Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

hachi 八 belajar bersama

"APA LUKA di kakimu sudah sembuh?"

Sebelum sempat sampai di mejanya, langkah Mizuo terhenti di depan meja Koraru yang mendadak menyapa dan bertanya seperti itu. Mizuo mengerjap, agaknya bingung ingin menjawab apa. Alhasil, lelaki berkacamata itu menggaruk kepalanya.

"Ano, belum, tetapi sudah lebih baik."

Koraru memicingkan mata curiga. "Kau yakin? Kemarin saat bermain basket dan meloncat, kau sampai berteriak kencang dan meringkuk, lho."

Sachihara melihatnya?

Seakan ada anak panah yang menusuk tepat di jantungnya, Mizuo memegang dada bidangnya sembari tersenyum pahit. Perkataan Koraru benar-benar membuatnya malu. Ia sama sekali tak melihat kehadiran Koraru kemarin di barisan gadis-gadis yang menonton.

"Sungguh tidak apa-apa kok, tetapi untuk sementara waktu, sepertinya aku tidak bisa bermain basket, apalagi meloncat-loncat seperti kemarin lagi."

Kalau tidak, aku akan dimarahi Keiko-san lagi.

Koraru mengangguk-angguk. "Sou."

Lantas, Mizuo duduk di bangkunya. Tak lama, Uenoyama Karen datang dan menghampiri meja Mizuo dengan tergesa.

"Kagataki-kun! Bagaimana keadaan kakimu?!" tanya Karen. Raut wajahnya terlihat amat panik.

Belum sempat Mizuo menjawab, teman-teman yang lain ikut memberondongnya dengan berbagai pertanyaan sampai lelaki itu kewalahan menjawab dan refleks berkata, "Kalian bisa diam tidak? Aku tahu kalian khawatir, tetapi kalian terlalu berisik. Luka di kakiku sudah membaik. Jadi jangan tanya-tanya aku lagi."

Kata-kata itu sukses membuat suasana di kelas 2-A hening. Mizuo mengatakan itu dengan tatapan dingin seakan tak ingin diganggu sampai sebagian orang terperangah. Mereka tak menyangka seorang Katagaki Mizuo akan berkata dengan nada amat dingin dan menusuk seperti itu. Yang mereka tahu, Katagaki Mizuo adalah murid baru yang ramah dan murah senyum.

Beberapa orang yang mengerti kesalahan mereka dan memahami kata-kata Mizuo segera undur diri dan kembali ke bangku masing-masing. Karena hal ini pula suasana kelas menjadi canggung. Siswa-siswi yang semula mengobrol, membungkam mulut mereka.

Sementara itu, Mizuo yang merasakan hawa aneh, tidak enak hati karena ia merasa salah bicara. Namun, Koraru yang seakan mengerti keresahan dalam dirinya berbisik menarik lengan seragam Mizuo dan berbisik, "Tindakanmu sudah benar, kalau kau memang tidak nyaman. Jadi tidak usah dipedulikan."

Setelah berkata demikian, Koraru menyuguhkan senyum manis; senyum yang membuatnya terpana seperti saat pertama kali mereka bertemu di gua malam itu.

Mizuo balas tersenyum. "Terima kasih."

***

Mizuo memperhatikan Koraru—yang sedang serius mencatat materi di papan tulis—sembari bertopang dagu dengan tangan kanan bertumpu di meja.

Gadis bernama Sachihara Koraru itu selalu membuat fokus Mizuo teralihkan. Kenapa Tuhan menciptakannya begitu cantik, manis, baik hati, dan pintar? Koraru mempunyai segalanya—oh, mungkin, kecuali kemampuan renang.

Pada menit kelima belas sejak pelajaran Fisika dimulai, Mizuo tertangkap basah oleh Koraru hingga ia salah tingkah. Gadis itu justru malah tertawa pelan.

"Tidak mengerti lagi?" tanyanya setengah berbisik.

Mizuo mengangguk singkat dan membalas, "Tidak paham sama sekali."

"Mau kuajari?"

Mizuo mengerjap. Diajari pelajaran? Oleh Koraru? Sebentar, Mizuo berpikir beberapa kemungkinan yang terjadi saat mereka belajar bersama. Tanpa berpikir dua kali, Mizuo mengangguk antusias.

"Setelah pulang sekolah, ya," katanya, "di perpustakaan?"

Perpustakaan? Kata-kata tak asing itu membuat Mizuo berbinar-binar.

"Boleh," balas Mizuo, "kau tidak ada kegiatan klub?"

Koraru mengangguk. "Aku bisa izin untuk hari ini."

"Ba—"

Kazaki-sensei selaku guru Fisika tahu-tahu berada di depan meja mereka dan berdeham.

"Katagaki-san, Sachihara-san, tolong mengobrolnya nanti saja saat jam istirahat."

Keduanya terkesiap. "H-ha'i, Sensei."

Saat bel yang menandakan sekolah telah usai berbunyi, Koraru buru-buru membereskan isi tasnya hingga Yamasashi Hara yang berada di sebelahnya terheran.

"Kau kenapa terburu-buru begitu?" tanyanya.

Lagi-lagi Koraru seperti salah tingkah. "Eh, ano, aku ingin belajar bersama Katagaki-kun."

Mizuo kira Hara akan kebingungan lagi. Namun, setelah mendapat jawaban dari Koraru, gadis tomboi beriris hazel itu mengangguk paham.

"Oh, kalau begitu good luck!" katanya sembari mengacungkan jempol.

Koraru hanya mengangguk, lantas menoleh pada Mizuo. "Ayo."

Mizuo mengikuti dari belakang. Ia belum hafal betul denah sekolah ini. Ternyata perpustakaan terletak di lantai satu gedung B. Begitu Mizuo memasuki perpustakaan, embus angin dingin menerpa kulit lehernya. Mizuo terperangah melihat betapa luasnya perpustakaan yang terdiri dari dua lantai itu. Rak-rak buku berjejer rapi. Tak lupa tersedia bangku dan meja yang menambah kesan nyaman.

Ternyata ini yang namanya perpustakaan!

Selama belajar di clava penelitian dunia darat, Mizuo cukup sering mendengar kata tentang perpustakaan, tempat para manusia menyimpan benda bernama buku dan menimba ilmu. Sejak dahulu Mizuo ingin sekali pergi ke tempat bernama perpustakaan dan sekarang, ia bisa mengunjungi tempat yang diidam-idamkannya bersama Koraru, gadis yang disukainya.

"Tempat belajar ada di lantai dua."

Koraru menaiki tangga terlebih dahulu, lalu memilih meja di pojok ruangan yang bangkunya hanya dua.

"Jadi ini yang namanya perpustakaan ...," gumam Mizuo sembari menilik sekeliling.

Koraru yang kebetulan mendengar gumaman Mizuo, segera menoleh dan bertanya, "Apa sebelumnya kau belum pernah ke perpustakaan?"

"Iya," jawab Mizuo singkat. Kemudian, ia tersadar.

"Eh, maksudku, selama ini aku selalu belajar di rumah. Di tempat tinggal lamaku dulu hanya pedesaan dan tidak ada perpustakaan," dalihnya gelagapan.

Sebenarnya itu adalah rencana dari Keiko jika ada yang bertanya. Lebih tepatnya, hampir semua alasan Mizuo diciptakan oleh Keiko. Yah, Mizuo manggut saja karena dia tak terpikir alasan lain. Lagi pula, Keiko sudah amat banyak membantunya.

Koraru mengangguk-angguk. "Sou."

Gadis itu kemudian menaruh tasnya di atas meja, lantas mengeluarkan beberapa buku. Mizuo mengikuti Koraru. Kemudian, Koraru mulai menjelaskan materi sampai ke dasae-dasarnya, sebelum Mizuo masuk karena bisa dibilang, lelaki itu telat masuk sekolah selama satu semester.

"Jadi hukum seperti Pascal, Archimedes, itu termasuk ke fluida statis, lalu ...."

Mizuo memangku wajah dengan telapak tangan kiri. Sesekali ia mengangguk-angguk mendengar penjelasan Koraru yang mudah dimengerti—atau memang Mizuo yang kelewat cerdas dapat memahami apa pun dalam sekali lihat atau dengar entahlah—sembari menatap wajah Koraru yang terlihat serius. Air muka gadis itu tampak lembut, tetapi garis wajahnya tegas.

Berada di meja yang sama dan dalam jarak sedekat ini, apa Koraru tak merasakan hal yang sama seperti yang dialami Mizuo? Jantung berdegap tak karuan dan wajah sedikit memanas dengan rona merah.

Mizuo menggeleng-geleng. Tidak boleh, tidak boleh seperti ini! Sadarkan dirimu, Mizuo!

Koraru yang menangkap gelagat aneh Mizuo mengangkat kepala dan bertanya, "Kenapa?"

"Ah, tidak ... hanya saja, hari sudah mulai gelap. Kau tidak apa-apa pulang malam?" Mizuo mencari-cari pertanyaan yang tepat.

Koraru kemudian menoleh ke jendela sekilas.

"Oh, benar." Koraru menimang sejenak. "Saking asyiknya belajar aku jadi lupa diri."

Mizuo terkikik. "Kau memang cerdas, ya."

Koraru menggeleng. "Tidak begitu kok," sanggahnya.

Mereka pun membereskan isi tas sembari mengobrol ringan.

Mizuo bangkit berdiri bersamaan dengan Koraru. Keduanya bersitatap beberapa detik sebelum kembali tertawa bersama. Dan entah kenapa, ada dorongan dalam diri Mizuo yang membuatnya spontan melontarkan tawaran, "Mau pulang bersama?"

🧜🧜🧜

Selamat membaca~ 🌊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro