Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Satu

Tema: "Buatlah cerita yang berawalan, pagi ini, aku dibangunkan oleh ...."

471 kata

Pagi ini, aku dibangunkan oleh sosok hantu tanpa wajah yang menawarkan "paket spesial" untuk memperpanjang usia, tetapi dengan konsekuensi jadi bara api di neraka. Katanya, dia mendapat sebuah penglihatan kalau sebentar lagi aku bakal mangkat dilindas ban mobil enam roda sampai penyet.

Benar cerita Pak Pasyur tadi malam, kalau belakangan, jam pagi di kuburan TPU ini sering kedatangan tamu. Nah, tamu yang beliau maksud ini lebih mirip manusia dengan luka sobekan di mulut, rongga mata mengeluarkan belatung, telinga kutung, dan bau busuknya minta ampun. Pak Pasyur bilang, kalau mereka minta sesuatu, jangan diterima. Sekarang, aku paham benar mengapa dia bilang begitu.

"Cuma nyawa saja, Om, sebagai kontrak. Nggak pakai materai dan cap jempol juga. Nanti umur Om bakal panjang, percaya, deh." Suaranya agak berat dan serak macam lingkar perutnya menyangkut di tenggorokan.

Aku berbaring miring, terbalut sarung kotak-kotak. Dingin menjalar di sekujur badan. Luar-dalam, tubuhku bagai sedang dimandikan air es. Jemariku bergetar dan membeku secara bersamaan. "Pergi. Pergi kau. Aku tidak butuh tawaranmu itu."

"Spesial, lho, ini," katanya, "tidak semua orang kudatangi sambil menawari mereka 'paket spesial' ini. Lihat sisi baiknya, Om gagal mati. Tentunya keluarga di rumah senang. Nah, sekarang pikir, kalau Om mati mau jadi apa coba."

Jadi biduan. Aku menghela napas.

Kuduga, hantu ini tampaknya dulunya punya kepala sekeras batu—meski sekarang bagian kiri tempurung kepalanya bolong, lembek mirip adonan sampah merah kental—dan punya latar belakang seorang mantan sales. Sudah lima belas menit dia bersikukuh menawariku "paket spesial" anti mati-nya itu.

"Nyawanya Om diserahkan ke aku, setelah itu, kalau sudah terkontrak—" Matanya yang bolong sekelam langit malam menyapaku. Leher hantu ini menengadah depan mukaku. Belatung berjatuhan. "—Hari ini, Om nggak jadi mati."

Aku tidak tahan. Maka, aku beringsut duduk meski sarung masih melilit kepala. "Pertama, Kawan, jangan panggil aku Om, umurku ini masih sembilan belas tahun. Kedua, kematian itu sudah digariskan oleh Yang Di Atas. Kalau mati, ya mati. Mana bisa diperpanjang. Kau pikir karet. Ketiga, kau ini hantu, buruk rupa, tidak berperasaan, munafik, menyesatkan, bersekutu dengan jin, kolot—"

"Sebagai tukang gali kubur, kau sialan sekali," potongnya.

"Makasih." jawabku. "Sekarang, kau boleh pergi. Sana."

"Oke-oke saya pergi." Dia turun dari pelataran pondok. Demi apa pun, bekas darah dan anakan belatung masih mengiasi papan kayu. Hantu itu menoleh padaku, "Kalau Om berubah pikiran, alamatku ada di desa sebelah, TPU Lama, RT 07, bawah pohon beringin, no 12."

Lalu dia lenyap di kegelapan, meninggalkan bau busuk binatang.

Pukul tujuh kurang sepuluh menit, di aspal depan TPU tempatku biasa meronda dan menggali kubur, warga desa dikejutkan oleh bunyi decitan roda mobil serta teriakan seorang pemuda. Sekonyong-konyong warga berdatangan, tubuhku meremang, jantungku terasa berhenti berdetak. Betapa terkejutnya aku melihat tubuhku sendiri tergeletak bagai bubur kertas di sana. Darah menjadi kubangan, kubangan darah melumer ke mana-mana.

Lantas, aku mengangkat kedua tangan dengan kening mengerut. Kayaknya ada sesuatu yang aneh, ya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro