Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

- 7. » × '우리는 거의

Uli neun geui
"we almost there"



author pov.

Yerim berjalan menyusuri area hijau kampus dengan tergesa-gesa, ia harus segera menuju kelasnya sore ini, dia begitu kelelahan karena semalam dan di tambah lagi wajahnya yang kelewat pucat karena yoongi terlalu lama menyesap darah nya.

Bersyukur yoongi tidak meninggalkan bekas di area yang cukup terlihat, yerim tidak mau semua orang menatapnya dengan aneh seperti waktu itu.

Yerim membuka pintu ruangan nya dan menemukan mingi yang duduk disana sambil membaca buku tebal yang biasa dia bawa kemana-mana.

“aku bersyukur kau kembali..”, mingi berujar tanpa melihat yerim yang duduk disampingnya dengan nafas terengah.

“kau berharapkan aku mati eoh ?”

Mingi terkekeh, “yak ! lama aku tidak melihat mu, oh yerim kau terlihat lebih bahagia ada apa ini ?”, yerim menatap mingi penuh curiga.

“aku, aku baik-baik saja. tidak ada yang terjadi kok”, mingi mengalihkan pandangannya dan kembali fokus pada buku di hadapannya.

Yerim mengeluarkan buku-buku nya dengan cepat gadis itu kesusahan menemukan pulpennya yang terselip di bagian bawah tas, mengabaikan suara pintu yang terbuka dan di iringi suara pria yang sepertinya pernah ia dengar.

“selamat sore semuanya !”, suaranya bukan seperti dosen botak berkacamata yang biasanya memarahinya.

Yerim menaikan pandangannya dan terkejut bukan main, sepertinya mingi juga ikut terkejut karena gadis itu ikut membulatkan netranya.

“perkenalkan saya, jung hoseok, karena dosen park tidak bisa mengajar karena sakit jadi untuk saat ini saya akan menggantikan beliau”

Semua orang disana hanya mengangguk, beberapa ada yang senang karena bahagia dosen galak itu tidak akan pernah muncul meskipun hanya beberapa hari. Yerim yang duduk tak jauh dari sana mengangguk pelan, sangat pelan. Ia menatap gerak gerik hoseok.

ahh aku harap tidak ada sesi perkenalan..”, mingi bergumam pelan, menunduk kebawah.

“jadi karena saya belum mengetahui—“

“sialan….”, mingi mendesis, mengutuk dosen baru di depannya dengan pelan.

Yerim yang mendengar mingi hanya berusaha menahan tawa, ia begitu tau bagaimana mingi yang begitu benci sesi perkenalan setiap dosen baru hadir di kelas mereka.

*******

Pukul 7 malam dan kelas yerim selesai, mingi memutuskan pergi lebih dulu karena ada janji dengan temannya untuk pergi ke perpustakaan kampus. Yerim sendiri entah kenapa ingin tau keadaan dosen park, yah~ meskipun yerim tidak menyukai dosen itu seperti yang lain, yerim sedikit iba karena untuk pertama kalinya mendengar dosen park sakit.

chogio… “

“oh, kau yerim ! kita bertemu lagi ternyata”, hoseok tersenyum dengan tangan yang masih merapikan buku.

Yerim ikut membalas senyum hoseok, “maaf hoseok saemnim, tapi park sa—“

“panggil saja hoseok, sepertinya kau terlihat tidak nyaman memanggilku begitu”

Yerim terkekeh pelan sambil menggaruk kepalanya, “maaf, tapi hoseok-ssi, kalau saya boleh tau, park saem dia.. sakit apa ?”

Seketika itu hoseok menghentikan aktivitasnya, ia menunduk sebentar lalu tersenyum pada yerim, “dia sakit, aku dengar dosen park kecelakaan saat akan pulang mengajar kemarin malam, itu sebabnya aku dipanggil kesini”

“oh…”, yerim melirik ke kanan, berusaha menghindari tatapan dari hoseok yang terus menoleh padanya dengan intens.

“ kenapa kau tidak pulang, yerim-ssi ?”

“oh, saya menunggu.. appa

Hoseok sedikit terkejut, mereka bersama berjalan keluar ruangan, berdampingan. “appa mu yang kemarin itu ? dia benar-benar ayahmu ?”

Yerim bingung, dia tidak tau harus menjawab apa. Kalau boleh jujur, ingin rasanya ia bilang tidak, entah kenapa yerim memang tidak terlalu suka dengan status mereka saat ini, entah status seperti apa yang saat ini mereka jalani, jadi yerim hanya bisa menganggukan kepalanya.

“oh ya, sepertinya aku juga akan jadi dosen pembimbing mu..”

Yerim menolehkan kepalanya cepat, menatap hoseok terkejut, “pembimbing tapi.. aku tidak per—“

“kau melewatkan beberapa mata pelajaran penting, sebelumnya aku melihat catatan dosen park yang tertulis dia  harus membimbing mu, jadi sepertinya itu akan menjadi tugas ku sekarang”

*******

Yoongi menunggu yerim yang masih saja belum keluar dari area kampus. Pria itu sejenak bertemu teman yerim, oh mingi. Gadis itu berkata yerim masih di dalam dan akan segera pulang, hal itu membuat yoongi lega. Yoongi sendiri sebenarnya tidak perlu bertanya pada teman yerim itu, hanya saja entah kenapa pengelihatannya pada yerim semakin terganggu.

Seperti, sinyal ponsel yang terganggu karena satelit.

Ya seperti itu lah yoongi akhir-akhir ini. Sama seperti kasus di pantai Jeju, yoongi tidak akan menyusul yerim jika saja ia bisa membaca pandangan dan pikiran gadis itu.

Dan saat ini, entah kenapa ia tidak bisa melihat yerim dari kejauhan.

“park yerim !”, yoongi sedikit mengeluarkan geraman, melihat ia bersama pria yang sangat ingin yoongi musnahkan.

Yerim melambaikan tangannya pada yoongi. Yoongi mengejar yerim dan menarik tangan gadis itu.

“ahh.. ada apa ?”, yerim bertanya pada yoongi yang terus menariknya keluar hingga ke dalam mobil.

Yoongi tidak menjawab, dia geram dan marah, bukan pada yerim tapi dia bingung kepada dirinya dan pria bernama hoseok itu, mungkinkah ?

Tubuh yoongi yang awalnya berada di parkiran kampus menghilang dalam sekejap, sebelumnya yoongi bisa melihat yerim yang mengetuk jendela mobil dari sudut matanya. Yoongi kembali berdiri di halaman depan kampus dimana hoseok ternyata masih berdiri disana, tidak bergerak sedikit pun.

Yoongi merutuki dirinya karena tidak bisa memukuli hoseok, begitu banyak orang disana, jadi ia mendekat dan berbisik dengan mata yang masih setajam elang. Meredam amarahnya sebelum sesuatu muncul dalam dirinya, yang tidak ingin ia perlihatkan kepada semua orang.

“siapa kau ?”

Hoseok menoleh, menatap yoongi dengan alis berkerut bingung.

Nafas yoongi menderu, “jangan berpura-pura polos, siapa kau? apa yang kau inginkan ?”

.
.
.
.
.

Sementara itu, di sisi lain. Di tengah ruang tamu yang tak begitu luas dan televisi masih menyala, dalam kegelapan seseorang dengan pakaian serba hitam menunduk, menatap pria yang duduk menghadap televisi kini terbaring dengan kepala menengadah keatas dan mata membulat terkejut hampir keluar.

Pun ia membenarkan letak topi hitam nya, mengeluarkan sebilah pisau lipat yang berkilau, membentuk garis lurus di antara nadi leher pria yang sudah menghilang nyawanya beberapa jam lalu.

Darah segar yang mengalir deras membuat mata sang orang dewasa itu memerah hingga dibalik topi hitam dan gelapnya ruangan, surai nya berubah menjadi putih. Menandakan dahaga yang tiba-tiba menjalar ke tenggorokannya.

Ia  menekan kembali pisau itu, lalu mengangkatnya, menjilat pisau tersebut hinga bersih tanpa noda. Kembali menyayat mangsanya malam ini, seperti menyobek kulih lehernya, membuat luka lebih panjang.

“ini karena menyentuh rambutnya…”, ia bergumam pelan.

Menusuk leher pria tua itu hingga darah mengenai wajah nya yang tertutup masker hitam,

“ini karena kau merusak karya nya, aku akan menyobek wajah mu seperti kau menyobek karya nya”








to be continued

note :

sama seperti note yang ada di work ku yang Brother Complex.

/kalau ada yang belum baca disana, aku bakalan ulang disini.

/ jadi rencananya, aku bakalan hiatus untuk beberapa bulan karena aku harus ngurus portfolio art dan juga kelangsungan study aku di Australia, jadi aku mohon doanya dari kalian semua karena #kalaubisa, aku rencana bakal kesana dan siapin beberapa hal dan mental buat test. Walaupun ini masih rencana doang.

So I have to focus with one thing right now, and for my lovely reader(s) don’t worry guys, I still update the story but not often as before. I keep watching you guys, hohoho..

Oh yeah, almost forgot, ff ini beberapa part lagi kayaknya tamat nih….

/ still wait and calm to my silent readers who not vote my story *ungwaenchana-yo.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro