Bagian 10
Suara pintu kamar yang terbuka, segera membuat Minhyuk mengakhiri bacaannya. Dengan gerakan yang dibuat agar tak terlihat mencurigakan, Minhyuk memutar tubuh untuk menatap sosok yang baru saja memasuki kamar tersebut.
"Ku pikir kau sudah tidur." Adalah Kihyun yang berujar seraya berjalan lambat kearah ranjangnya.
"Belum...aku baru saja menyelesaikan bacaanku." Mengangkat buku yang beberapa saat lalu dibacanya, Minhyuk berujar.
Menatap buku itu sesaat, Kihyun mengangguk pelan sebelum menghempaskan tubuhnya diranjang.
"Tidak ingin mandi dulu sebelum tidur?" Ucapan Minhyuk disambut gelengan pelan Kihyun.
"Aku benar-benar lelah hari ini" Memejamkan matanya Kihyun berujar pelan.
"Kalau begitu beristirahatlah." Gumaman Kihyun membalas itu, membuat Minhyuk kembali memutar tubuhnya menghadap meja belajar.
"Venus..." Bibir Minhyuk bergerak tanpa suara.
Membuka kembali buku yang dipegangnya, Minhyuk menatap barisan kalimat yang tertulis disana. Bukan kalimat yang terdapat didalam buku, melainkan pada secarik kertas yang menjadi media komunikasinya dengan Changkyun.
"Ini akan menjadi pertarungan yang sulit." Menyandarkan tubuhnya dikursi, Minhyuk menghela nafas kemudian.
*
Langkah Minhyuk yang semula terayun ringan, perlahan melambat mendapati sosok Venus berdiri didepan coffee shop Hyunwoo. Sempat menghentikan langkahnya dalam hitungan detik, diapun perlahan menghampiri yeoja itu. Dan kemudian nampak menyentuh pundak Venus dengan ujung telunjuknya.
"Annyeonghaseyo" sapa Minhyuk ramah saat Venus berbalik menatapnya.
Hanya tersenyum tipis, Venus tak berusaha membalas sapaan hangat pria manis dihadapannya.
"Apa anda hanya akan berdiri diluar hari ini?" Tanya Minhyuk membuat senyum Venus kian melebar.
"Yaaa....kurasa begitu." Jawabnya kemudian
"Kenapa?" Alis Minhyuk bertaut karena balasan itu.
Menarik nafas berat sesaat, Venus masih coba mempertahankan senyum diwajahnya.
"Seseorang yang tak harus kutemui ada didalam, karena itu aku tetap disini" urainya namun tak mengurangi kebingungan Minhyuk.
"Aku harus pergi." Tak berusaha menjelaskan lagi, Venus memilih berlalu.
Membiarkan pandangan Minhyuk mengantar kepergiannya beberapa waktu. Sebelum kemudian namja manis itu memutuskan memasuki coffee shop.
"Hyunwoo hyung mana?" Tanya Minhyuk pada Hyungwon yg menghabiskan waktu menatap layar ponselnya dibalik meja order.
"Dikantornya" jawab Hyungwon tanpa mencoba menghentikan aktivitasnya tersebut.
"Ya!!! Jaga coffee shop dengan benar." Memukul tengkuk Hyungwon, Minhyuk meninggalkan teman jangkungnya setelah mendengar ringisan pelan namja itu.
Membalas sungutan Hyungwon dengan tawa pelan. Minhyuk beranjak kelantai atas menuju ruang kerja Hyunwoo. Minhyuk baru akan mengetuk pintu ruang kerja Hyunwoo dibuat terkejut ketika pintu kayu tersebut tiba-tiba terbuka. Sosok Hyunwoo nampak muncul dibalik pintu tersebut, dengan ekspresi wajah yang terlihat tak baik.
Tanpa mengatakan apapun, Hyunwoo beranjak dengan gerakan kaki lebar. Memaksa netra Minhyuk mengarah pada sosok Mingi yang membeku didalam ruang kerja namja Son itu.
"Noona..." Dengan gerakan ragu, Minhyuk menghampiri Mingi.
Mingi menatap Minhyuk, seraya menarik seulas senyum kaku diwajahnya.
"Ada apa? Apa kau bertengkar dengan Hyunwoo-hyung?" Gelengan pelan Mingi membalas pertanyaan Minhyuk itu.
"Lalu?"
"Dia marah padaku." Ujar Mingi lemah
"Whae?" Mingi mengarahkan selembar kertas pada Minhyuk untuk membalas pertanyaan namja itu, membuat Minhyuk meraih benda tersebut.
Menatap sesaat kertas yang diberikan Mingi, Minhyuk mematung kemudian. Sebelum akhirnya menarik senyum tipis, seraya mengusap lengan Mingi.
"Chukae noona...kau berhasil menang dalam kontes itu." Walau dengan nada lemah, Mingi mendapati ketulusan dari ucapan selamat yang diberikan Minhyuk padanya.
"Tapi ini bukan sesuatu yang harus mendapatkan ucapan selamat." ujar Mingi seraya menundukkan pandangannya.
Minhyuk yang mengerti hal tersebut menarik nafas dalam, sebelum kemudian mendekat pada Mingi.
"Cobalah menjelaskannya lagi pada Hyunwoo hyung." Ucap Minhyuk
"Dia tak akan mau mendengarnya lagi." Dengan nada putus asa Mingi membalas.
"Buat dia mau mendengarnya, jangan putus asa noona." Mingi mengarahkan pandangannya pada Minhyuk karena ucapan namja tersebut.
"Satu dua kali tak akan membuatnya mengerti, maka katakan berkali-kali. Beri dia pengertian, agar Hyunwoo hyung paham apa yang kau inginkan." Lanjut Minhyuk
"Itu akan melukainya."
"Jika kau berhenti menjelaskan disini, maka kau tidak hanya melukai dirinya tapi juga dirimu." Mingi membisu karena itu.
"Kebahagiaan Hyunwoo hyung adalah dari senyummu, lalu...darimana dia mendapatkan kebahagiaan jika kau menahan kebahagiaan itu?" Urai Minhyuk selanjutnya.
"Minhyukie..."
"Hanya berusaha menjelaskan lagi noona, berusaha lebih keras lagi agar Hyunwoo hyung mengerti." Minhyuk memutus kata-kata Mingi, memaksa yeoja Heo itu menarik seulas senyum simpul diwajahnya.
"Kau sudah memenangkan kompetisi itu, sekarang kau harus berusaha memenangkan hati Hyunwoo hyung." Minhyuk menyemangati
Mingi mengangguk bersama senyum yang semakin mengembang lebar. Beban dirasa sedikit berkurang darinya kini, karena semangat dan juga senyum yang dihadiahkan Minhyuk padanya.
*
"Kita mulai darimana?" Tanya Injun yang dibalas gelengan pelan saudaranya
Sung So menatap keraiaman jalanan Apgujong dengan wajah lelah.
"Apa sebaiknya kita mencari rumah makan dulu, aku sedikit lapar." Saran Injun
Menatap saudaranya tersebut, Sung So mengangguk pelan kemudian. Sebelum kemudian namja paruh baya itu melangkah bersama Injun, untuk mencari rumah makan.
"Jweisonghamnida agassi..." Ucap Injun, saat tanpa sengaja bahunya menabrak seorang pejalan kaki karena jalanan Apgujong yang cukup padat.
Tatapan tajam Venus sosok yang tanpa sengaja ditabraknya segera Injun dapati, sebelum tanpa berujar yeoja itu berlalu begitu saja.
"Aku tak tahu kalau kota Seoul sudah berubah tak ramah semenjak ku tinggalkan." Gumam Injun pada Sung So yang hanya tersenyum tipis.
"Kajja..." Ucap Sung So, memaksa Injun yang menatap lurus kepergian Venus segera beranjak mengikutinya.
*
Junhong baru saja selesai memberi bocoran informasi yang didapatnya, yang justru dibalas tatapan tajam Changkyun. Namja bersuara berat itu tak benar-benar yakin dengan informasi yang diapatnya. Membuat Junhong yg menyadari hal tersebut berdecak sebal.
"Itu benar-benar informasi yang kudapat." Junhong berujar menegaskan.
Merubah tatapannya, Changkyun menarik nafas berat kemudian. Sebelum akhirnya mengangguk pelan.
"Lalu....apa kau bisa mencaritahu siapa Venus yg sudah diutus oleh kelompok bulan?" Gelengan Junhong membalas itu.
"Itu bukan hal mudah"
"Mudah bukan berarti tidak mungkin mendapatkannyakan?" Tatapan tak suka Junhong membalas ucapan Changkyun. "Aku mau informasi tentang Venus, yg lebih jelas." Perintah Changkyun tanpa sungkan.
"Kau mau membunuhku ya?"
"Tidak...bagaimana mungkin aku tega membunuh temanku" sanggah Changkyun.
"Lalu kenapa kau menyuruhku melakukan hal berbahaya?"
"Itu berbahaya karena kau tak memiliki keberanian. Jika kau memiliki keberanian, maka tugas yg kuberikan tidaklah berbahaya." Balas Changkyun santai.
"Changkyun-a..."
"Budge jumping akan menjadi olahraga berbahaya untuk pengecut. Tapi tidak bagi pemberani." Kata-kata Changkyun memutus ucapan Junhong begitu saja. "Dan aku tahu Choi Junhong bukan pengecut. Jadi cari tahu informasi yg kuminta segera mengerti." Mengusap bahu Junhong, Changkyun berlalu setelahnya. Membiarkan beban yg dia tinggalkan membuat Junhong menghela nafas berat.
*
Venus menatap keluar jendela, menikmati pemandangan malam kota Seoul ketika Hades kembali ke apartement mereka.
"Aku melihat sang Pedang." Gerakan kaki Hades yang semula akan beranjak ke kamarnya, segera terhenti.
Segera namja itu menoleh pada Venus, yg sudah lebih dulu mengarahkan pandangan padanya.
"Aku ingin sekali membunuhnya saat melihat yeoja itu." Kilatan dendam tertangkap mata Hades ketika namja itu menyelami netra Venus.
"Jangan mencari masalah, kau datang bukan untuk melenyapkannya. Ingat itu!!" Dengan nada tegas, Hades berujar.
Venus tersenyum tipis, sebelum kembali berbalik menatap pemandangan malam kota Seoul.
"Seandainya saja aku bisa lebih dulu melenyapkannya, pasti sangat menyenangkan" gumaman pelan Venus masih tertangkap jelas telinga Hades.
"Tanpa harus mengotori tanganmu, sang pedang akan lenyap dengan sendirinya saat kau berhasil melenyapkan Putra Bulan." Sambut Hades.
"Jika aku berhasil ya" Ulang Venus dengan nada rendah. "Jadi jika aku gagal..."
"Aku tak pernah memasukkan kata gagal dalam rencanaku, jadi berusahalah melakukan semuanya dengan baik agar tidak gagal." Putus Hades yg disambut kebungkaman Venus.
Senyap menjadi spasi diantara keduanya. Memaksa Hades memutuskan berlalu meninggalkan Venus. Tepat sesaat setelah namja itu berlalu, jemari Venus menggepal erat. Karena serangan beban yg seolah datang bergantian mengisi kepalanya.
🌕 TBC 🌕
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻HAEBARAGI🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro