Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kagaya Story : ...Away

Beberapa hari kemarin, setelah hari yang berantakan hancur lebur itu, aku kembali ke kediaman Kibutsuji.

Berbeda dari musim semi yang akan segera tiba memekarkan bunga dan daunnya. Kediaman Kibutsuji justru mengalami musim gugur.

Ayah tak lagi disini, dia sudah dibalik jeruji besi. Entah bagaimana dan sejak kapan semua bidang permainan ini dijungkirbalikkan oleh Douma dengan mudahnya.

Nama itu... nama yang sudah menggangguku sejak dulu. Kini pasti dia tersenyum puas atas segalanya.

Bukan hanya ayah, Douma berhasil menguak korban-korban yang menghilang tanpa sebab di agensi saat aku bekerja dengan Muzan sebagai duelis.

Wanita-wanita yang dahulunya hinggap di pundak Muzan bagai kupu-kupu--hari-hari esoknya dia tak akan menampakkan sayap indahnya. Hilang bersama api lilin aromaterapi yang kugunakan untuk membakar foto mereka diatasnya--tanda mereka sudah lenyap.

Kecelakaan.

Keracunan.

Kematian.

Skandal buatan.

Menghilang tanpa jejak.

Hingga mengendalikan otak mereka hingga mampu mencabut nyawa mereka sendiri.

Semua ku kerahkan untuk menyingkirkan mereka dari Muzan--cinta sejatiku saat itu.

Sekarang semua arah kamera kini tertuju kepadaku bukan sebagai sosok yang dipandang indah, justru sebaliknya.

Bulan tak akan mampu bersinar tanpa mataharinya. Begitulah cara Kamado menghasutnya dariku... memalingkannya jauh... sampai membuangku hingga telak begini.

Muzan... dia mengkhianati ku.
Dia tak memenuhi janji itu.

DIA TAK PERNAH MENCINTAIKU!!!!

Lukisan tentang dirinya yang bertengger di dinding itu nyaris ku sayat dengan gunting dari atas meja.

Tapi tanganku kaku, gemetar, belum juga ujung gunting itu menyentuh sedikit permukaan lukisan. Kenapa?

Benda yang selalu kuanggap berharga itu justru ku amati. Parasnya yang hidup abadi dalam lukisan itu. Tersenyum padaku bagai surya yang menyingsing menghangatkan bumi sebagai latar belakangnya.

Sentuhku mengusap figur mu yang tak lagi berbicara nyata denganku. Tak lagi ada disampingku. Tak lagi memiliki hati ku.

Air mata ku menggenang. Menitik satu.

"Sampai nanti.." ucap bibir ku gemetar. Kakiku perlahan jatuh terduduk, lemas tak mampu.

"...Sampai nanti aku tak jatuh cinta padamu lagi."

Dada yang kucengkram ini begitu sesak, sakit.
Melepaskan seorang yang begitu dicintai, ternyata sepedih ini.

Namun ini semua untuk bahagia mu, bukan?

Namun ini semua adalah yang terbaik untukmu, bukan?

Melepasmu adalah perbuatan yang benar, bukan?

Ini tanda cinta yang sebenarnya, benar kan?

Jika 'Aku mencintaimu' dan 'Aku ingin memilikimu' adalah hal terlarang untukku..

Mungkin 'Aku bahagia untukmu' adalah satu hal yang harus kututurkan kepadamu.

"Aku bahagia untukmu, Muzan," serak suaraku menahan segala gemetar pedih. Punggung ini terasa menyakitkan, meski kusandarkan dibawah lukisan indah tentang dirimu.

Tak bisa kujelaskan lagi seberapa deras air mata ini mengalir, seberapa hampa dan sakitnya hati yang kau tinggalkan ini.

Mataku terpejam. Berusaha melupakannya yang sudah tak memungkinkan. Berharap hari esok segera berganti dan menghapus namanya pergi.

Pergi. Pergilah jauh dari sini.

Karena aku ditakdirkan tanpamu seorang diri.

================

Author's POV

Kagaya tertidur seusai menangis hebat dari ujung matanya yang sembab. Beberapa jam setelahnya, suatu sosok muncul dari balik bayangan, mendekatinya.

Kagaya tertidur dengan kepalanya terbaring diatas meja begitu pulas. Begitu pelan dia menutupi tubuh Kagaya dengan kain untuk menyelimutinya. Dia mendengus samar, sepertinya Kagaya tak bisa dibangunkan saat itu juga untuk mendengar kabar yang dibawakannya.

Namun tatap sosok itu jatuh kepada sesuatu yang berletak di dekat Kagaya yang tertidur.

Disebelah vas kaca bening, sebuah bunga menyerupai laba-laba berwarna biru tengah berdiri. Di bawah vas kaca itu, terjepit suatu kertas yang ditulis dengan tinta pena.

'Untuk Muzan, terima kasih sudah datang dalam hidupku.'

Sosok itu yakin, tulisan itu belum sempat diselesaikan. Tampak pena disebelahnya tergeletak lepas begitu saja dari tangan Kagaya.

Diatas kertas itu juga, terdapat potret foto Kagaya dan Muzan semasa kecil.
Dua anak yang tampak bahagia melirik satu sama lain, bergandengan tangan seperti dua jiwa yang tak bisa dipisahkan, tepat di akhir musim salju--tanggal foto itu yang menyatakannya. Juga bagaimana hangatnya matahari yang menyinari mereka berdua tampak lebih terik.

"Hm?"

Sosok itu beralih pada loker milik Kagaya yang terletak disebelah meja sedikit terbuka. Lensanya seketika menegang. Satu demi satu benda didalamnya yang dia lihat segera dia kumpulkan.

Wadah obat penenang dan obat tidur semua kosong dan tersisa sangat sedikit.

Sosok itu kembali melihat kearah Kagaya. Dia memeriksa detak nadi Kagaya, sebelum dia mendeteksi aliran nafasnya.

"Oyasuminasai, Kagaya-sama."

=============

Beberapa hari ke depan, dua berita hangat muncul dalam televisi secara bersamaan.

Dua topik yang muncul bertumpang-tindih; seorang bahagia, seorang berduka.

Kehidupan Keluarga Baru Muzan : Muzan Kamado dan Tanjiro Kamado berhasil melakukan surogasi.

"Mereka kembar!~ Mirip banget sama Muzan-sama dulu. Enaknya dikasih nama siapa, ya? Tulis di kolom komentar, dong!" kata Douma, asisten Muzan.

Beristirahat Dengan Tenang Pendiri Hashira Corps. : Kagaya Kibutsuji. Aktor ternama dan pembisnis sukses dari Hashira corps dinyatakan telah berpulang malam kemarin.

"Beliau sudah beristirahat dengan tenang sekarang. Mohon doakan kepergiannya." dari inisial Y, pelayan Kagaya.

===========

Kagaya Story : End

============

= Lagu ending =





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro