nijuuyon 二十四 nyanyian siren
"SUNGGUH TAK apa bila aku tidak melihat pertandinganmu?" tanya Koraru sambil berjalan beriringan dengan Mizuo yang baru selesai berganti baju menuju kolam renang indoor.
"Tidak apa-apa. Pertandingannya tertutup karena tidak ada tribune serta ruangan kolam renang indoor tidak cukup untuk menampung penonton. Lagi pula, kau pasti juga ingin menonton pertandingan Hara, kan?"
Bohong. Sebenarnya 'tidak' tidak apa-apa. Mizuo ingin sekali pertandingannya ditonton oleh Koraru. Ia ingin menunjukkan kehebatan dirinya dalam berenang dan meraih juara. Namun, Mizuo juga tahu, jadwal pertandingan cabang olahraga renang berbarengan dengan cabang olahraga tenis. Sementara itu, cabang olahraga lari akan diperlombakan kebesokannya.
"Benar, sih. Aduh, aku bingung sekali!" Koraru mengacak-acak rambut frustrasi.
"Tidak usah bingung." Mizuo terbahak. "Nanti aku akan kabari berita kemenanganku dan kau juga harus mengabari berita kemenangan Hara, bagaimana?"
Koraru menoleh pada Mizuo dengan senyum lebar. "Baiklah!"
Mizuo spontan menghentikan langkah tatkala melewati koridor yang berhadapan dengan lapangan tenis di bawahnya. Ia bisa melihat, di tepi lapangan tenis yang cukup ramai itu, ada dua insan yang sepertinya tengah mengobrol serius—Yamasashi Hara dan Tanaka Arata.
"Mereka berdua sepertinya terlihat dekat, ya. Saat di matsuri juga," komentar Mizuo tanpa sadar. Ah, mulutnya bergumam sendiri sampai Koraru bisa mendengarnya.
"Hara dan Arata-kun adalah teman masa kecil. Hara menyukai Arata, tetapi lelaki itu tampaknya tidak peka. Sepertinya saat ini Arata sedang menyemangati Hara—sambil mengejeknya, tentu," jelas Koraru sambil menatap ke bawah.
Kalau itu sih, Mizuo sudah tahu dari gelagat Hara saat di matsuri.
"Maksudku, bukankah sepertinya mereka terlihat tambah dekat?"
"Ini baru tebakanku saja, tetapi ... sepertinya mereka baru saja berpacaran," ujar Koraru dengan nada ragu. "Kalau itu benar, aku akan memarahinya! Enak saja dia tidak bilang-bilang padaku, padahal aku yang selalu mendukungnya mendekati Arata-kun."
Mizuo kembali melanjutkan langkah. Ia tahu. Meski Koraru terlihat marah, sebenarnya gadis itu hanya berkelakar. Mizuo juga tahu, Koraru sebenarnya tidak terlalu peduli dengan hal seperti itu. Ah, itu cukup menyakiti hatinya. Ia berencana menembak Koraru setelah kompetisi olahraga selesai di hari kedua, tetapi ketakutan akan penolakan menyelimuti hatinya. Bagaimana jika Koraru benar-benar menganggapnya hanya teman?
"Mizuo-kun, lagi-lagi kau melamun. Memikirkan apa, sih? Pertandinganmu? Tenang saja, aku yakin kau pasti akan menang."
Mizuo tersentak dan menoleh. Kedua tangannya melambai-lambai dengan gestur seakan mengatakan 'tidak'.
"Aku hanya kepikiran hal lain kok, haha." Mizuo tertawa canggung, lalu terdiam sampai ia melihat Amane dan Keiko di depan pintu masuk kolam renang indoor. Mereka seperti tengah menunggunya.
"Eh, Obaa-san? Keiko-san?" Mizuo menghentikan langkah dan tertegun. "Kalian sudah datang?"
Amane dan Keiko berbalik. Amane lantas mendekap tubuh Mizuo dan mengusap-usap punggungnya.
"Kami memang tidak bisa menontonmu, tetapi kami yakin kau pasti bisa, Mizuo-kun," ujar Amane dengan nada menenangkan.
"Benar! Kau, kan, du—eh, maaf."
Delikan mata Mizuo membuat Keiko terkikik karena hampir keceplosan mengatakan duyung di depan Koraru.
Amane melepas dekapannya, lantas menoleh ke Koraru. "Mizuk-kun, apa gadis ini adalah Sachihara Karoru?"
Sebelum Mizuo sempat menjawab, Koraru cepat-cepat mengangguk terlebih dahulu dan membungkukkan badan. "Iya, saya Sachihara, tetapi maaf, Obaa-san, nama saya Koraru bukan Karoru."
Amane tertawa. "Ah, begitu rupanya. Maafkan wanita tua ini yang cukup payah menghafal nama. Namaku Katagaki Amane, neneknya Mizuo. Dan ini Hayama Keiko, kakak sepupunya yang berasal dari Naha. Yoroshiku." ujar Amane memperkenalkan diri sembari menunjuk dirinya dan Keiko.
"Yoroshiku onegaishimasu, Katagaki baa-san, Hayama-san."
"Angkatlah kepalamu, Sachihara-san." Amane menepuk bahu Koraru. Gadis itu lantas menegakkan punggung.
"Pertandingan sebentar lagi akan dimulai. Obaa-san dan Keiko-san tunggu saja di tenda yang ada di tepi lapangan utama. Dan Koraru, selamat menonton pertandingan Hara."
Setelah berkata demikian dan berpamitan pada tiga orang itu, Mizuo memasuki ruangan kolam renang. Hanase-senpai dan beberapa gadis lainnya menyambut Mizuo begitu masuk. Sementara itu, Hideaki sudah bersiap-siap dengan baju renang, swim cap, dan kacamata renang.
"Oh, Mizuo! Kau lama sekali. Pertandingan akan segera dimulai, lho."
Meski Hideaki berkata dengan nada netral, tetapi ia yakin lelaki itu sedikit marah padanya. Yah, salahnya juga terlalu asyik mengobrol dengan Koraru.
"Maaf."
Ruangan di kolam renang indoor ini cukup padat dipenuhi para peserta dan tim juri serta pengawas. Belum jika ditambah penonton. Karena itulah pihak sekolah hanya melarang cabang olahraga renang untuk ditonton oleh penonton umum. Namun, yang membuat atensi Mizuo teralih dari banyaknya orang di ruangan ini adalah kehadiran Aoki Keiji yang tengah berdiri seraya bersedekap di sudut ruangan.
Netra Mizuo memicing. Sedang apa orang itu di sini?
"Hideaki, sedang apa orang itu ada di sini?" tanya Mizuo sembari menunjuk Keiji.
Hideaki mengikuti arah jari telunjuk Mizuo. "Sepertinya dia ingin membuktikan kata-katanya saat di pertemuan klub dua minggu lalu, ingat? Sudah biarkan saja."
Benar juga. Mizuo hampir melupakan itu. Ia juga tidak benar-benar menganggap serius kata-kata Keiji saat itu.
"Cabang renang gaya bebas 100 meter putra!" Sakamaki-sensei sebagai salah satu pengawas membunyikan pluit.
"Yosh, ganbatte, Mizuo!" Hideaki menepuk bahu Mizuo dua kali.
"Terima kasih, Hideaki."
Begitu nama Katagaki Mizuo dipanggil, jeritan dari peserta gadis-gadis membuat pikiran Mizuo jadi tidak fokus. Lawan-lawannya mendelik sinis pada Mizuo, tetapi Mizuo mencoba mengabaikan tatapan taksuka peserta lain.
Pluit Sakamaki-sensei kembali berbunyi. Kali ini bunyinya panjang-panjang.
Mizuo sudah bersiap di posisinya. Netranya lurus memandang ke depan. Sampai suara pluit lagi-lagi berbunyi nyaring, membuat Mizuo spontan menceburkan diri ke kolam.
Na la la~
Na na la la~
Mizuo sedikit tersentak mendengar sesuatu yang terdengar seperti sebuah nyanyian. Namun, Mizuo mencoba fokus. Ia bergerak cepat—amat cepat seperti seekor duyung yang berenang hanya dengan mengayunkan ekor, tetapi bagaimanapun, kaki manusia tetaplah berbeda dengan ekor duyung.
Nyanyian itu sesekali terdengar lagi meski Mizuo tengah berada di dalam air. Ia takbisa melihat permukaan karena mencoba fokus ke perlombaan. Sampai di ujung kolam renang, Mizuo menyentuh dinding, lalu kembali berenang ke arah sebaliknya.
Suara alunan nyanyian itu masih terdengar. Diam-diam Mizuo berenang sambil berpikir dan mengais memori, dari mana asalnya nyanyian itu? Rasanya ia sangat familier, tetapi sekarang bukan saatnya memikirkan itu.
Sedikit lagi ... dan ya!
Mizuo berhasil menyentuh dinding. Kepala dan bagian atas tubuhnya timbul di permukaan.
Na la la~
Na na la la~
Na la na na la~
Na na la la la la na~
Mizuo tersentak. Nyanyian itu ... kali ini ia mendengarnya jelas sekali, hingga membuatnya menoleh ke asal suara. Mizuo tidak bisa tidak terbeliak. Orang-orang di sekelilingnya seperti menjadi patung, sementara peserta lain juga tengah berenang, tetapi bergerak pelan seperti waktu tengah diperlambat. Lebih dari itu, suara laki-laki yang amat menenangkan dan memikat nan didengarnya tadi berasal dari seseorang di sudut ruangan—Aoki Keiji.
"Kau ... Katagaki Mizuo! Kenapa kau bisa tidak terpengaruh?!"
Sekarang Mizuo ingat. Kenapa semuanya menjadi seperti ini. Nyanyian itu ... adalah sihir pemikat khas kaum siren.
🧜🧜🧜
Waduh, sebenernya Keiji ini siapa, sih?!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro