♕-21
-幸せな読書-
"Woi jangan lari!" Bambam terus mengejar Jisung.
"Kita masih bisa ketemu di sekolah kan!?" Jisung masih terus berlari.
"Kita bicara disini!" Teriak Bambam, membuat semua orang yang berada di sekitar situ fokus ke arah mereka.
"Jangan teriak-teriak, bodoh!"
"Makanya berhenti!"
"Nggak!"
"Oh lo ngajak gua berantem!? Mau saling keluarin kekuatan!?"
Jisung langsung berhenti. Jangan sampai harus ngeluarin kekuatan di tempat umum, itu bahaya buat angel, karena sinyal kekuatan angel itu lemah, bisa jadi vampire seluruh dunia mengetahui keadaan vampire.
"Kau lemah." Ledek Bambam.
"Dengar, gua gamau ribut pake kekuatan. Lebih baik kita ngomong aja." Jisung berusaha untuk tidak terpancing emosinya.
Bambam menunjukan jarinya ke salah satu tempat minum bir di sebrang jalan yang mereka lewati "Baiklah, kita bicara di tempat bir sana. Lo yang bayar."
"Gua masih 17 tahun! Belom waktunya minum!" Teriak Jisung.
"117 tahun kan? Sudah boleh, Ayo!"
"Jadi sekarang lo mau apa? Ribut?" Tanya Jisung, dia sama sekali tidak menyentuh gelas birnya.
Sama dengan Jisung, Bambam juga belum menyentuh gelas birnya sama sekali, takut terlalu cepat mabuk "Tidak. Jangan takutlah, kenapa sih lo takut banget ma gua? Gabakalan gua gigit kok."
"Ya gimanapun juga, gua takut sama lo lah, lo kan vampire, pisikopat, gila, paket lengkap deh." Balas Jisung.
"Enak aja! Kalo lo ngomong kek gitu lagi gua kirim teror ke rumah lo!"
"Kirim ae. Nggak masalah." Balas Jisung.
"Yasudahlah, itu tidak penting. Yang sekarang gua pengen nanya itu cuman soal Lami." Kata Bambam.
"Lami? Kenapa soal Lami?"
"Gua ini kakaknya Lami..." Kata Bambam.
"HAH!?" Jisung yang baru saja meminum birnya, meyemburkan bir itu kembali.
"Dari kedua jejak kaki ini, agak sulit untuk mencarinya sih, Pak. Tapi yang jelas salah satu kakinya berukuran lebih besar, bisa jadi kaki ini yang satu milik lelaki dan yang satunya perempuan." Kata seorang polisi kepada Hyunjin.
Hyunjin sebenarnya ketakutan 'bagaimana jika nanti semua kejahatannya itu terbongkar?' Tapi ingat! Hyunjin harus bertingkah senormal mungkin.
"Tapi mungkin ya Pak, ini hanya firasat saya aja, menurut saya jejak kaki itu tidak asli. Bisa saja pelakunya memberinya ukuran yang berbeda untuk mengecoh. Karena kalau bapak perhatikan, kaki yang lebih besar selalu bersejajar dengan kaki yang lebih kecil. Aneh kan?" Tanya Hyunjin. Aktingnya memang hebat.
"Bisa jadi sih, Pak. Tapi segala kemungkinan bisa terjadi. Meskipun kita sudah dapat pelakunya satu atau dua orang pun, kita belum bisa menemukan orangnya."
"Untuk itu saya serahkan saja sama bapak, Mohon maaf, saya kurang ahli dalam hal yang seperti itu. Jika nanti ada perlu, bapak bisa hubungi saya, saya aktif 24 jam."
"Lo bohong kan? Gimana bisa lo kakaknya Lami?" Tanya Jisung.
"Ya... Memang begitu, dan gua nggak bohong. Tapi ya gua sama Lami udah saling janji untuk ngerahasiain ini, karena kan satu sekolah udah tau kalo gua itu vampire, otomatis nanti Lami juga bakalan jadi vampire dong. Kasian Lami Kalo sampai orang-orang lain tau." Kata Bambam.
"Astaga gua beneran nggak bisa percaya!"
"Tapi ya emang itu kenyataannya."
"Terus terus, apa yang lo mau tanyain?"
"Ah ini soal kasusnya Lami. Gua denger katanya elu berperan aktif dalam kasus ini, bahkan dapat panggilan polisi. Jadi gimana kasusnya?" Tanya Bambam.
Jisung menghela nafas berat "Gua juga bingung, kenapa gua nggak dapet panggilan dari polisi ya? Masalahnya setiap kali gua telefon polisi, mereka bilang katanya nggak kenal nomor gua."
"Hah!? Aneh banget, lo salah kasih nomor kali!" Kata Bambam.
"Nggak mungkin, jelas-jelas udah gua kasih yang bener kok."
"Gua minta perkembangan kasusnya, gimana pun juga, Lami itu adik gua, gua harus tau semua updatenya."
"Tapi gua nggak bisa kasih tau updatenya begitu aja, secara kasus ini kasus tertutup, karena bukan hanya menyangkut Lami, tapi semua orang di rumah sakit juga tertipu. Bahkan orang Tua lo dan Lami aja nggak boleh tau, bisa-bisa mereka diminta tuntutan karena kerugian rumah sakit. Lo mau?"
Bambam meletakan birnya sehabis meneguk bir itu, dia bukan langsung minum segelas atau sebotol, dia benar-benar tidak suka mabuk, hanya suka sensasi minum saja. Eh kenapa jadi bahas itu?
"Gua kaya, bukan kayak orang tua gua, bukan kayak Lami juga. Gua tuh kelasnya udah beda sama mereka. Asal gua tau updatenya, gapapa deh gua bayar kerugian rumah sakitnya." Kata Bambam.
"Ya, baiklah. Tapi ingat lo harus menjaga rahasia ya! Kasus ini kasus tertutup."
"Itu mudah sekali." Bambam mengucapkan kalimat itu dengan smirknya.
.
.
.
.
Guys, masih ada yang inget episode ini? Lebih tepatnya scene ini ga?
Udah kebongkar kan? Hehe, jangan penasaran lagi ya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro