Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6 : Bakery

--- Muzan's POV ---

Mobil hitam melesat dengan cepat melewati jalan kota yang ramai.
Bisa kulihat keramaian kota dari jendela mobil.

Ipad berwarna hitam kukeluarkan dari dalam tas.
Layarnya kugeser, membuka dokumen yang sempat kutinggal sebelum konser dimulai.
Apalagi kalau bukan dokumen berisi urusan bisnis milik ayah?
Orang yang seenaknya memberikan beban perusahaannya padaku.

Douma menatapku yang tengah serius memeriksa beberapa dokumen berisi grafik pemasaran Kibutsuji corp.

"Muzan-sama.", tanyanya sambil menompang pipi kirinya yang tirus.

"Hm?", lensaku sama sekali tak lepas dari ipad.

"Bagaimana kalau malam ini kita makan di luar?"

"Makan di luar, katamu?" lirikku begitu tajam kearahnya. Walau begitu dia tak gentar dan justru menunjukkan layar handphonenya yang memperlihatkan profil sebuah bakery.

"Lihat, lihat. Ada bakery yang lagi rame, lho~ Banyak yang bilang roti bakerynya enaakk bangett ngett! Tidak salah mencoba hal baru sesekali, kan?"

Aku menatapnya dengan alis mengkerut. Belum juga sempat kembali ke ipad, Akaza membuka mulut.

"Muzan-sama, anda belum mengambil makan malam hari ini. Saya rekomendasikan agar Muzan-sama mengisi perut walau sedikit."

"Saya juga setuju, Muzan-sama. Akan jadi buruk kalau anda jatuh sakit karena melewatkan makan malam." Kokushibo ikut berkomentar.

Aku menatap lelah kearah Douma yang berbinar-binar. Pasti ada sesuatu dibalik ajakannya. Paling juga tidak ingin ketinggalan trend sosial media.

"Haah... baiklah."

"Yatta!! Koku, habis ini ke kanan!~" Ucapnya bahagia.

"Tapi di kanan jalannya ditutup, kau yakin aku harus menerobos?"

"Lakukan saja! Kau hebat kan soal beginian!"

"Huff.." Kokushibo menatapku dari spion, aku hanya mengangguk padanya.

"Baiklah." Dia mulai tancap gas, speedometernya mulai menunjuk angka tertinggi.

Jalan di depan adalah jalan kecil yang cukup hanya untuk satu mobil saja.
Jalan itu ditutup karena lubang di jalan yang sedang dalam perbaikan.

Bukan hal yang mengagetkan untuk Kokushibo.
Dia akan memperkencang kecepatan mobil, membuat mobil berjalan pada dinding bangunan yang berada di dekat jalan itu.
Tanpa membuat mobil lecet sedikit pun, dia berhasil melewati jalan itu dengan sempurna.
Aku memang tidak salah memilihnya sebagai sopir.

Setelah melewati jalan kecil itu, bisa dilihat di sebelah kanan mobil terdapat bakery yang masih menerima pembeli walau sudah larut begini.

Akaza membuka pintu untukku dan Douma. Douma lebih dahulu keluar, dia kegirangan saat melihat keinginannya terwujud. Tanpa perlu disuruh pun, dia mengambil foto di depan bakery itu.

Aku berjalan keluar setelahnya, ipad kutinggalkan begitu saja dalam mobil, langsung saja aku berjalan ke dalam bakery.

"Selamat datang~" Seorang gadis berlensa merah muda mempersilahkanku dari dalam toko.

Bakery yang cukup sederhana. Ya, setidaknya ada tempat untukku duduk dan menyantap makan malam.

Aku berdiri di dekat etalase, melihat roti jenis apa yang akan kuambil.

"Dua Croissant dan satu roti melon."

"Anoo, mohon maaf tuan. Untuk Croissant perlu menunggu untuk pemanggangannya. Apa ingin mengganti menu?"

Aku melihat ke arah etalase, dimana papan nama bertulis "Croissant" sudah tidak memiliki stok lagi.
Tapi hari ini aku ingin makan Croissant.

"Baiklah, aku akan menunggu. Berapa lama kira-kira?"

"Uhm... mungkin hanya sebentar. Ya, sepuluh menit!"

"Oke. Kalian bertiga, pilih saja yang kalian mau. Kecuali Douma, kau hanya boleh satu."

"Eeehh?? Hidoi yo, Muzan-sama~"

"Salahmu tidak segera datang tadi. Itu hukumanmu."

Douma tak bisa melawan dia hanya memilih satu slice cheesecake dengan airmata berlinang. Dilanjut Akaza dan Kokushibo yang memesan roti bakery mereka.

Sementara mereka memesan, aku memilih untuk duduk di meja bagian luar, lumayan juga bisa menyulut sebatang rokok disana.

Tak lama mereka bertiga datang dan duduk di dekatku. Kokushibo yang tak begitu suka asap rokok mengibas-ibaskan tangannya.

"Gomenasai Muzan-sama. Saya ingin duduk di tempat lain, apa boleh?"

Aku tahu dia tak menyukai hal itu sedari dulu. Jadi ku-iya-kan saja keinginannya untuk memilih tempat duduk yang menjauhiku.
Di lain sisi, Akaza dan Douma tampak biasa-biasa saja.

"Anoo, Muzan-sama." Akaza mulai angkat bicara, alisnya mengkerut.

Aku hanya meliriknya, menunggu apa yang ingin diucapnya.

"Mohon maaf bila saya lancang. Tapi, kebiasaan merokok tidak baik untuk anda."

Lensaku masih terpaku padanya, batang rokok kukesampingkan. Kini aku menatapnya dingin.

"Aku mengerti maksudmu Akaza."
"Tapi, ketahui posisimu."

Akaza seketika terdiam. Dia tak bisa berkata-kata lagi. Sementara itu Douma hanya melihatnya dengan santai, kemudian dia bertompang dagu sambil melihat ke arah jendela bakery, dimana seorang bocah membawa nampan dengan berbagai roti diatasnya.

===========

--- Tanjiro's POV ---

"Niichan! Bisa tolong bantu aku angkat roti dari oven?"

Suara Nezuko terdengar dari arah bakery, tepat setelah aku baru menginjakkan kaki ke dalam rumah.

"Haaai'! aku segera kesana."

Langsung saja kukenakan apron bakery dan berlari ke arah bakery dimana Nezuko meminta uluran tangan.

Aroma roti semerbak tercium, begitu wangi dan manis. Aroma yang begitu kusukai.

Beberapa macam roti tampak mengembang dari jendela oven, langsung saja kumatikan mesinnya dan kuangkat dengan capit.
Selanjutnya kuletakkan diatas nampan untuk disajikan.

Sempat Nezuko ingin mengambil nampan itu dariku, tapi lebih dahulu kuangkat nampan itu darinya.

"Aku saja yang mengantarnya. Pelanggannya ada dimana?"

"Meja luar nomer dua." Jari Nezuko menunjuk ke arah jendela bakery. Dimana tiga orang pria menunggu disana.

Tepat saat itu lensaku menatap sebuah sosok, sosok itu melambaikan jari-jarinya padaku sambil bertompang dagu dengan tangan kanannya.

"Itu–berarti..."

Bisa kulihat seorang pria bersurai hitam yang duduk di depannya, menatap berlawanan dengan arah jendela.

Pasti dia–

"Niichan, daijobu desu ka?" Nezuko menatapku khawatir.

"Ah, uhm, tidak apa-apa kok. Aku akan segera mengantarnya."

Langkahku mulai berjalan ke arahnya. Kearah seseorang yang entah kenapa mengejarku sejak pagi tadi.

Pintu bakery kubuka dengan punggung lenganku. Perlahan aku berjalan ke arahnya yang masih tak menyadari keberadaanku.

"S-sumimasen."

Orang itu mengangkat wajahnya sedikit, seperti dia mengerti siapa sosok yang datang.

Segera saja kuletakkan semua pesanannya di mejanya, mendaftar segalanya, memastikan tak ada yang tertinggal.

"Apa ada pesanan yang tertinggal? Kalau iya, tolong segera ke kasir saja–"

Saat hendak berlalu dari tempat itu, sebuah tangan menarikku. Langkahku seketika membeku, degub jantung begitu melaju.

"Kenapa kau disini? kerja sambilan?"

Air liur mengalir di leherku.
Aku tak berani menatapnya, tak berani pula menjawab dengan kata-kata.

Gelengan sunyi kuberikan sebagai jawaban.

"Kau tinggal disini?"

Aku mengangguk agak ragu.

"Kenapa kau tak menjawabku?"

Suara dinginnya terasa seperti kepingan es yang tak pernah gagal membekukan siapapun.

"A-aku..."

Ayolah Tanjiro, cari jawaban yang benar. Cari, cari, cari! Apa yang harus kukatakan?

Tiba-tiba saja bibirku terangkat sendiri, jawaban kuucapkan dengan lantang.

"Aku tidak tahan dengan asap rokok!"

Genggamannya kulepas paksa, lantas aku berjalan ke dalam bakery.
Jawabanku secara tak langsung mendiamkannya.
Dia menatap batang rokok yang dihisapnya, lantas memadamkannya begitu saja.

=============
To be continued..

°

°

°

°

================

Omake

Douma : "Eh? ada apa Muzan-sama? kenapa tiba-tiba mematikannya?"

Muzan : "Tidak, bukan apa-apa."

Douma : "Hm~ hontou ni?"

Muzan : "Kau ingin hukuman lagi?"

Douma : "Mou... Muzan-sama nggak asik, ih!"

Mereka pun menyantap semua roti bersama. Tanpa mengingat sesuatu yang tertinggal.

Kokushibo : "Uhm, semuanya, apa rotiku sudah datang?"

Kokushibo menatap nampan yang sudah kosong nan bersih.
Lantas Akaza dan Muzan menunjuk ke arah pelaku yang menghabiskan bagian Kokushibo.

================

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro