juunana 十七 latihan untuk kompetisi
KARENA KORARU sudah menyutujui penawaran Yosuke soal perlombaan lari, ia berencana memulai latihan setelah pulang sekolah ditemani Mizuo dan Hara. Kedua orang yang entah sejak kapan menjadi partner in crime itu langsung bersorak senang ketika Koraru menyerahkan lembar pendaftaran kepada panitia. Namun, Mizuo yang justru memintanya ikut malah terlihat lemas dan lebih sering melamun daripada biasanya.
Saat ditanya, Mizuo hanya menjawab tidak apa-apa sampai Hara yang kesal menggamit kepala Mizuo dengan lengan kanannya dan menyentil dahi lelaki itu.
"A-apa yang kau lakukan, Yamasashi-san?!" pekik Mizuo kaget bercampur kesal.
Karen yang tampaknya tak terima dengan perlakuan Hara mendorong tubuh sang gadis hingga menubruk bangku Keiji. Beruntung lelaki yang bekerja sebagai model itu tengah tidak ada di tempatnya.
"Benar! Apa yang kau lakukan pada Mizuo-kun, Hara? Beraninya!" Karen merobek kertas di bukunya. Ia menggumpalkannya, kemudian melemparkannya ke wajah Hara. Akan tetapi, gadis itu malah mengambil buku tulis di meja Mizuo dan menangkis bola kertas itu layaknya pemain tenis yang sedang menangkis bola tenis. Mizuo, Karen, bahkan perhatian seisi kelas tersita akibat stance yang dilakukan Hara.
"Kemampuanmu sepertinya meningkat," komentar Koraru pada Hara.
Gadis bertubuh 156 senti dengan rambut bob itu menoleh dan memamerkan cengiran. "Aku berlatih keras, tahu."
Sementara itu, Karen yang tampaknya amat kesal hendak menghajarnya andai Mirai tidak menahan kedua lengan Karen.
Mizuo yang kagum, mengabaikan keributan yang diciptakan Karen dan bertepuk tangan.
"Yamasashi-san hebat! Lebih hebat lagi kalau pakai raket dan bukannya bukuku," kata Mizuo yang bagi Koraru terdengar memuji sekaligus menyindir.
"Ahaha, terima kasih." Hara meletakkan buku tulis Mizuo di meja lelaki itu. "Habisnya, kau ini kenapa, sih? Sedari tadi melamun terus, padahal awalnya kau antusias karena Koraru jadi ikut lomba lari—mau apa kau, Karen." Hara yang semula menatap mata Mizuo, beralih atensi pada Karen.
Mizuo dan Koraru spontan menoleh ke belakang. Namun, gadis berambut ungu terang yang merupakan andalan sekolah dalam perlombaan lari satu prefektur itu sudah duduk kembali di bangkunya. Ia pura-pura memandang ke arah lain sembari mengipasi diri dengan kertas tangan ungu bermotif bunga ume.
"Apa? Aku tidak berbuat apa-apa, lihat," kata Karen takacuh, kemudian kembali mengobrol dengan Mirai dan dua gadis lain.
Kembali ke pembicaraan, Hara melanjutkan, "Kau sedang memikirkan apa? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"
Mizuo menggeleng. "Tidak ada."
Namun, nada bicaranya meragukan. Koraru yakin sekali Mizuo tengah berbohong. Ah, entahlah. Kenapa lelaki itu tidak pandai berbohong.
Kemarin-kemarin saat ia bertanya kenapa Mizuo terus-menerus memandang dirinya, lelaki itu mengelak. Sekarang, ia kembali berbohong lagi. Jelas-jelas Mizuo tengah memikirkan sesuatu.
Koraru ingin bertanya lebih lanjut, Hara mendahuluinya.
"Kau tidak pandai berbohong, tahu?"
"Aku sungguh—"
Bel yang menandakan istirahat kedua berakhir berbunyi. Hara kembali ke bangkunya dengan langkah mengentak. Gadis itu menatap Mizuo tajam lewat celah di bangku Koraru karena ia membungkukkan badannya ke depan.
Koraru hanya bisa mendesah panjang melihat kelakuan kedua temannya itu.
***
Pulang sekolah, Koraru, Mizuo, dan Hara berlatih di sebuah jalanan dekat lapangan yang jarang dilalui kendaraan. Jalan ini cocok untuk berlatih lari 200 meter, menurut Hara.
Hara kini terlihat seperti pelatih Koraru yang mendorongnya habis-habisan, sedangkan Mizuo berperan sebagai penonton, padahal seharusnya lelaki itu ada jadwal kegiatan klub basket, tetapi Mizuo rela absen demi bisa melihat Koraru berlatih dan mendukungnya.
Koraru dan Hara mengganti bajunya dengan seragam olahraga SMA Keshiki, sementara Mizuo yang hanya menonton di tribune lapangan tetap menggunakan seragam. Lelaki berambut baby blue itu bersorak sembari melambaikan tangannya.
"Oke, bersedia? Mulai!" Hara meniup pluit yang mengalungi lehernya.
Koraru yang semula dalam posisi berjongkok dengan sigap melangkah dan mengayunkan kakinya sekuat tenaga sampai di garis finis. Ia mengembuskan napas lega. Koraru mencoba mengatur napas sembari berkacak pinggang. Keringat makin bercucuran deras membasahi seluruh tubuhnya.
Beruntung Koraru menangkap handuk kecil berwarna krem yang dilempar Hara.
"26,8 detik. Sudah meningkat dari lima repetisi sebelumnya. Otsukare, Koraru. Beristirahatlah."
Mizuo bertepuk tangan meriah dari tribune. "Otsukare, Sachihara!" serunya setengah memekik karena jarak mereka yang agak jauh.
Koraru mengangguk, lantas menoleh pada Mizuo dan mengulas senyum. Langkahnya membawanya ke tribune tempat Mizuo berada, lalu duduk di satu anak tangga di bawah Mizuo.
"Ini." Lelaki berkacamata itu mendadak menyodorkan sebuah minuman isotonik kaleng. Koraru tertegun. Sebelumnya ia tidak pernah diperhatikan seperti ini oleh lawan jenis. Namun, kenapa Mizuo seperhatian ini? Lagi pula kapan ia membeli minumannya?
"Eh?" Koraru menggumam.
"Tadi aku sempat membelinya di vending machine saat kau dan Hara sedang latihan," kata Mizuo seakan menjawab kebingungan Koraru.
"Ah." Koraru mengangguk singkat. Ia meraih minuman kaleng itu dengan sukacita.
"Terima kasih, Katagaki-kun."
"Tidak masalah."
"Oh, ya, kulihat larimu cepat. Apa sebelumnya kau pernah ikut klub lari atau memang rajin olahraga saja?"
"Yang pertama," jawab Koraru.
"Aku pernah mengikuti klub estafet saat SMP, tetapi hanya bertahan dua tahun saja. Aku tidak terlalu suka olahraga, tetapi aku kerap jogging bersama Hara tiap hari Minggu pagi."
Mizuo mengangguk paham. "Ah, begitu. Pantas saja larimu stabil dan cepat," ujarnya, kemudian tertawa.
"Sebenarnya aku tidak mau terlibat dalam kompetisi olahraga sih, tetapi aku tidak tega melihat kalian berdua." Kini, giliran Koraru yang terbahak.
"Eh, tetapi untung saja Hara merekomendasikanmu. Pilihan tepat mengajak seorang Sachihara Koraru mengikuti lomba lari. Aku yakin kau pasti bisa menang."
Koraru yang duduk menghadap belakang dan bersitatap dengan Mizuo seakan melihat binar di mata secerah laut biru nan jernih. Terlebih sebuah senyum simpul menghiasi wajah manis berbingkai kacamata itu. Rona merah di pipinya timbul. Koraru merasakan gejolak aneh dalam dadanya.
Kenapa ia berdebar-debar melihat senyuman itu? Kenapa ... kenapa saat ini di matanya Mizuo terlihat begitu memesona? Sama seperti saat pertama kali mereka pulang bersama dibingkai pancarona pemandangan laut lepas.
Koraru yang salah tingkah, sampai hampir lupa menjawab.
"Te-terima kasih ...." Koraru menjawab malu-malu. "Tetapi, aku tidak yakin bisa menang."
"Tidak apa-apa, setidaknya kau sudah berusaha semaksimal mungkin."
Kata-kata penyemangat itu begitu menyejukkan hati Koraru. Hanya saat bersama Mizuo, sebenarnya ia merasa nyaman. Kalau ia menceritakan ini pada Hara, gadis berambut bob itu pasti akan mengejeknya. Ya, lebih baik Hara taktahu.
"Koraru ...."
Koraru tersentak tatkala Mizuo memanggil nama belakangnya dengan lirih. Tatapan lelaki itu teduh. Ia meraih tangan kanan Koraru nan lembut dan menggenggamnya.
"Y-ya?"
"Bolehkah aku memanggilmu begitu?"
Koraru mengerjap. Sedikit heran kenapa Mizuo tiba-tiba ingin memanggilnya dengan nama belakang. Yah, sebenarnya ia sendiri tak masalah. Lagi pula Koraru sudah menganggap Mizuo temannya.
"Tentu. Kau, kan, sudah jadi teman dekatku," ujar Koraru, lalu terkekeh. Namun, sepertinya bagi Mizuo, kata-kata Koraru tidak mengandung humor sama sekali. Tatapannya yang semula teduh malah berubah datar.
Koraru seketika salah tingkah. Apa ia salah bicara? Tetapi, ah. Koraru menggeleng-geleng.
"Etto ... apa aku juga boleh memanggilmu dengan nama belakangmu?"
Perkataan Koraru seketika membuat raut Mizuo berubah lagi. "Boleh! Sangat boleh! Aku justru menan—eng, tidak jadi, maaf."
Koraru mendesah kecewa. "Ah, tidak boleh, ya."
"Eh, ma-maksudku bukan begitu! Boleh, kau boleh. Kau, kan, juga teman dekatku."
Senyum Koraru terbit. "Terima kasih, Mizuo-kun."
Di lain sisi, Hara yang memerhatikan obrolan Koraru dan Mizuo gemas sendiri.
"Aduh, mereka itu sama-sama tidak peka atau bagaimana, sih? Sialan kau, friendzone."
🧜🧜🧜
Selamat membaca 🌊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro