Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ni 二 murid baru

SACHIHARA KORARU diam-diam menatap lelaki berambut baby blue tersebut dari balik buku yang menutupi sebagian wajahnya.

"Nama saya Katagaki Mizuo. Salam kenal dan mohon bantuannya."

Lelaki itu adalah murid baru di kelasnya dan ia baru masuk di semester dua. Tepuk tangan antusias menggema di kelas. Koraru akui, lelaki itu cukup tampan meski berkacamata. Dan ia rasa, siswi lain juga berpikiran demikian. Mereka berbisik-bisik, bahkan ada yang terang-terangan menanyakan ID LINE-nya.

Koraru mendengkus, lantas kembali menatap lelaki itu. Namun, mata kuning kejinggaan miliknya justru malah bersirobok dengan mata biru laut sang murid baru. Mereka bersitatap cukup lama sampai Koraru membuang wajah ke arah lain karena pipinya mendadak sedikit memanas, sementara Katagaki Mizuo terus menatapnya intens.

Kenapa laki-laki itu terus menatapku?

"Baiklah, Katagaki-san¹, silakan duduk di bangku kosong di sebelah Sachihara Koraru dan di depan Uenoyama Karen," titah Kazaki-sensei² sembari menunjuk bangku kosong di dekat jendela.

Kazaki-sensei tidak menyebutkan siapa nama murid yang ada di bangku depan karena bangku itu terlihat kosong.

"Baik, Sensei."

Baru satu langkah Katagaki Mizuo berjalan, lelaki itu sudah limbung dan nyaris jatuh andai tangannya tidak bertumpu pada meja. Ia melangkah lagi dan tubuhnya benar-benar seakan ingin jatuh. Kening Koraru mengerut heran. Apa lelaki itu baik-baik saja? Apa kakinya tengah terluka jadi jalannya aneh begitu?

Tak hanya Koraru, murid sekelas juga menatap Mizuo aneh karena setiap melangkah dia selalu berpegangan pada meja di sampingnya. Namun, lelaki itu malah mengangkat wajah dan tersenyum cengengesan.

"Anu, ekorku—eh, maksudnya— ka ... kakiku sedang terluka," kata Mizuo yang mengerti raut heran teman-teman sekelasnya.

"Aah ...." Mereka, termasuk Koraru, langsung mengangguk-angguk paham, meski tak mengerti kenapa Mizuo (kalau tak salah) mengatakan ekor.

Selanjutnya, pembelajaran berlangsung sepeti biasa. Kazaki-sensei membicarakan sesuatu saat homeroom, termasuk menyambut kedatangan Mizuo di kelas 2-1. Lalu di pelajaran berikutnya, Mizuo bukannya memperhatikan guru, malah terus menatap Koraru hingga gadis itu merasa tak nyaman. Apa ada yang aneh denganku?

Agaknya tak hanya Koraru yang menyadari hal itu. Itou-sensei sampai menegur Mizuo yang tidak memperhatikan papan tulis dan gelagapan saat ditanya jawaban soal materi Matematika yang tengah diterangkannya. Tak hanya itu, Yamasashi Hara—gadis yang duduk di sebelah Koraru—juga berbisik, "Dari tadi Katagaki-kun³ terus memperhatikan dan melirikmu, lho."

Koraru mendekatkan kepalanya pada Hara. Ia memejam sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. "Sst, diamlah. Nanti dia dengar."

Hara mencebikkan bibirnya dan kembali menghadap depan, tetapi Koraru tambah mendekatkan kepalanya ke telinga Hara.

"Hara, apa ada yang salah dengan penampilanku?" Ujung-ujungnya, Koraru tetap bertanya demikian.

Gotcha!

Hara tersenyum miring. Pasti ia sudah menduga Koraru akan bertanya itu. Lagi pula, siapa sih yang tidak risi ditatap terus menerus oleh lawan jenis?

"Tidak ada yang salah denganmu. Anak itu saja yang aneh," balas Hara berbisik dengan telapak tangan kanan berada di sebelah mulut.

Koraru mendesah lega. Punggungnya agak merosot, tetapi ia cepat-cepat menegakkan punggung lagi tatkala Itou-sensei mengalihkan tatapan padanya.

***

"Katagaki-kun, apa aku boleh meminta ID LINE-mu?" tanya Uenoyama Karen sembari menggenggam ponsel pintarnya.

"Aku juga mau!" sahut siswi lain yang mengerumuni meja Mizuo.

Sementara itu, Karoru ... mengungsi di meja Hara karena meja serta bangkunya terdorong cukup jauh akibat kerumunan yang diciptakan oleh siswi-siswi itu.

"Anu, maaf, aku tidak punya ponsel."

Koraru bisa merasakan desahan kecewa dari para siswi yang berkerumun, sedangkan Hara terbahak hingga membuat Karen beserta siswi lain memandangnya dengan tatapan bermusuhan. Diam-diam Koraru juga meledek mereka dan tentu saja di dalam hati. Ia tak mau diserang oleh mereka seperti Hara yang dilempar gumpalan kertas tepat mengenai wajahnya oleh Karen.

"Gadis-gadis, lebih baik kalian menyingkir. Kami ingin bicara dengan anak baru!" Mendadak Tanaka Arata muncul dan membelah kerumunan. Lelaki dengan rambut brunette acak-acakan menepuk meja Mizuo sembari satu tangan berkacak pinggang.

"Katagaki-kun, kau mau bergabung ke klub basket?" tawar Arata dengan sorot yakin akan diterima.

"Hoi! Hoi! Apa-apaan. Dia itu lebih cocok masuk ke klub renang, tahu!" Sato Hideaki menginterupsi dari belakang.

"Klub itu apa?"

Pertanyaan polos dari Mizuo terlontar begitu saja hingga hampir semua yang ada di kelas 2-1 menoleh ke arahnya. Beberapa dari mereka mengerjap dengan mulut menganga sambil berkata, "Serius kau tidak tahu?"

Sementara Arata menggeleng-geleng, Hideaki bangkit dari bangkunya dan menghampiri meja Mizuo.

"Apa di sekolah lamamu tidak ada klub, Katagaki?" tanya Hideaki.

Hara menggeleng. "Rasanya itu tidak mungkin. Mana ada sekolah yang tidak punya klub!"

"Tunggu, apa jangan-jangan ... Katagaki-kun homeschooling?" terka Karen.

Tanpa disangka, Mizuo mengangguk. "Ano ... iya. Ini pertama kalinya aku sekolah dengan normal. Sebelumnya aku homeschooling."

"Sou ka⁴."

"Baiklah," tiba-tiba saja Hideaki menepuk tangan sekali, "jadi, singkatnya, klub itu semacam kegiatan peminatan di luar kurikulum sekolah untuk mengembangkan bakat dan minat. Seperti yang Tanaka dan aku sebutkan tadi, Tanaka adalah kapten klub basket, sementara aku ketua klub renang. Selain dua itu, ada delapan belas klub yang ada di sekolah ini, seperti klub sepak bola, pencinta alam, berkebun, melukis, dan lainnya."

"Jadi, kau tertarik basket?" Kini giliran Arata yang menginterupsi.

"... Aku belum pernah main basket, tetapi aku cukup sering berenang." Mizuo menjawab dengan nada ragu.

Hideaki menunjukkan senyum kemenangan, seakan meledek Arata. "Sudah kubilang, kan, dia itu cocok di klub renang."

Arata memberengut.

"Hei, Tanaka. Kalau kau cemberut begitu citramu di kalangan perempuan nanti akan jatuh, lho," kelakar Hara sambil terkekeh.

Koraru dan beberapa murid lainnya ikut tertawa, sementara wajah Tanaka nyaris merah padam.

"Ah, tetapi aku juga tertarik basket kok. Apa Tanaka mau mengajariku?" Wajah berbingkai kacamata itu dihiasi senyum. Sepertinya Mizuo ingin menyenangkan kedua belah pihak. "Apa ikut dua klub diperbolehkan?"

"Tentu saja. Aku tidak keberatan untuk mengajarimu!" sahut Arata berapi-api.

"Katagaki-kun ikut klub basket dan renang? Pasti keren!"

Karen dan beberapa gadis lain menjerit histeris. Sekali lagi Koraru mendengkus. Ia tahu pikiran gadis-gadis itu. Di klub renang, mereka bisa melihat lekuk tubuh serta otot-otot perut dan lengan Mizuo yang terlihat bugar ...

... lho? Kenapa ia jadi berpikir seperti itu? Koraru menutup wajahnya dengan kedua tangan. Astaga-astaga, memalukan!

"Ne? Kau kenapa, Koraru-san?" tanya Hara seraya menepuk bahu Koraru hingga gadis itu tersentak.

"Eh, etto⁵ ... tidak ada apa-apa."

Bel masuk kembali berdenting. Semua murid kembali ke bangkunya masing-masing. Jam pelajaran selanjutnya adalah Fisika. Wanita bernama Kochou-sensei memasuki ruang kelas. Kali ini pun, Mizuo tidak memerhatikan pelajaran dengan baik. Sesekali ia melirik Koraru yang tengah menatap papan tulis sembari sesekali mencatat materi yang diterangkan.

Selembar kertas tiba-tiba ada di sisi kiri meja Koraru. Gadis berambut cokelat gelap yang kini digerai hingga punggung tersebut mengernyit. Lantas ia membaca sebuah tulisan tangan yang tertera pada selembar kertas putih itu.

Mare.

Apa kau mengingatku?

🧜🧜🧜

¹-san: panggilan universal (bisa tua maupun muda) yang sopan, bisa ditujukan kepada siapa saja.
²-sensei: panggilan untuk orang dengan pekerjaan yang dihormati, biasanya guru atau dokter.
³-kun: panggilan yang biasanya ditujukan kepada laki-laki atau orang yang lebih muda.
sou ka: begitu
etto: itu

Bagaimana dengan chapter duanya?

Selamat membaca 🌊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro