15
Pemain inti tim basket putri Meisei :
1. Kame Natsuyo (Kapten/Shooting Guard) #4
2. Nana Shuicihi (Power Forward) #8
3. Nori Yasahiro (Center) #5
4. Keira Hanazawa (Point Guard) #10
5. Naoka Hideki (Small Forward) #7
Kelas 1:
1. Keira Hanazawa | Point Guard (PG)
2. Hara Fukui | Shooting Guard (SG)
3. Aki Hasegawa | Point Guard (PG)
4. Fuse Aoyama | Small Forward (SF)
Kelas 2:
1. Naoka Hideki | SF
2. Nami Humiya | SG
3. Oka Chiba | C
4. Jun Isamu | PF
5. Uyeda Shima | PG
Kelas 3:
1. Nana Shuichi |PF
2. Kame Natsuyo | SG
3. Nori Yasahiro | C
Coach : Akimoto Yasushi.
Guru Pembimbing : Shiro Hotaka.
Manajer 1 : Amarisa Mitsuru.
Manajer 2 : -
Note : Penulisan nama di narasi menggunakan format (nama depan) + (nama belakang)
Untuk menghindari kebingungan karena terlalu banyak nama, penulis akan menggunakan format angka pada beberapa pemain lawan. (Cth : #1)
***
Ada jeda dua menit sebelum pertandingan dilanjutkan. Keira duduk di bangku cadangan dengan perasaan tak karuan. Mereka ketinggalan sembilan angka, kalau gadis itu tak lekas menemukan cara untuk lepas dari pemain #7 maka ketertinggalan mereka bisa jadi lebih besar lagi.
Pelatih Akimoto menyampaikan taktik yang harus mereka terapkan di pertandingan berikutnya. Namun, pikiran Keira tak fokus dan dia hanya memandangi Ayumu dari tempatnya duduk. Berpikir bagaimana cara menghentikan gadis itu. Kame dan Pelatih meminta Keira untuk fokus, barulah gadis itu mendengarkan apa yang dua orang tersebut katakan.
Waktu istirahat usai. Pemain #7 tadi berada dalam penjagaan Nana, sementara Keira menghadapi Ayumu. Keduanya bersaing ketat, Keira berusaha merampas bola dalam genggaman Ayumu. Benda bundar itu melewati kaki depan Ayumu, kemudian ke belakang tubuhnya selagi dia berputar untuk mengambil celah ke samping kanan.
Keira mengadang, tangan terulur untuk merebut bola yang melewati kaki kiri Ayumu. Namun, meleset. Gadis itu bergeser ke kanan, menghentikan langkah Ayumu kemudian langsung ke kiri untuk menghalanginya bergerak. Gadis itu terjebak di tempat dan di bawah tekanan yang Keira sebabkan.
Ayumu menyadari bahwa cepat atau lambat, dia akan terjatuh akibat hilang keseimbangan karena tak bisa menyamai langkah sekaligus gerakan tangan Keira di waktu yang sama. Shooting guard Yumezawa tersebut juga tidak bisa melakukan operan karena berhenti sekejap, maka bola sudah pasti berpindah tangan.
Namun, Ayumu juga tidak bisa terus-terusan mempertahankan bola. Apalagi, Keira memojokkannya sampai masuk ke wilayah bertahan timnya. Dia harus segera bertindak atau bola itu akan diberikan ke tim lawan.
Rekan-rekan setim kedua gadis tersebut menatap mereka dengan siaga. Siapa pun yang berhasil merebut bola kali ini adalah pemenangnya.
Ayumu memantulkan bola melewati celah di antara kedua kaki Keira, lantas kembali menangkapnya dan berputar ke kanan saat Keira berusaha meraih bola. Dia berhasil menciptakan celah di kanan dan langsung melakukan jump-shot.
Sialan! Dia cepat sekali!
Saat Keira tersadar, bola sudah memasuki ring Meisei. Tak lama berselang, tembakan tiga angka Ayumu kembali terjadi sampai tiga kali berturut-turut. Dia tidak terhentikan. Rencana memojokkan Ayumu dengan membuatnya berhadapan melawan Keira tadi adalah saran Pelatih Akimoto, taktik itu tidak seratus persen berhasil.
Kame memegang bola, dia memasuki posisi menembak dan melakukan tipuan dengan mengoper pada Nori. Gadis itu melempar bola, bersamaan dengan center sekaligus Kapten Yumezawa yang menghalangi. Namun, gadis itu gagal menghentikan Nori.
Point guard Yumezawa menangkap bola. Dia melakukan passing kepada Ayumu dan tanpa memberi kesempatan bagi Keira untuk menghentikan, gadis itu kembali melakukan three point shot. Keira melompat untuk memblokir, tetapi terlambat dan Ayumu kembali mencetak skor.
Hingga mendekati akhir babak ketiga, Meisei sama sekali tidak berhasil mengejar angka. Bahkan untuk menyamakan kedudukan saja terasa sulit. Pelatih Akimoto mengubah strategi dan meminta Meisei menerapkan teknik bertahan kombinasi bernama box-and-one. Di man, pemain bertahan yang kuat menjaga pemain bintang lawan dalam one-on-one atau satu lawan satu. Dalam hal ini, Keira menjaga Ayumu. Sementara, pemain lain menjaga daerah paint dalam formasi box.
Ayumu memasuki postur menembak dan melompat, bola lepas dari genggamannya. Hampir di waktu bersamaan, Keira juga melompat dan berhasil memukul bola Ayumu yang sedang melambung. Itu adalah kali pertama dia berhasil menghentikan shot Ayumu. Namun, sayang, bolanya yang memantul dan berusaha dimasukkan oleh Naoka harus gagal sebab blokir dari tim lawan.
Tentu saja dalam tim besar dan hebat seperti Yumezawa, bukan hanya Ayumu saja yang menjadi sorotan.
Nana melalukan tembakan, tetapi mengenai bibir ring dan saat Nori hendak melakukan rebound. Power forward Yumezawa memukul keras bolanya hingga terlepas. Keira berhasil merebut bola tersebut, lantas melakukan passing menuju Kame. Kapten Meisei itu melompat, tetapi point guard Yumezawa memukul bolanya hingga terlepas.
“Serangan balasan!” Small forward Yumezawa yang membawa bola berseru. Lantas mengoper bolanya pada Ayumu. Ayumu melakukan shot, walau tidak berhasil menghentikan bolanya, dia menyentuh benda tersebut yang membuat rotasinya terganggu dan meleset mengenai tepi ring.
Pemain pengganti Yumezawa berteriak, “Rebound!”
Nori dan Naoka melompat bersamaan, berusaha menghentikan Kapten Yumezawa. Namun, mereka gagal. Lagi dan lagi, Yumezawa terus mencetak angka. Tidak peduli seberapa keras Meisei mengejar, mereka tidak pernah berhasil memimpin. Hingga pada akhir pertandingan, kemenangan mutlak menjadi milik Yumezawa. 76-60
Wasit meniup peluit panjang, sorak-sorai pendukung Yumezawa memenuhi seisi stadion. Meisei kembali dikalahkan oleh musuh bebuyutan mereka.
Keira berdiam di tempatnya berdiri. Dia menatap kedua telapak tangannya yang memerah, tak merasa kelelahan sama sekali. Hanya sakit di bagian dada. Gadis itu merasa napasnya sesak dan matanya mulai perih.
Kalau saja aku bisa menghentikan setiap bola lemparan Ayumu, kalau saja aku bisa lebih menguasai bola, kalau saja ... aku berusaha lebih keras.
Keira merasakan seseorang mengusap kepalanya. Dia mengangkat wajah dan melihat Kame memberi aba-aba agar dirinya segera berbaris bersama yang lain. Mereka masih harus memberi hormat untuk tim lawan. Sambil merangkul sang adik kelas, Keira berjalan lunglai setengah sadar menuju barisan. Dia tidak mengucapkan apa pun, selagi senior-seniornya beserta lawan meneriakkan ucapan terima kasih.
Sejenak Ayumu hendak menghampiri Keira, tetapi kaptennya berkata, “Kau hanya akan membuat perasaannya lebih hancur lagi. Apa menurutmu dia mau dengar ucapan selamat dari lawan yang sudah mengalahkannya?”
Fuse, Aki, dan Hara menghampiri Keira dan langsung memeluk tubuhnya erat-erat. Aki menangis di bahu gadis itu, Keira menyusul setelahnya. Dia tidak pernah menangisi kekalahan, tetapi yang satu ini terasa lebih menyakitkan daripada yang sudah-sudah.
“Kau sudah berjuang keras.” Hara berkata, masih memeluk kedua gadis yang menangis di tengah-tengah dirinya dan Fuse.
Pelatih Akimoto meminta mereka masuk ke ruang ganti. Manajer Risa membagikan minuman dan makanan, tetapi tidak ada yang nafsu makan sehingga bawaan gadis tersebut tidak habis seperti biasanya. Selagi Pelatih memberikan dukungan moril, Keira menarik ingus dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak 'pecah' lagi. Aki memegangi tangan kanannya kuat-kuat sambil bersandar di lengan Keira.
Ketika mereka meninggalkan ruangan ganti, Keira melihat Kame dan tiga siswi kelas tiga lainnya—Nori, Nana, dan Manajer Risa—memisahkan diri dari kelompok mereka lantas saling berpelukan. Gadis itu tahu apa yang terjadi tanpa harus menebak apa pun.
Di luar stadion, Tim Basket Putra ternyata menonton pertandingan itu. Mereka berusaha menghibur dan menawarkan untuk pulang bersama. Berbeda dengan tim putri, tim putra difasilitasi mobil minibus oleh sekolahan. Meskipun agak sempit, akhirnya kedua tim tersebut masuk juga ke dalam mobil dan kekonyolan laki-laki di dalam sana berhasil sedikit memperbaiki suasana hati para putri.
Malamnya, Keira masih merasa lemas. Dia tidak nafsu melakukan apa pun, bahkan tidak makan sejak pulang tadi. Pelatih Akimoto mengirimkan layanan kedai ramen keluarga Hara ke rumah-rumah anak didiknya---berdarkan info dari grup klub basket---tetapi, tampaknya tidak ada yang menghabisi makan malam hari itu.
Tubuh Keira terasa berat, dia seperti sedang memegangi banyak penyesalan di waktu yang sama. Padahal dulu Keira tidak pernah seperti ini. Kekalahan adalah hal yang biasa. Gadis itu berusaha mengulangi kalimat tersebut dalam benak. Aktifitasnya terganggu oleh getar suara ponsel, sebuah panggilan masuk dari Kento.
Kento berkata bahwa dia menonton pertandingan tadi. Namun, tidak berhasil menemukan Keira setelah pertandingannya usai dan Keira menjelaskan bahwa timnya pulang satu mobil dengan tim putra. Keduanya tidak banyak bicara, Keira juga tidak mau membuat perasaan Kento makin tidak nyaman karena laki-laki itu kentara bingung harus menghibur dengan cara apa. Setelah menyampaikan bahwa dia mengkhawatirkan kondisi Keira dan sejumlah pengingat untuk makan dan beristirahat, Kento berkata, “Kita udah mau ... UTS, lho.”
[]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro