Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Jalan pulang ke rumah.

"Viola!"

Viola yang sedang mendengarkan lagu lewat earphone nya langsung melepas salah satunya dari telinga ketika merasa ada seseorang yang menepuk bahunya. "Eh kenapa Lan?"

"Mau pulang sama gue ngga?" ajak Harland setelah menyamakan langkahnya dengan Viola.

"Ngga usah, gue udah dijemput kok."

Mereka melewati koridor yang sedang ramai karena sudah waktunya pulang sekolah dengan tatapan seluruh siswa tertuju pada mereka. Bagi mereka jarang sekali Viola mengobrol dengan orang lain selain Janelle. Namun ketika tatapan mereka bertemu Harland, beberapa siswa langsung melenggang pergi. Enggan berurusan dengan cowo itu.

"Dijemput? Tapi gue ngga liat ada supir lo di depan."

Viola terkekeh, dari jarak tak jauh darinya ia bisa melihat orang yang dimaksud sedang menunggu di luar mobil. "Gue ganti supir."

"Eh?"

"Viola!"

Viola merubah ekspresi nya begitu saja saat Saka berjalan mendekat. "Ngapain kesini sih? Udah ayo balik."

"Lo siapa?" tanya Saka pada Harland, tak memperdulikan ucapan Viola.

Harland mengangkat alisnya, "lah lo yang siapa kok nyamperin Viola?"

"Gue kakaknya-"

"Ini supir yang gue maksud Lan, udah tua makanya suka ngga jelas gini," Viola memotong ucapan Saka yang belum selesai.

"Ngga sopan lo Viola Moreau!."

"Jangan teriak-teriak kenapa sih! Orang bener kan tuh liat rambut lo udah beruban," balas Viola, mendorong kedua laki-laki itu keluar dari kawasan sekolah agar tak semakin menarik perhatian siswa lain.

"Lagi ngetrend tau warna rambut begini!"

"Iya iya, terselah lu Ka gue ngga peduli. Udahh masuk mobil duluan sana." Viola mendorong punggung Saka untuk masuk ke mobil, namun ditahan oleh Saka. Ia mencoba melihat wajah Harland sekali lagi.

"Ohh gue kenal lo," seru Saka, teringat sesuatu. "Lo yang suka main sama Kas-"

"OHH BANG SAKA YA OIYA GUE INGET DULU KITA SERING MAIN GUNDU BARENG YA?" Harland buru-buru menutup mulut Saka sebelum kalimatnya selesai. Dengan panik berusaha mengarang cerita kepada Viola.

Saka mendelik, sejak kapan dia pernah main dengan bocah SMA yang tinginya lebih mirip menara telkomsel ini?? Namanya saja ia tidak ingat.

Viola yang ada di antara keduanya mengernyit, tak tahu kalau mereka juga saling mengenal. "Ohh kalian saling kenal??"

"Iya Vi, dulu gue sering tanding sama bang Saka tapi ya jelas gue yang menang," kata Harland berusaha mengirim sinyal pada Saka yang sayangnya tak dipahami oleh Saka.

"Apaan sih?? Lu kalau mau ngarang cerita yang bener dong aelah, masa gue yang kalah?" bisik Saka tak suka.

"Yaudah gantian lo ngomong lah," Harland jadi ikut berbisik tertahan.

"Kalau gitu Harland ikut kita ke rumah aja, gue abis beli kue banyak kemarin, kita makan bareng," kata Viola yang tiba-tiba menginterupsi percakapan mereka.

Keduanya menoleh secara bersamaan, bedanya yang satu terlihat senang sedangkan yang satunya lagi tak terima.

"Mau ikutt."

"Ngga ngga boleh," tolak Saka.

"Ih kenapa sih?" Viola mencibir kesal.

"Kan ini mobil gue, suka suka gue."

Viola mendengus, lantas menarik tangan Harland menjauh dari Saka. "Yaudah gue sama Harland aja pulang naik motor."

Wajah Harland merekah, ia dengan semangat berbalik hendak menuju motornya namun tali tasnya ditarik oleh Saka, menahan.

Saka menghela napas, lelah. "Yaudah lo boleh ikut tapi duduk di bela-" ucapannya lagi-lagi berhenti, bukan karena Viola atau Harland yang memotongnya tapi karena ia melihat Viola sudah duduk manis di kursi penumpang lebih dulu.

"Kelamaan lu berdua, cepet masuk," perintah Viola yang membuat Saka menghela napas, rencananya untuk menceritakan pada Viola tentang Kasa jadi gagal begitu saja.

Harland hendak duduk bersama Viola namun Saka kembali menariknya, "lo duduk di depan atau duduk aja sana di bagasi."

Harland berdecih, walau akhirnya tetap membuka pintu mobil dan duduk di sebelah Saka.

Tak perlu Viola jelaskan pun sepertinya siapapun bisa menebak situasi di dalam mobil selama perjalanan setelah percakapan mereka tadi. Bahkan Viola sendiri memilih mendengarkan musik lewat earphone nya kembali daripada harus menonton keduanya bertengkar.

Walau Viola memang sama seringnya bertengkar dengan Saka, namun baginya berada di antara dua orang yang sedang bertengkar terasa lebih melelahkan daripada saat ia sendiri yang bertengkar.

"Et et, jangan sentuh apapun yang ada disini, kotor," larang Saka begitu ia masuk ke dalam mobil.

"Makanya sering-sering bersihin mobil lo bang."

"Maksud gue lo yang kotor."

Harland menipiskan bibirnya, berusaha tak membalas kalimat Saka yang menurutnya level nyebelinnya melebihi Justin sahabatnya. Entah karena Saka yang tengil atau karena cowo itu yang terlihat dekat dengan Viola.

"Demi Allah ini lagu apaan sih jadul bener," ucap Harland setelah Saka menyalakan lagu.

"Lu ngehina rhoma irama gue????"

"Cuma ngomong, santai bang jangan kaya masker."

"Apaan masker?

"Sensi."

"Lo tuh yang jangan kaya truck."

"Apaan tuh?"

"Bego."

Harland mendengus kesal, tapi tak begitu memperdulikannya karena tak lama pemuda itu jadi sibuk sendiri memilih lagu yang ingin diputar selanjutnya.

Saka melirik tatkala mendengar lagu yang dimainkan terasa tak asing di telinganya. Lagu sempurna yang dinyanyikan oleh Andra And The Backbone. Tangannya terangkat, buru-buru ingin mematikan lagu tersebut namun dihalangi oleh Harland.

"Kenapa lagi sih??"

"Ganti. Jangan lagu ini."

"Ini udah lagu paling bagus yang ada di sini," Harland menjawab, tak mau kalah.

"Ada lagu yang lain, pokoknya jangan ini."

Saka berhasil mematikan lagu tersebut dan menggantinya dengan lagu lain, setelahnya ia tak mengucapkan apa-apa dan memilih fokus menyetir.

"Saka pernah ditolak sama cewe waktu nyanyiin lagu ini Lan di kelasnya," ucap Viola yang sedari tadi diam memainkan ponselnya akhirnya ikut membuka suara setelah merasa atmosfir di dalam mobil berubah.

"Apaansih, gue bukan ditolak."

"Lah terus apa?"

"Di.... Gantungin."

"Yeh orang normal mah kalau ajakan pacarannya ngga di bales 5 bulan tuh tau artinya di tolak," timpal Viola.

Harland mendengarkan percakapan keduanya, "Kenapa lo ngga nyoba nembak lagi bang? Minta kejelasan ke dia."

Pertanyaan itu cukup untuk membuat Saka dan Viola menatap Harland lama. Membuat cowo itu bertanya-tanya apa ia mengucapkan kalimat yang salah atau mungkin sebaiknya ia tidak mengucapkan kalimat tadi.

"Dia udah ngga ada," jawab Saka lirih. Ia memarkirkan mobilnya di halaman rumah Viola, bersiap untuk turun mengikuti Viola yang sudah turun duluan karena merasa tak ingin ikut-ikutan dengan percakapan mereka lebih lanjut.

Harland diam beberapa saat sebelum kembali berkata, "sama kaya kakel gue dong, tapi kebalikan dari lo, lagu tadi buat dia punya kenangan baik sama orang yang disuka."

Saka menoleh, menyipitkan matanya mulai curiga. "Siapa kakel lo?"

"Tebak." Bukannya menjawab Harland malah langsung kabur dari sana dan berlari menghampiri Viola yang sedang bermain dengan kucing yang entah milik siapa itu. "Viola, kucing siapa tuh?"

Meninggalkan Saka yang masih berdiri di tempatnya. Mendengar kalimat terakhir Harland, membuatnya makin yakin kalau Harland mungkin pernah mengenalnya dulu. Namun ia gagal untuk mengingat lebih jauh tentangnya.















Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro