Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tujuh Belas

Tema: "Buat cerita dengan tokoh utama hari ke-13 yang terbangun sebagai prajurit pada Perang Dunia II."

Non-Canon

363 kata

Biasanya, aku bangun dengan seruan nyaring Bibi Zaras yang lantang berkumandang atau siraman air di wajah atau seonggok bantal guling menyalami muka. Biasanya selalu begitu. Namun, hari ini, setelah membuka mata, transisi-nya kepalang soft dengan kondisi aku menggengam senapan laras panjang, di tengah-tengah gempuran tanah dan prajurit perang yang berlarian.

"Zaleen!" Nah, orang yang baru saja meneriakan namaku seraya memberi perintah untuk memutar arah ke barat itu, tumbang saat tempurung kepalanya bolong akibat peluru senjata.

Aku meringis. "Sialan."

Aku memutar arah mengikuti orang-orang yang bersetelan perang serupa denganku. Persetanlah mereka teman atau kawan—aku tidak peduli. Lagian, bagaimana bisa aku respawn di tengah-tengah perang?!

Napasku terengah saat berlari macam orang udik sembari menyandang senapan laras panjang. Entah bagaimana cara menggunakan senjata ini. Beberapa prajurit lain yang tengah lari dengan arah yang sama denganku, segelintirnya sempat menoleh ke kebelakang sembari menembak hanya untuk dilubangi kepala mereka sebab orang-orang di balik punggungku itu macam sudah kesetanan.

Seseorang berseru keras, seperti memberi peringatan dalam bahasa yang tidak kumengerti sama sekali—

Saat itulah aku masuk ke dalam parit.

Parit buatan memanjang tanpa air. Di sini becek, sedikit berlumpur dan disertai genangan noda merah—darah?!

Sementara tanah-tanah masih menggempur hebat akibat ledakan bom di mana-mana, aku berkelit sampai ada bunyi retakan di tulang punggungku ketika seseorang menerabas tiba-tiba. Dia sempat menoleh sekilas, lalu lanjut berlari menyurusi parit buatan ini.

"Aku akan menembakmu," kataku pelan. "Aku akan menembakmu!" Kali ini berteriak.

Aku hendak berlari, tetapi keburu ditahan oleh pemuda lain yang mencengkram lenganku. Aku menoleh. Wajahnya penuh coreng kehitaman, noda darah di kening dan memiliki tatapan tajam. Ia membuka mulut mengucapkan beberapa patah kata yang, demi apa pun, aku sama sekali tidak memahaminya.

Dia mengguncang badanku dengan kedua tangan menggenggam bahu. Moncong senapannya mengarah ke lubang hidungku. Aku merinding luar-dalam.

Bom lagi-lagi meledak tepat di emperan parit sisiku, aku dan prajurit ini terhempas ke sisi lain. Dan yang anehnya, transisi yang kualami lagi-lagi terlalu lembut ketika membuka mata, moncong bibi Zaras bersiap akan menyemburkan air pada wajahku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro