Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

37. PROBLEM SOLVING [END]

Spam "Nagara" 10 kali dong guis

Spam "Valerie" 10 kali jg

Ini udah ending lohhh hehehhe

Happy reading😍

"Sampai kapan pun, aku pasti bakal inget gimana kasarnya kamu dulu. Kaisar yang bikin aku bertahan. Aku memang cinta sama kamu walaupun sedikit, tapi setidaknya aku masih berusaha bertahan sama kamu sampai akhir."

"Kamu terpaksa bertahan sama aku?"

Valerie mengangguk. "Kamu coba aja pake logika, mana ada yang tahan sama cowok brengsek? Soalnya sekalinya brengsek susah diubah."

"Maaf, Valerie. Aku dulu jahat banget nyakitin kamu." Nagara tertunduk sesal.

"Emang," balas Valerie. "Tapi, ya udah, jugaan udah masa lalu."

Nagara tersenyum Valerie mau memaafkannya. Ia mulai mengikis jarak bibir mereka, mempertemukan kedua benda kenyal, melumat penuh cinta. Valerie kini mulai menguasai lumatan, mempercepat tempo hingga napas Nagara tak beraturan.

"Aku ngos-ngosan, Valerie," keluh Nagara setelah melepas tautan bibir.

"Mampus!" ledek Valerie sembari menjulurkan lidah.

"Paket!" teriak kurir dari depan pintu rumah mereka.

"Sebentar, Sayang. Paket aku datang," ujar Nagara pada Valerie.

"Oke." Valerie turun dari pangkuan Nagara, lalu duduk di sofa.

Nagara berjalan ke depan pintu, menarik gagang tersebut guna menemui sang kurir paket. Ia tersenyum ramah kepada pria yang ditaksir berumur dua puluh lima tahun.

"Atas nama Nagara?" tanya sang kurir.

Nagara mengangguk. "Iya, Kak."

Kurir itu memberikan sebuah paket berbalut kertas cokelat kepada Nagara. Tangan kanannya merogoh ponsel yang berada di dalam saku. "Difoto dulu, ya, Pak."

Anggukan sebagai balasan yang diberikan oleh Nagara.

Ia mengarahkan ponsel ke arah Nagara, menekan tombol putih di bagian bawah tengah untuk mengabadikan potret sebagai bukti bahwa paket sudah diterima.

"Sip, mantap. Kalau begitu saya pamit," katanya, usai memotret Nagara.

"Hati-hati, Pak."

"Siap."

Kedua retina menelisik paket sembari berjalan ke dalam rumah. Tak lupa ia menutup pintu, lalu bergabung bersama Valerie di sofa ruang tengah.

Valerie melirik sekilas benda yang dibawa Nagara. Rasa penasaran seketika melingkupi relung hati. "Paket apaan, tuh?"

Kedua sudut Nagara tertarik lebar—memberikan paket itu kepada Valerie. "Coba kamu buka."

Valerie mengambil benda itu dari tangan Nagara. "Aku buka, ya?"

"Iya, Sayang," balas Nagara sembari mengusap lembut surai Valerie.

Hati seketika berdebar, kupu-kupu seolah hinggap di perut Valerie. Sungguh, rasanya seperti pertama kali jatuh cinta dengan Nagara. Padahal, pernikahan mereka sudah berjalan selama empat tahun.

Guna menetralkan hati, Valerie berjalan tergesa-gesa menuju laci ruang tamu untuk mengambil gunting. Ia kembali ke ruang tengah, duduk lesehan beralaskan karpet berbulu.

Nagara peka bahwa sang istri salah tingkah, membuatnya tertawa kecil. Maklum saja, mereka jarang ada momen romantis. Ketika ada kesempatan untuk menyalurkan afeksi, efeknya bukan main.

Tak terasa paket telah dibuka oleh Valerie. Ia menatap kagum kotak berisi jersey berwarna merah khas bendera Indonesia. "Lucu banget isi jersey buat kita bertiga."

"Kamu suka?" tanya Nagara.

Valerie mengangguk antusias. "Suka banget!"

"Itu sertifikatnya belum kamu baca." Nagara menunjuk sertifikat berwarna biru tersebut.

"Baru nyadar ada sertifikatnya."

"Kamu, sih, terlalu terpesona sama aku sampe nggak perhatiin sekitar." Ia mengedipkan sebelah matanya.

"Dih, kepedean!" protes Valerie. "Aku lihat, ya?"

"Iya."

"Manis banget hadiahnya," ujar Valerie setelah membaca isi sertifikat.

"Kalo aku manis nggak?" tanya Nagara sembari tersenyum.

"Gak!" seru Valerie.

Nagara mencebik kesal. "Ya."

Valerie menangkup wajah Nagara, mengecup kilat bibir pria itu. "Manis, kok."

Sontak, Nagara merengkuh erat tubuh Valerie, tersenyum di balik hangatnya dekapan mereka. "Gara sayang banget sama Valerie."

Wanita itu membalas pelukan Nagara, menampilkan kedua sudut bibir tertarik lebar. "Valerie juga sayang dikit sama Nagara."

Pelukan itu Nagara lepaskan, diganti dengan posisi memegang kedua bahu Valerie sembari menatap lamat netra sang wanita. "Gapapa dikit, yang penting sayang."

"Iya, iya," jawab Valerie sembari tertawa kecil. "Btw, kita udah punya jersey, terus kapan mau fotoan bareng Kaisar?"

"Yuk fotoan di studio. Besok siang, deh, kita ke sana."

"Kamu hari ini latihan, ya?" tanya Valerie.

"Iya."

"Aku anterin ke stadion, sekalian mau ke cafe. Aku, kan, belum pernah ke cafe stadion yang ini, soalnya kamu club baru."

Mendengar ucapan Valerie, Nagara jadi teringat saat ia satu club bola dengan Neron. Sudah empat tahun berlalu, karir mereka semakin melesat. Akan tetapi, kalau dibandingkan dengan Neron, Nagara masih sedikit berada di bawah Neron. "Ah, jadi inget Si Curut pas kami masih main satu club, sekarang dia udah jauh lebih sukses dari aku, mainnya di luar negeri."

"Semua ada jalannya masing-masing, kok. Siapa tau aja kamu bisa main di luar negeri juga." Valerie tahu Nagara insecure dengan pencapaian Neron, apalagi sang pria kerap kali dibandingkan dengan Neron oleh netizen yang budiman.

Nagara bangga melihat karir Neron semakin melejit. Tak dipungkiri rasa iri terkadang hinggap di hati. Akan tetapi, sebagai teman yang baik, ia turut mendukung apa pun keputusan Neron, walaupun mereka sering debat tidak jelas.

Hubungan love-hate relationship memang begitu. Kalau ketemu rasanya ingin debat terus, tapi kalau lagi berjauhan, rasanya rindu.

"Nah, aku mau ngomongin soal ini juga, Valerie."

"Kamu mau main di luar negeri?" cetus Valerie to the point.

"Tapi beda negara sama Neron. Dia di Slovakia, kalo aku di Thailand. Aku belum terima, sih, tawarannya, masih mikir dulu, apalagi Kaisar sekolah di sini."

Valerie membelai lembut surai Nagara, memberi ketenangan untuk sang suami. "Kalo itu memang bagus buat karir kamu, ambil aja gapapa. Kaisar bisa sekolah di sana, aku juga masih bisa buat vlog untuk dapat penghasilan."

"Aku takut Kaisar nggak bisa adaptasi di sana."

"Kamu mau kita LDR?" tanya Valerie.

"Enggak...."

"Ya udah, aku sama Kaisar ikut ke sana," jawab Valerie.

"Maaf ngerepotin."

Valerie menatap kesal pria itu. "Ngerepotin gimana, sih? Sebagai istri, aku harus support kamu dalam keadaan apa pun. Cia aja ikut pindah ke Slovakia, masa aku nggak ikut pindah ke Thailand sama kamu?"

"Kamu baik banget, Valerie. Dulu orang-orang anggap kamu nakal dan angkuh. Justru mereka salah besar, kamu itu baik banget, walaupun rada galak."

"Oh, aku galak, ya? Siap-siap nggak dapat jatah."

Nagara tak sanggup kalau tidak dapat bercinta dengan Valerie. "Jangan gitu, Sayang...."

"Bercanda, kok. Itu, kan, pendapat kamu. Masa aku harus marah dibilang galak? Aku juga ngerasa gitu, sih. Ya gimana nggak galak? Dari dulu aku harus berjuang keras buat hidupin aku dan Tante. Tante memang nggak minta duit, tapi aku kasian ngelihat Tante berusaha buat hidupin aku."

Teringat akan perbuatan jahat di masa lalu, Nagara tertunduk sesal. "Maaf dulu aku malah nambah nyakitin kamu, padahal beban hidup kamu udah berat."

"Oh, iya. Bahas soal itu, kenapa dulu kamu nggak mau ngaku kalo kamu sayang sama aku? Aku mau hari ini semuanya clear biar nggak perlu terus-terusan ungkit itu lagi," tegas Valerie.

"Bahasnya sambil rebahan di kamar, ya? Takut nanti ada yang denger."

"Iya."

Nagara menarik tangan Valerie, membawanya ke dalam kamar. Kalian pasti tahu kalau ada dua sejoli di kamar akan ada kejadian apa.

Sesampainya di dalam kamar, Nagara mendaratkan bokong di atas lautan kapuk, disusul oleh Valerie yang bergabung di sampingnya. Kedua tangan lelaki itu mengenggam tangan Valerie, mengusapnya dengan ibu jari.

"Dulu aku malu ketahuan suka sama kamu, tapi aku juga takut kehilangan kamu. Jalan satu-satunya ya aku posesif nggak jelas, ngatain kamu biar nggak deket sama cowok lain. Tapi, nggak segampang itu buat kamu nurut sama aku. Akhirnya, kita debatin masalah itu mulu sampai kamu kabur. Aku sadar aku kayak gitu karena insecure, takut kamu dapat cowok yang lebih baik. Aku berterima kasih sama Kaisar yang buat kamu bertahan sama aku," jelas Nagara.

Valerie tak habis pikir akan kalimat bodoh yang Nagara lontarkan. "Kamu yang insecure, tapi yang disalahin orang lain. Kamu tau nggak waktu itu aku berusaha banget buat nahan emosi biar Kaisar nggak kenapa-napa? Kamu ngerti nggak kalo ibu hamil stress bisa berdampak ke bayi? Untung aja Kaisar nggak kenapa-napa, walaupun sempet panik dia lahir dengan berat pas-pasan. Itu salah satu dampaknya kamu bikin aku emosi."

"Aku emang bodoh, maafin aku," tutur Nagara tertunduk sesal.

"Ya emang bodoh, goblok, dan tolol."

"Maaf, Valerie...." Tatapan Nagara begitu terluka, merasa bersalah karena telah menyakiti Valerie.

"Mau bilang gapapa, tapi aku kenapa-napa." Valerie memalingkan wajah dari Nagara, menggigit bibir guna menahan air mata yang hendak menerobos pertahanan kedua netra.

Nagara sadar selama ini Valerie berusaha terlihat kuat. Namun, ia malah memporak poranda hati wanita itu hingga hancur berkeping-keping. Kini, ia berjanji akan membuat Valerie bahagia di sisinya, tak akan yang bisa menyakiti wanitanya, sekalipun diri sendiri. "Saat ini aku cuma bisa berusaha yang terbaik untuk kamu."

Retina Valerie tertuju pada Nagara, melihat kesungguhan lelaki itu dalam mengucapkan janjinya. Ia bisa simpulkan bahwa Nagara memang sungguh-sungguh untuk mendapatkan kepercayaannya lagi.

"Mau peluk...." Nagara merentangkan kedua tangan, menatap Valerie penuh harap.

Valerie tersenyum tipis, menyambut Nagara—turut merentangkan tangan. "Sini, Gara."

Ucapan Valerie disambut dengan dekapan hangat oleh Nagara. Menumpahkan seluruh keluh kesah dan jujur kepada perasaan sendiri membuat dirinya semakin lega. Rasa sesal pasti melingkupi relung Nagara. Ia memang bodoh baru berani jujur terhadap perasaannya setelah pertengkaran hebat. "Maaf, Valerie."

Suasana haru menghiasi pagi ini, kejujuran dan ketulusan cinta terungkap semua. Bicara dari hati ke hati memang lebih efektif untuk menyelesaikan masalah ketimbang silent treatment atau marah-marah.

Valerie melepaskan pelukan Nagara, menyeka air mata di sudut kedua netra. "Aku biasanya susah banget ngasih kesempatan ke cowok, tapi kali ini aku kasih. Jangan diulangi lagi."

Nagara menarik napas sejenak, lalu ia embuskan. "Iya, Sayang."

"Eh, inget jemput Kaisar."

"Tenang, satu setengah jam lagi, kok. Aku udah setting alarm," tutur Nagara.

Valerie mengangguk paham. "Oke."

"Sayang, mau cuddle...." Nagara mencebik gemas sembari menarik ujung baju istrinya, menampilkan puppy eyes agar Valerie luluh.

Seulas senyum diperlihatkan Valerie. "Kamu udah Bapak-Bapak, loh. Masa mau minta cuddle?"

"Emang nggak boleh, ya?" tanya Nagara.

"Boleh, sih...."

Nagara mendorong tubuh Valerie hingga terlentang, memeluknya dari samping. "Ya udah, aku pokoknya mau cuddle, soalnya kangen!"

"Iya, iya. Manja banget bapak-bapak yang satu ini." Nagara kalau lagi mode bucin membuat Valerie melayang sepanjang hari. She would hide her feelings for Nagara, tapi yang namanya cinta memang susah untuk ditutupi.

"Dasar, Emak-Emak!"

"Yeu, Babe-Babe!"

Banyak kecupan Nagara daratkan di sekujur wajah Valerie. "Sayang banget sama Valerie. Pokoknya aku sayang banget banget banget!"

"Wajahku nanti penuh ludah karena kamu cium terus." Valerie membersihkan bekas kecupan Nagara.

"Kan, bisa dilap pake tisu," balas Nagara tersenyum menampakkan gigi.

Valerie berdecak malas. "Banyak alasan."

"Sayang," panggil Nagara pada Valerie.

"Hm?" Valerie menaikkan sebelah alis.

"Aku paham ini nggak adil bagi kamu, kamu terus yang berkorban demi anak, apalagi sikapku dulu buruk. Tapi aku mohon, tolong banget bertahan. Maaf memohon berkali-kali, tapi aku takut kehilangan kamu."

"Aku nggak bisa terus pura-pura nerima kelakuan kamu. Memang itu udah dulu, tapi aku inget terus sampai sekarang. Tenang aja, aku udah maafin, kamu yang sekarang jauh lebih baik," jelas Valerie.

"Maaf, Sayang...."

"Ya udah, gapapa. Udah masa lalu, dari kemarin aku baru mulai bisa nerima kamu lagi."

Valerie berusaha untuk menerima bahwa takdirnya adalah bersama Nagara untuk selamanya. Oleh karena itu, ia belajar untuk lapang dada menghadapi retorika kehidupan bersama sang pendamping hidup hingga akhir hayat.

***

Nagara dan Valerie sedang di perjalanan setelah menjemput Kaisar dari sekolah. Bocah itu sedari tadi mengoceh perihal pengalaman pertama kali bersekolah di Taman Kanak-Kanak. Bocah itu kini duduk di jok belakang bersama Inem, sedangkan Valerie dan Nagara duduk di depan.

"Mama, tadi Kaisar dibilang pintel loh sama Bu Guru!" seru Kaisar.

Valerie tersenyum senang. "Wah, bagus! Kamu tadi belajar apa aja?"

"Mengeja, Ma."

"Oke, kalo be-a-ba ce-a-ca dibaca?" tanya Valerie.

"Baca!"

"Pintarnya anak Mama." Valerie tersenyum bangga bisa mempunyai anak yang periang dan tampan seperti Kaisar.

"Kaisar gitu, loh!" Ia menepuk bangga dadanya.

"Tadi Kaisar ada lihat cewek cantik nggak?" Kini Nagara yang bertanya.

"Banyak!"

"Gara, jangan ajarin Kaisar tentang cinta. Selain dia anak kecil, aku takut dia ngerasain kepedihan yang seharusnya tidak dirasakan," tegur Valerie.

"Oke, sorry." Nagara mengalihkan atensi ke Kaisar. "Oh, iya! Papa udah kasih hadiah yang kita beli ke Mama, loh."

"Mama ceneng nggak sama hadiah yang Kaisar kasih?" tanya Kaisar.

"Seneng banget, dong. Makasih banyak, ya, Nak," jawab Valerie menampakkan kedua sudut bibir yang tertarik lebar.

"Sama-sama, Mama. Kaisar sayang Mama."

"Mama jauh lebih sayang Kaisar."

"Kaisar yang jauh lebih sayang Mama. Pokoknya Kaisar paling sayang sama Mama Papa!" Tak ada satu pun manusia di muka bumi yang boleh melampaui rasa sayangnya ke orang tuanya selain dirinya.

"Iya, Sayang. Kami juga sayang kamu. Tapi, Mbak Inem juga disayang, dong," ujar Valerie, melirik Inem yang turut tersenyum melihat kebahagiaan keluarga kecil mereka.

"Iya, Kaisar juga sayang Mbak Inem," kata Kaisar memeluk tangan Inem.

Inem tertawa kecil. "Mbak Inem sayang sama Kaisar."

Valerie senang melihat Kaisar bisa respect dengan orang lain, tak memandang siapa orang itu. "Mbak Inem, kamu suka makan daging, 'kan?" tanyanya pada Inem.

"Suka, Nyonya," balas Inem.

Ia mengangguk paham, lalu menatap Nagara yang tengah menyetir. "Gara, aku laper. Boleh nggak kita ke tempat all you can eat?"

"Boleh. Aku juga laper." Nagara menyetujui permintaan Valerie.

"Siap," balas Valerie. Kini ia kembali menatap Inem. "Nanti kamu makan sepuasnya, Mbak Inem. Tambah sebanyak yang kamu kau."

"Ah, gak ngerepotin?" Inem sebenarnya mau, tapi malu.

"Nggak jadi, deh, kalo gitu."

Perempuan itu hanya terdiam, takut salah jawab.

Valerie tertawa puas melihat keterdiaman Inem. Senang rasanya bisa menjahili sang suster. "Saya bercanda, Inem."

Inem menghela napas lega. Untung saja jadi makan gratis, soalnya dirinya lapar menunggu Kaisar dari pagi.

***

"Nyonya, ini enak banget!" seru Inem.

Inem dari tadi heboh makan ayam dan sapi panggang. Bahkan, Valerie memaksanya untuk terus menambah agar Inem puas makan banyak tanpa mengeluarkan biaya. Anggap saja ini reward karena telah menjaga Kaisar dengan sepenuh hati.

"Jelas, dong. Ini langganan saya waktu syuting video klip," jawab Valerie.

Jadi, dulu Valerie pernah syuting video klip bersama salah satu model terkenal untuk band bernama Nuah. Di video itu terdapat adegan Valerie dicium keningnya oleh sang pria ketika hendak pisah karena beda agama, serta terhalang restu orang tua.

"Oh, video klip yang kening kamu dicium itu, ya?" sinis Nagara.

"Iya."

"Kamu suka sama model video klip itu?" tanya Nagara.

"Suka banget. Dia baik, pernah dibeliin minum juga." Valerie tahu kalau Nagara tengah dirundung api cemburu.

"Wah, pasti enak banget minumannya."

"Enak aja, sih, soalnya dibeliin boba kesukaan aku."

"Boba rasa apa?" tanya Nagara. Nagara tak tahu kalau Valerie suka boba.

"Rasa pearl milk tea. Gara-gara dia aku jadi suka pearl milk tea."

"Pasti dia spesial banget, ya, sampai aku nggak tahu kamu suka boba?"

"Nggak usah nanya-nanya lagi," peringat Valerie.

"Ya." Nagara tak mau lagi memperpanjang perdebatan, yang ada hanya menambah rasa cemburu.

"Boba itu apa?" Kaisar mulai kepo.

"Minuman manis, Sayang. Kamu belum boleh coba, ya, nanti takutnya tersedak," tutur Valerie diiringi nada halus.

Kaisar mengangguk. "Iya, Mama."

***

"Kamu suka sama cowok yang kamu omongin tadi?" Nagara mulai membahas topik di restoran tadi.

"Suka. Kenapa nanya lagi?" tanya Valerie.

"Dia ganteng?"

Valerie mengangguk. "Ganteng."

"Oke."

"Sip." Valerie mengacungkan ibu jari.

"Aku cemburu, Vale."

Valerie mengerut kening. "Terus, perasaan kamu tanggung jawab aku gitu?"

"Enggak."

Wanita itu berdecak malas. "Ya udah diem."

Nagara benar-benar tak mau kehilangan Valerie, apa pun ia akan lakukan demi mempertahankan wanita itu. "Aku takut kamu nikah sama dia."

"Mental kamu belum siap jadi ayah kalo kelakuan kayak gini."

"Sorry, tapi aku nggak mau kehilangan kamu...."

"Kamu pikir aku langsung mau gitu sama dia?" Valerie menghela napas.

"Ya enggak, tapi siapa tau kamu berubah pikiran."

"Enggaklah, Gara."

"Soalnya dia lebih ganteng dari aku."

Valerie mendorong pelan bahu Nagara, berusaha memberi pengertian kepada pria itu.  "Gak usah khawatir. Kalo kamu baik sama aku, aku pasti bakal bertahan."

Nagara mulai merasa lega. "Aku lagi berusaha bahagiain kamu."

"Bagus kalo gitu."

Belaian ia berikan di surai Valerie. "Valerie, kamu mau nggak kita honeymoon? Dulu, kan, kita belum dapat honeymoon."

"Inget, kita udah ada Kaisar, nggak bisa sebebas dulu," peringat Valerie.

"Kaisar bisa dititipin ke Papa Mama. Coba, deh, baca di internet, honeymoon setelah nikah bisa banget buat merekatkan hubungan pasangan."

"Sebenernya aku tertarik, tapi kasian Kaisar nanti nggak bisa adaptasi, soalnya dia lebih sering sama Mbak Inem ketimbang sama Papa Mama," lontar Valerie.

"Ajak Mbak Inem ke rumah Papa Mama."

Valerie mengangguk paham. "Kukira mau ngajak Mbak Inem honeymoon juga."

"Congormu!" seru Nagara.

"Kenapa congorku? Mau kamu cium?"

Nagara mengangguk antusias. "Mau."

"Mau mode faster atau harder?"

Sepasang mata Nagara terbelalak, tangannya refleks menyentil dahi Valerie. "Kita mau ciuman, bukan mau nganu pake mode faster harder."

Valerie mengusap bekas sentilan Nagara di dahinya. "Rese."

***

Akhir pekan memang paling enak kalau dipakai untuk istirahat dan jalan-jalan untuk refreshing bersama orang terkasih. Akan tetapi, Valerie tak bisa melakukan itu karena dilanda demam, tiba-tiba ia tak enak badan.

"Dingin...," keluh Valerie, meremat erat bed cover yang membalut tubuhnya.

Nagara terbangun dari tidurnya, mengerjapkan mata—menyesuaikan dengan cahaya. "Valerie, kamu kenapa?"

"Kepalaku pusing, hawanya juga tumben dingin banget."

Tangan kanan Nagara tempelkan di dahi Valerie guna mengecek suhu tubuh wanitanya. "Ya ampun, badan kamu hangat banget! Aku buatin kamu bubur dulu, ya?"

"Nggak usah, Gara. Nanti kamu repot," ujar Valerie.

"Gapapa, Sayang." Nagara mengecup kening sang istri, membuat Valerie tersenyum tipis melihat effort pria itu.

"Mama kenapa?" Kaisar yang tertidur di tengah mereka turut terbangun dari tidurnya. Ia khawatir melihat kondisi sang Mama terkulai lemas.

"Mama kamu sakit, Sayang," jelas Nagara.

"Mama pasti sembuh!" Kaisar memberi semangat kepada Valerie.

"Pasti, dong," jawab Valerie tersenyum kecil.

"Mama harus mamam!" seru Kaisar.

"Iya, Mama mau mamam."

"Kaisar, ikut Papa yuk buat masakin Mama bubur," ajak Nagara pada Kaisar.

"Ayo!"

***

"Kok, motongnya lama banget, sih?" protes Kaisar.

Sudah lima belas menit Nagara memotong bahan, tapi tak selesai-selesai karena pisaunya tumpul, belum lagi ia memasak sembari menggendong Kaisar yang cerewet.

Sejak memiliki Kaisar, Nagara tak pernah memasak. Oleh karena itu, skill dalam memasaknya kurang lihai seperti dulu. Dulu, sih, nggak jago-jago amat. Setidaknya, ia dulu bisa memasak.

"Sabar, Nak. Papa nggak jago masak makanan, jagonya masak Mama sampe keluar anak."

"Oh, gitu...." Kaisar mengangguk paham.

—————————TAMAT———————

Guisss udah end nih

Ada pesan yang mau disampaikan untuk cerita ini?

Aku tau cerita ini kecepetan alurnya karena laporan dan skripsi sudah menungguku wkwkwk. Aku keteteran jujurly say

Selanjutnya, kalian mau dibuatin cerita tentang siapa nih?

Kaisar?

Steven?

Atau yang lain?

Plz komen yaaa xixiixi

Boleh dong review dan kasih testimoni buat cerita ini. Komen yaa di sini

Maaf yaaa kalo selama ini aku ada salah kata. Sampai jumpa di lain waktu

Best regards,

Cinderianaxx

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro