10. Cookies
Harland dan Viola sampai di rumah dengan keadaan basah. Tanpa banyak bicara, Harland memberikan jaketnya pada Viola guna menutupi baju seragamnya yang berwarna putih.
"Eh di rumah lo ngga ada orang ya?"
Viole yang sedang membuka pintu menoleh pada sumber suara. "Iya, bukannya lebih enak kalau ngga ada orang?"
Harland menipiskan bibirnya, "lo ngga papa?"
"Ya ngga papa lah, fyi aja sih gue bisa mukul orang sampe masuk ugd kalau lo belum tau," ucap Viola yang berhasil membuat Harland bergidik ngeri lalu memberi jarak pada perempuan itu.
Keduanya masuk ke dalam rumah yang tak begitu besar dominan warna putih dan cokelat dengan langkah pelan. Namun yang mereka temukan di ruang tamu cukup membuat Viola dan Harland terbelalak.
"Lo ngapain disini?"
Pemuda yang sudah sadar akan kehadiran seseorang itu bangun dari tidurnya. "Neduh."
"Mobil lo kemana emang?" tanya Viola, menaiki tangga untuk menuju kamarnya.
"Disita, kemarin ngga sengaja nabrak." Tatapan Saka beralih ke cowok yang masih diam di tempatnya. "Kok lo ikut?"
"Mau bikin cookies."
"Ettt jangan duduk di samping gue, basah badan lo anjir."
Harland melihat bajunya, lalu dengan sengaja mengibaskannya pada Saka.
"Anjinggg jauh jauh lo! Sana ganti baju."
"Mana bajunya?"
"Tuh dikamar bawah, ada baju gue." Saka mengeluarkan ponselnya, setelah Harland pergi untuk mengganti pakaiannya ia terlihat sibuk dengan seseorang di dalam telpon.
Harland kembali sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, melihat wajah Saka seserius itu membuat rasa penasarannya muncul. Ia mendekat berusaha menguping tapi Saka lebih dulu menyadarinya dan langsung menutup sambungan teleponnya.
"Lo lagi sibuk apa sih bang? Jemput Viola aja ngga sempet padahal udah gue bantuin biar dia mau ngobrol sama lo." Harland duduk di pantry sambil menatap Saka ingin tahu.
"Ada yang lebih penting sekarang, gue ngga bisa nemenin Viola beberapa hari nanti. Lo yang gantiin gue jagain dia ya?"
Kedua alis Harland bertaut, semakin penasaran. "Lo mau kemana?"
"Gue harus nyari tau tentang Kasa, tapi ngga mungkin gue minta bantuan Viola yang sekarang masih belum mau ngungkit tentang Kasa. Makanya gue pergi sendiri aja."
Harland manggut-manggut paham, satu tahun berlalu setelah kepergiannya ia bahkan tak tahu apa yang membuat alasan kematiannya tak lanjut di selidiki dan membuat beberapa orang mengasumsikan alasannya sendiri.
"Habis bikin cookies, lo langsung pulang! Awas lo ngapa-ngapain gue udah pasang cctv nih disini."
Harland termundur, jadi mengecek sudut ruangan yang ternyata benar dipasangi cctv.
Saka dengan terburu-buru berjalan keluar setelah membaca chat yang baru masuk. "Gue pergi dulu Lan."
"Iya ati ati bang."
Disaat yang sama Viola datang dari kamarnya. Berjalan mendekat pada Harland di pantry seraya menguncir rambutnya tinggi. "Saka kemana?" tanyanya saat tak menemukan keberadaan Saka.
"Pergi duluan, katanya beberapa hari kedepan ngga bisa nganter lo pulang jadi besok baliknya sama gue aja."
Viola ber-oh ria, mengeluarkan bahan-bahan membuat cookies dari lemarinya. Harland memperhatikannya lama, sebelum ikut membantu.
"Lo udah biasa bikin cookies?"
"Iya, gue jago bikin cookies. Kata Jane juga cookies gue paling enak di dunia."
Harland mengangkat alisnya tak percaya, "masa?"
"Lo coba aja sendiri nanti. Tuh masukin tepungnya ke mangkok nanti di mixer," pinta Viola yang sibuk mengeluarkan alat mixer yang sudah lama tak ia pakai.
Harland mengikuti apa yang diperintahkan Viola lalu Viola mulai menyalakan mixernya.
Suara mesin mixer dengan hujan menyatu jadi satu, membuat Harland tak lagi memperhatikan adonan cookies yang sedang dibuat tapi melihat hujan dari jendela yang terbuka.
Di menit berikutnya ia mendengar suara petir dan Viola yang terkejut, memekik kecil. Tanpa sadar mixer di tangannya hampir terlepas dan jatuh jika Harland tidak dengan cepat memegangnya.
Viola menutup kedua telinganya dengan tangan, reflek berjongkok dan menutup wajahnya. Harland yang sama kagetnya mematikan mixer di tangannya lalu menutup jendela di sampingnya. Ikut berjongkok di depan Viola menutupi pandangannya dari petir yang masih terlihat di luar.
Viola membuka matanya, mengerjap perlahan. Mendongak untuk melihat wajah Harland.
"Udah tenang belum? Gue aja ya yang mixer adonannya." Harland berdiri, mengambil kembali mixer milik Viola, menyalakannya sambil sesekali melihat ke arah luar.
"Sini deketan, jangan jauh-jauh dari gue." Tangan Harland menarik Viola berdiri agar mendekat, menggunakan badannya untuk menutupi Viola agar tak melihat jendela di luar.
Viola tak melepas pandangannya pada laki-laki di depannya.
"Untung tadi pas kita hujan-hujanan belum ada petir ya, kalau ada udah kesamber kali."
Viola tak mendengarkan ucapan Harland. Ia fokus pada hal lain.
Kenapa Harland selalu seperti ini padanya?
Tindakannya.
Pelakuannya.
Ia tak banyak bicara dan seakan mengerti apa yang dirasakan Viola, membuat gadis itu merasa Harland mengenalnya dengan cukup baik. Bahkan dalam jarak sedekat ini ia tak merasa aneh sama sekali.
Sial. Perasaan apa ini.
***
Harland berjalan menyusuri koridor dengan langkah ringan bersama Justin di sampingnya. Justin yang sedang memakan cilok yang ia beli diam-diam saat ijin ke toilet tadi mengernyit.
"Kenapa lu? Bahagia banget hari ini."
Harland menoleh, "ya emang gue harus sedih terus tiap hari apa?"
"Ya kata lu kalau terlalu bahagia nanti pasti bakal ada sesuatu habis ini."
Harland tersenyum tipis, melirik Justin. "Kali ini kayanya ngga bakal ada apa-apa tin."
"Iyedah terserah lo, mau cilok ngga?"
"Ogah banget bekas jigong lo."
"Maksud gua beli sendiri goblok," ucap Justin kesal, menendang kaki Harland. "Tuh cilok belakang lo."
Harland mengaduh jadi balas menginjak sepatu Justin.
"Jangan injek sepatu gua anjingg ini masih baru gue bilangin mak gue lo."
"Ya bilang aja, emak lo kan lebih suka gue ketimbang lo."
Justin mengumpat, selanjutnya mereka rusuh sendiri di tengah koridor yang sudah sepi. Saling menginjak sepatu satu sama lain.
"UDAH ANJING, TUH LIAT VIOLA BERDUAAN SAMA SIAPA NOH."
Harland sontak menoleh ke arah yang ditunjuk Justin, gerakannya terhenti begitu saja. Menatap dua orang yang sedang duduk di depan UKS sambil mengobrol.
"Kan bener kata gue tadi, pasti bakal ada apa-apa. Bukannya Viola mau pulang sama lo hari ini? Kok jadi sama Abey?"
Harland menipiskan bibirnya, cowok jangkung itu jadi terdiam. Sebelum membalikkan badannya menarik Justin menjauh. "Mana gue tau, udah ayo balik."
"Lah ditinggalin gitu aja? Samperin lah goblok kaya bukan lo aja sih Lan."
"Ya paling Viola balik sama Abey, udah ayo-"
"Harland!"
Teriakan itu membuat Harland berhenti, dan melepaskan tangannya dari Justin. Ia berbalik perlahan. "Halo Vi, kok lo disini?"
Justin memutar matanya jengah melihat Harland yang berpura-pura baru melihat Viola. Agak menjauhkan diri dari dua orang tersebut.
"Ya nungguin lo lah, ya kali gue jagain uks."
"Ohh siapa tau mau gantiin mba Raya." Harland manggut-manggut sok mengerti.
"Lo habis ngobrol sama Abey? Sekalian pulang sama dia ngga?" tanya Harland setelah melihat Abey yang berjalan mendekat.
Viola melipat tangannya di depan dada, mengernyit. "Lo kenapa sih? Gue pulang sama lo lah, orang gue udah nungguin dari tadi. Pake nge skip jam gue yang harusnya gue habisin di perpus lagi."
Justin yang tadinya ingin pergi diam-diam jadi mengumpat tanpa suara. "Alah Harland goblok." Ia lantas menarik Abey. "Abey pulang sama gua, udah lu berdua cepet balik deh mau hujan nih."
Harland dan Viola melihat Justin yang merangkul paksa Abey yang tercekik dan memaksanya untuk dilepaskan.
"Yaudah ayo balik," ajak Harland, berjalan lebih dulu di depan Viola.
Justin.
Kurang-kurangin dah
Harland.
Apaan?
Justin.
Kurang-kurangin sifat goblok lo itu
Harland.
Kan waktu itu lo sendiri yang bilang jangan bikin masalah sama Abey
Lo tau sendiri berantemnya kita waktu kelas 11 gimana
Justin.
Tapi kan gue bisa bantu
Kalau tadi Viola ngeiyain balik sama Abey nangis kaga lo hah?
Harland.
Apaan biasa aja
Justin.
Lo kira gue gatau waktu lo ke cafe bang Arthur terus curhat ngga jelas lo naksir Viola?
Yaudah terserah
Semangat denial nya anak muda
Harland.
Bang arthur cepu
Kaya papa zola anak muda anak muda
Justin.
Lo cocok jadi adudu
Harland.
Jelek banget kotak
Justin.
Maksud gue lo aduhduh Viola sama Abey
Harland.
Aduhduh bacot banget lo
Haloo udah lama ngga update maaf ya aku lagi stress banget akhir akhir ini. Aku usahain bisa lebih sering update lagi biar bisa cepet masuk konfliknya terus selesai jadi aku bisa bikin work baru lagii :D
Bonus harland viola waktu pulang bareng
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro