Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

Dalam hidupku, kematian rasanya seperti teman dekat. Melihat orang meninggal bukan hal yang asing dan baru, atau terjadi sesekali dalam setahun. Semuanya terjadi ketika aku bersama mama, yang selalu mengajakku ke sini—ruangan yang kotor dan bau—tetapi banyak orang suka berada di sana. Baik Mama dan para orang itu, menghirup bubuk putih lalu menjadi aneh. Mereka bilang melihat surga. Tentu saja aku tak percaya. Apalagi setelah itu banyak yang mati dengan mata melotot dan mulut penuh busa. Mana ada orang yang meninggal seperti itu bisa melihat surga.

Setelah bubuk putih yang akhirnya aku tahu namanya sabu-sabu milik Mama habis, ia akan menitipkanku pada Tante Joan—adiknya—sementara ia pergi entah ke mana. Lalu,Bang Damian—anak Tante Joan—akan mengajakku bermain atau membelikanku makanan. Tapi, kali ini, Mama tak kembali sampai usiaku enam tahun.

Tante kemudian mendaftarkanku sekolah, dan aku suka di sana. Banyak mainan dan teman, yang usianya sama denganku dan tidak kelihatan aneh. Meskipun Bu Guru sering menegurku karena aku suka mengucapkan kata-kata yang diucapkan oleh Mama dan teman-temannya. Tapi aku jadi mengerti. Berarti Mama dan teman-temannya yang aneh itu suka berkata jorok.

Suatu hari, Mama kembali dan bertengkar dengan Tante Joan. Mama tak suka keputusan tante yang sepihak mendaftarkanku sekolah. Lalu, Mama menyuruhku mengenakan gaun yang paling bagus, dan membawaku pergi dari rumah Tante. Mama bilang akan membawaku bertemu Papa. Aku senang, karena selama ini aku tak pernah bertemu dengannya. Jadi, aku menurut saja saat Mama menyeretku keluar rumah Tante Joan, yang menangis menutupi wajahnya. Aku berpamitan pada Bang Damian dan Om Rangga yang berwajah murung. Rasanya tak tahan melihat wajah mereka yang sedih. Tapi, aku tak sabar bertemu Papa.

Aku membayangkan kami akan tinggal di rumah mewah, di mana aku bisa berlarian dan makan makanan dari kulkas besar, karena Mama bilang, Papa punya banyak uang. Kami takkan kelaparan, kekurangan uang atau tinggal di ruangan kotor yang mengerikan itu lagi. Sayangnya, hari itu tidak berakhir seperti yang kuimpikan selama ini. Karena kematian itu akhirnya menghampiri Mama yang melotot dengan mulut penuh busa, sementara bubuk putih berceceran di mana-mana.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: