jatuh dari kasur karena ulah Daniel terulang kembali. Fero menarik kedua kaki Daniel sehingga menyebabkan Daniel meronta ronta.

Bruuk

"Awww pantat gue," ringis Daniel memegang pantatnya. Tak mau menyia nyiakan kesempatan Fero segera menaiki kasurnya dan segera membentangkan kaki dan tangannya lebar lebar supaya Daniel tidak bisa meniduri kasurnya lagi.

Daniel bangkit tapi sambil memegang pantatnya, "gue tidur dimana?" ucap Daniel pasrah dan memelas.

"Gelar tikar sana!" Daniel meringis saat kata itu terlontar dibibir Fero.

"Gue tamu Fer bukan pembantu." Daniel mendekati sudut kamar Fero dan mengambil tikar berwarna pink muda, "Rara minta apa lagi?" tanya Daniel terkikik geli menatap tikar yang ia angkat menuju samping tempat tidur Fero.

"Dia minta gue tidur di tikar itu."

"Kalau nggak?" tanya Daniel mulai membentangkan tikar milik Rara.

"Dia nggak mau tidur dan gue besok nggak boleh sekolah," jawab Fero malas.

"Dia udah gede tapi sifat masih aja kayak anak kecil." Daniel mulai tidur di atas tikar Rara yang lembut, "gue tidur dulu lo udah sholat belum?" ucap Daniel yang mulai memejamkan matanya.

"Belum habis ini." setelah memastikan Daniel tertidur Fero bangkit dari kasurnya menuju soffa yang ia gunakan sebagai tempat persembuyian ponselnya tadi. Fero membuka kunci layarnya dan menemukan sepuluh chat dari Vania.T.Z.

Vania.T.Z : kok nggak dibales?
Tadi pulangnya nggak papa kan?
Udah makan belum?
Makan apa tadi?
Mama Metha, Rara dan Aden sehat kan?
Disini sepi, bonyok belum pulang kerja.
Daniel aku lihat katanya keluar.
Udah tidur?
Jangan lupa sholat ya!
Jangan lupa doain aku untuk masa depan kita juga ya!

: Y

Fero meletakkan ponselnya di atas meja belajar dan mulai masuk kamar mandi untuk mengambil air wudlu dan melaksanakan sholat. Saat Fero melaksanakan sholat Daniel sebelumnya belum tidur karena penasaran apa isi room chat Fero ia membuka ponsel Fero dan beruntung kata sandinya belum diganti. Mata Daniel memperhatikan setiap isi chat line Fero dan Vania, hatinya sakit tapi ia masih berusaha menahannya untuk menjaga ikatan persahabatan yang telah mereka bangun sejak dulu.

*****

Lama nggak up ya maaf banget teman2 aku punya kesibukan sendiri di dunia nyata. Makasih banget yang masih setia nunggu VANERO up padahal kan nunggu itu nggak enak.

Aku kira partnya nggak seberapa pendek juga nggak seberapa panjang kan jadi mudahan nggak bikin bosen.

Jangan lupa bagikan cerita ini ke kerabat kalian ya 😊


qolintiknov

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro